Mohon tunggu...
Dwi Adi Ningsih
Dwi Adi Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang

instagram : dwiadng

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Majukan Pola Pikir untuk Bentengi Diri dari Hoax

1 Mei 2021   13:00 Diperbarui: 1 Mei 2021   16:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial sekarang telah menjadi wadah yang powerfull untuk seseorang menciptakan persona tentang dirinya sendiri dan secara bersamaan juga dapat menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat. Media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, maupun tiktok sudah menjadi alat untuk seseorang mencapai popularitas yang selama ini diidamkan. Seperti kasus yang baru saja terjadi di Depok, Jawa Barat yaitu kasus babi ngepet yang menghebohkan jagat media Indonesia. 

Kasus yang sudah dinyatakan hoax tersebut telah menarik perhatian pengguna media sosial dan menjadi bahan lelucon hampir pada semua platform media sosial. kasus tersebut bermula dari rekayasa yang dibuat Adam Ibrahim dan 8 temannya yang bertujuan untuk meraih popularitas melalui media. 

Dalam video yang viral di media sosial, Adam Ibrahim berdiri ditengah kerumunan warga dan mengarang cerita tentang adanya babi ngepet dan adanya pria tak berbusana yang sudah menangkap babi tersebut.

Kasus babi ngepet jadi-jadian tersebut tentu dipertanyakan banyak pihak pengguna media sosial, bagaimana bisa di zaman yang sudah serba digital seperti sekarang masih ada isu tentang hal-hal ghaib yang sulit dipercaya. Salah satu influencer panutan anak muda Arief Muhammad menanggapi isu tersebut dan mendapatkan banyak komentar lucu dari warganet di postingan instagramnya. 

Ia menganggap bahwa sekarang seseorang tidak harus keluar rumah untuk mencari penghasilan karena banyak pekerjaan yang bisa dilakukan secara WFH (Work From Home), apalagi sudah banyaknya edukasi mengenai saham serta uang digital yang bisa dikembangkan hal itu sudah membuka mata masyarakat dan menjadikan isu babi ngepet tersebut terdengar sangat tidak masuk akal pada zaman sekarang. 

Peran media salah satunya adalah As A Window yang berarti khalayak dapat melihat apa yang sedang terjadi diluar dan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi. Tanpa keluar rumah kita dapat mengetahui segala kejadian yang ada di dunia melalui media massa, seluruh informasi layaknya berada di genggaman tangan kita dan semua orang memiliki akses untuk menjangkau semua informasi yang ada di media. Namun, kadang media dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencapai tujuan tertentu yang berkemungkinan menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat. 

Adanya berita bohong tentu dapat merugikan banyak pihak dan menjadikan fokus pemberitaan yang seharusnya berfokus pada satu hal yang perlu diketahui publik menjadi tertuju ke hal-hal irasional tersebut apalagi berita yang disajikan adalah hoax yang hanya menciptakan kehebohan. As An Interlocutor, media mempunyai peran signifikan dalam proses sosial dan politik dan dapat menjadi sarana diversion pelepas ketegangan atau hiburan. 

Dalam kasus isu babi ngepet ini kedua hal itu menjadi satu. masyarakat yang sudah melek digital mungkin menganggap isu ini sebagai hiburan lucu, namun untuk masyarakat dengan tingkat kepercayaan terhadap hal ghaib tinggi justru menganggap ini menjadi isu yang serius. Situasi yang kedualah yang dimanfaatkan pihak pengarang cerita ini untuk mencapai tujuannya yaitu untuk menjadi terkenal secara instan.

Dengan banyaknya informasi yang lalu lalang di media massa tentu harus diiringi dengan kecerdasan masyarakat dalam menerima informasi yang ada di media terutama media sosial. 

Karena sekarang semua orang dapat menjadi penyalur informasi ke publik secara luas tanpa mempertimbangkan efek yang ditimbulkan setelahnya. Hoax sudah menjadi penyakit yang seharusnya dibentengi dengan sigap oleh pola pikir rasional masyarakat. 

Kita mungkin akan sulit untuk bisa mencegah penyebaran hoax yang sengaja dibuat untuk berbagai tujuan namun akan lebih mudah jika kita bisa menciptakan struktur pola pikir rasional untuk tidak mudah termakan oleh berita bohong yang akan terjadi untuk kedepannya.

Ditulis oleh Dwi Adi Ningsih, Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Malang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun