Mohon tunggu...
Chairunisa
Chairunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Biologi Universitas Sumatera Utara

saya adalah mahasiswa magister biologi universitas sumatera utara, dimana saya memiliki hobi membaca buku dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

UPAYA KONSERVASI TUMBUHAN Shorea Sumatrana : TANTANGAN DAN SOLUSI

6 Oktober 2024   10:27 Diperbarui: 6 Oktober 2024   10:47 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shorea sumatrana (Sumber : https://rimbundahan.org) Input sumber gambar

 

Shorea sumatrana, yang lebih dikenal dengan sebutan Meranti Merah Sumatra, adalah salah satu spesies penting dalam ekosistem hutan hujan tropis di Sumatra, Indonesia. Pohon ini memiliki nilai ekologis yang signifikan dan merupakan bagian dari keluarga Dipterocarpaceae, yang sering menjadi target eksploitasi industri kayu karena kualitas kayunya yang tinggi. Namun, akibat deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan praktik pembalakan liar, Shorea sumatrana sekarang berada di ambang kepunahan. Menurut Daftar Merah IUCN, spesies ini masuk dalam kategori Endangered (terancam punah). Artikel ini akan mengkaji berbagai upaya konservasi yang sedang dilakukan untuk melindungi Shorea sumatrana dan memperbaiki kondisi habitatnya, serta literatur yang mendukung strategi konservasi ini.

Pentingnya Konservasi Shorea sumatrana

Shorea sumatrana memiliki peran ekologis penting sebagai pohon kanopi dalam hutan hujan tropis. Sebagai bagian dari ekosistem, pohon ini menyediakan habitat bagi banyak spesies fauna, termasuk burung, serangga, dan mamalia kecil. Selain itu, Shorea sumatrana berfungsi sebagai penjaga struktur tanah, mencegah erosi, dan berkontribusi terhadap siklus karbon melalui penyerapan karbon dioksida dari atmosfer.

Namun, dengan laju deforestasi yang cepat, populasi Shorea sumatrana terus menurun. Kehilangan spesies ini akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ekosistem hutan tropis dan hilangnya jasa ekosistem penting yang mereka sediakan. Oleh karena itu, upaya konservasi Shorea sumatrana tidak hanya bertujuan untuk melestarikan spesies ini, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Ancaman Terhadap Kelestarian Shorea sumatrana

Tantangan utama yang dihadapi Shorea sumatrana adalah hilangnya habitat akibat konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan kelapa sawit, dan pemukiman. Perkebunan kelapa sawit khususnya menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan hutan tropis dataran rendah, yang merupakan habitat utama spesies ini. Selain itu, pembalakan liar dan penebangan yang tidak berkelanjutan juga berkontribusi terhadap menurunnya populasi Shorea sumatrana.

Fragmentasi habitat menjadi masalah tambahan, di mana hutan yang dulunya terhubung sekarang terpecah menjadi potongan-potongan kecil yang terisolasi. Hal ini mengurangi peluang spesies ini untuk berkembang biak dan mempertahankan keanekaragaman genetiknya. Ditambah lagi, spesies ini membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh dewasa, sehingga regenerasi alami dalam lingkungan yang terganggu menjadi sangat sulit.

                          

Ilustrasi konversi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit (Sumber : https://mampirkebun.blogspot.com) Input sumber gambar
Ilustrasi konversi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit (Sumber : https://mampirkebun.blogspot.com) Input sumber gambar
 

Upaya Konservasi In-Situ

Upaya konservasi in-situ, yang berfokus pada perlindungan spesies di habitat alaminya, menjadi prioritas utama dalam melindungi Shorea sumatrana. Beberapa langkah in-situ yang sedang dilakukan dan diusulkan untuk melestarikan spesies ini meliputi:

1. Perlindungan Kawasan Hutan

Salah satu langkah penting dalam upaya konservasi adalah perlindungan kawasan hutan yang masih menjadi habitat bagi Shorea sumatrana. Beberapa taman nasional di Sumatra, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Kerinci Seblat, menjadi area konservasi utama yang bertujuan untuk melindungi spesies endemik seperti Shorea sumatrana. Penetapan kawasan konservasi ini bertujuan untuk melindungi area yang kaya keanekaragaman hayati dari aktivitas manusia yang merusak, seperti penebangan dan perambahan hutan.

Namun, meskipun kawasan konservasi sudah ditetapkan, tantangan masih ada dalam hal pengelolaan dan penegakan hukum. Penambahan patroli, pengawasan yang lebih ketat, dan kolaborasi dengan masyarakat lokal diperlukan untuk memastikan bahwa kawasan konservasi benar-benar terlindungi dari aktivitas ilegal.

2. Penghijauan dan Restorasi Hutan

Program penghijauan dan restorasi hutan telah menjadi bagian penting dari upaya melestarikan Shorea sumatrana. Restorasi ini mencakup penanaman kembali pohon Shorea sumatrana di kawasan yang telah terdegradasi atau mengalami deforestasi. Program seperti ini bertujuan untuk memulihkan habitat alami spesies ini, sekaligus memperbaiki struktur dan fungsi ekosistem yang rusak.

Di beberapa wilayah, pemerintah dan organisasi non-pemerintah bekerja sama dalam inisiatif restorasi, termasuk pembentukan bank benih untuk menjaga keberlanjutan sumber genetik. Restorasi juga melibatkan pemilihan lokasi yang tepat, pengelolaan tanah, dan pemantauan pertumbuhan tanaman untuk memastikan keberhasilan jangka panjang.

3. Penegakan Hukum dan Perlindungan Hutan

Penegakan hukum yang lebih ketat terhadap kegiatan pembalakan liar merupakan salah satu langkah penting dalam upaya konservasi. Meskipun peraturan tentang larangan penebangan spesies pohon yang dilindungi seperti Shorea sumatrana sudah ada, penegakan di lapangan sering kali lemah. Penguatan kapasitas lembaga hukum, peningkatan patroli di kawasan hutan, serta pemberdayaan masyarakat untuk melaporkan aktivitas ilegal adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, ada kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya melindungi hutan dan spesies endemik yang ada di dalamnya. Peningkatan kesadaran ini bisa dilakukan melalui kampanye pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.

Upaya Konservasi Ex-Situ

Selain upaya in-situ, konservasi ex-situ juga merupakan komponen penting dalam melestarikan Shorea sumatrana. Konservasi ex-situ bertujuan untuk melindungi spesies ini di luar habitat alaminya, melalui berbagai pendekatan seperti kebun raya, bank benih, dan program penangkaran.

1. Bank Benih dan Pembibitan

Bank benih memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya genetik Shorea sumatrana. Benih dari pohon-pohon yang masih ada dikumpulkan, disimpan, dan digunakan untuk program pembibitan yang bertujuan untuk menanam kembali pohon-pohon di habitat alaminya atau di area konservasi. Upaya ini membantu menjaga keberlanjutan spesies meskipun habitat aslinya semakin berkurang.

Pembibitan juga memberikan peluang bagi peneliti dan konservasionis untuk memahami lebih baik tentang pertumbuhan dan perkembangan spesies ini, sehingga dapat digunakan dalam program reintroduksi yang lebih efektif di masa mendatang.

2. Kebun Raya dan Arboretum

Kebun raya dan arboretum di berbagai tempat, termasuk Kebun Raya Bogor di Indonesia, berfungsi sebagai pusat konservasi ex-situ bagi berbagai spesies pohon tropis, termasuk Shorea sumatrana. Di sini, spesimen-spesimen Shorea sumatrana dipelihara, dipelajari, dan dilindungi dari ancaman yang ada di habitat alaminya. Kebun raya ini juga menyediakan tempat bagi penelitian ilmiah, pendidikan, serta promosi kesadaran publik mengenai pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati hutan.

3. Reintroduksi ke Habitat Alami

Salah satu tujuan utama dari konservasi ex-situ adalah untuk mengembangkan spesimen yang cukup sehat dan kemudian mengembalikannya ke habitat alami. Program reintroduksi ini biasanya dilakukan di kawasan hutan yang telah mengalami pemulihan atau di area yang dilindungi. Proses ini memerlukan perencanaan yang matang dan dukungan berkelanjutan untuk memastikan bahwa spesies yang dilepas dapat bertahan hidup di lingkungan alami yang baru.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Partisipasi masyarakat lokal merupakan komponen penting dalam konservasi yang berhasil. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sering kali memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal dan spesies tumbuhan seperti Shorea sumatrana. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi menjadi kunci sukses dalam jangka panjang. Beberapa langkah pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan meliputi:

1. Pendidikan dan Penyuluhan

Peningkatan kesadaran tentang pentingnya hutan dan spesies seperti Shorea sumatrana harus menjadi bagian dari program pendidikan dan penyuluhan bagi masyarakat lokal. Program ini bisa melibatkan sekolah, komunitas, dan kelompok masyarakat, dengan tujuan mengedukasi mereka tentang manfaat ekologis dan ekonomi dari menjaga hutan dan spesies yang dilindungi. Peningkatan kesadaran juga dapat membantu mengurangi aktivitas ilegal seperti pembalakan liar dan perambahan hutan.

2. Pemberdayaan Ekonomi Berkelanjutan

Salah satu cara untuk mengurangi tekanan terhadap hutan adalah dengan memberikan alternatif ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Misalnya, pengembangan ekowisata atau budidaya tanaman berkelanjutan dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat tanpa harus merusak hutan. Melalui pelatihan dan pendampingan, masyarakat dapat dilibatkan dalam praktik-praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan, sehingga mereka dapat merasakan manfaat langsung dari konservasi.

3. Keterlibatan dalam Restorasi Hutan

Program restorasi hutan yang melibatkan masyarakat lokal dalam penanaman dan pemeliharaan pohon Shorea sumatrana juga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses ini, mereka akan merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan program dan lebih termotivasi untuk menjaga hutan dan spesies yang dilindungi.

Kesimpulan

Upaya konservasi Shorea sumatrana memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat lokal, dan akademisi. Perlindungan habitat alami, restorasi hutan, penegakan hukum yang lebih kuat, serta konservasi ex-situ adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk melindungi spesies ini dari ancaman kepunahan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat lokal dalam proses konservasi juga menjadi faktor kunci untuk memastikan bahwa upaya pelestarian Shorea sumatrana dapat bertahan dalam jangka panjang.

Daftar Pustaka

Ashton, P. S. (1982). Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Series I, Vol. 9. Rijksherbarium.

Chua, L. S. L., Suhaida, M., Hamidah, M., & Saw, L. G. (2010). Malaysia Plant Red List: Dipterocarpaceae. ResearchGate.

IUCN Red List of Threatened Species (2023). Shorea sumatrana. IUCN.

Symington, C. F. (1943). Foresters' Manual of Dipterocarps. Malayan Forest Records.

Whitmore, T. C. (1984). Tropical Rain Forests of the Far East. Oxford University Press.

Chairunisa, Mahasiswa Magister Biologi Universitas Sumatera Utara.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun