Mohon tunggu...
Ambrosius JofanSirken
Ambrosius JofanSirken Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UNIKAMA

Npm : 190402080016 || @realjbrown_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pembelajaran Daring di Indonesia

10 April 2022   22:06 Diperbarui: 10 April 2022   22:12 9301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir di Dunia menyelenggarakan sekolah daring. Hal ini disebabkan oleh virus corona atau covid-19. Tak terkecuali Indonesia. Indonesia sudah melangsungkan sekolah online hamper dua tahun lamanya. Banyak orang tua yang setuju dengan agenda ini, namun tidak sedikit juga tidak setuju.
Beberapa orang tua mengatakan jika sekolah online berdampak baik bagi anaknya. Karena dengan pembelajaran daring, siswa dapat belajar dimana saja. Dengan bekal gadget, siswa sudah bisa mengakses pelajaran yang diperoleh dari sekolah. Siswa hanya perlu mengakses layanan zoom atau google meet. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan kualitas tinggi.
Tidak hanya itu, pembelajaran daring mempermudah siswa belajar kapan saja. Kelebihan pembelajaran daring adalah waktu yang efisien. Selain itu, siswa dapat mengulang video atau materi kapan saja. Siswa juga bisa mengatur kecepatan waktu belajar mereka. Siswa juga bisa merefleksikan materi sebelum melangkah ke materi berikutnya.
Pembelajaran online juga membuat siswa dan guru memiliki interaksi yang dinamis. Pasalnya dengan pembelajaran online, mereka dapat berinteraksi dan saling berbagi gagasan dari beberapa sumber. Tidak hanya semua siswa juga dapat urun pendapat pada setiap materi yang diberikan guru.
Membangun diskusi berkualitas tinggi adalah salah satu dampak positif bagi pembelajaran daring. Dsikusi secara online memungkinkan siswa berefleksi atas komentar guru atau siswa lain sebelum meresponnya. Siswa dapat melatih respon komentar secara terstruktur.
Tidak hanya itu, siswa dapat mengakses pembelajaran dengan lebih mudah. Siswa dapat mengakses dengan mudah pelajaran dimana dan kapanpun. Siswa dapat mengakses buku di perpustakan online dengan buku digital. Google juga menjadi alternatif bagi siswa.
Dengan pembelajaran daring, membuat siswa belajar dengan mandiri. Tanpa pengawasan dari guru secara terus-menerus membuat siswa lebih memiliki sifat kemandirian. Dalam hal menghitung,menjabarkan dan lain hal.
Namun tak sedikit pula orang tua yang beropini bahwa pembelajaran daring memiliki dampak negatif. Hal ini mengakibatkan siswa tidak bisa maksimal menyerap pelajaran dengan baik. Ini dipicu karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran online.
Pembelajaran online memang mengaruskan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya saat belajar. Namun karena lemahnya pengawasan dari orang tua, hal ini mengakibatkan siswa menjadi malas untuk sekolah. Dan yang paling parah adalah siswa tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Keterbatasan sarana pendukung juga menjadi pemicu kemalasan siswa. Kuota yang habis, jaringan yang terkadang lemot. Sehingga siswa enggan untuk mengikuti zoom atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Tidak hanya itu, hubungan antara guru dan siswa juga menjadi korbannya. Hubungan antara guru dan siswa menjadi dingin. Hal ini terjadi lantaran siswa tidak pernah bertemu dengan gurunya.
Angka putus sekolah yang ada di Indonesia juga semakin meningkat. Banyak siswi yang memilih untuk menikah daripada melanjutkan sekolahnya. Hal ini lagi-lagi dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana terutama di pedesaan.
Pembelajaran daring juga mengakibatkan kesehatan mental anak menjadi menurun. Pasalnya anak-anak menjadi stress dengan tugas yang diberikan. Namun pembahasan materi yang sedikit. Hal itu bisa memicu kesehatan mental anak menjadi terganggu.
Dari beberapa pendapat orang tua ini, sebenarnya memiliki dampak sendiri-sendiri. Bagi orang tua yang menganggap daring itu lebih baik, mereka akan mendukung penuh kegiatan anaknya. Namun, jika beberapa orang tua menganggap daring tidak efisien, maka mereka akan mencari solusi agar buah hatinya mendapat pembelajaran yang maksimal.
Tidak sedikit juga akhirnya orang tua memutuskan untuk mendaftarkan anaknya les. Beberapa orang tua beralasan bahwa dengan les, anaknya mendapatkan materi yang belum sempat diajarkan di sekolah. Dengan cara seperti ini juga dapat memaksimalkan belajar seorang siswa. Sehingga dia tidak tertinggal materi pelajaran di sekolah.
Namun terdapat juga orang tua yang pasrah dengan hal ini. Mereka lebih memilih anaknya putus sekolah. Alasannya adalah biaya yang mahal karena harus membeli hp dan kuota. Hal ini biasa terjadi di pedesaan. Orang tua disana lebih memilih untuk menikahkan anaknya daripada harus membiayai anaknya sekolah.
Memang pembelajaran daring ini memiliki dampak positif dan negatinya masing-masing. Namun alangkah baiknya sebagai orang tua harus terus mengawasi dan menyemangati anaknya agar tuntas dibangku sekolah hingga menjadi mahasiswa. Karena pandemi bukan alasan untuk anak-anak putus sekolah.
Beberapa orang tua berharap agar pandemi segera berakhir. Sehingga pembelajaran dapat dilakukan seperti sedia kala. Agar anak-anak mereka mendapat fasilitas pembelajaran dengan maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun