Mohon tunggu...
SITTI Palembang
SITTI Palembang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kupikir setiap momen takkan pernah bisa terulang dengan sama, atau bahkan takkan pernah bisa terulang lagi. Mengabadikannya adalah hal yang sangat berkesan buatku. Ada kenangan yang terekam untuk bisa selalu diingat sepanjang waktu. Senang bisa kenal denganmu. :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Takkan Terulang!!!

13 Juni 2010   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata kananku sayang Maafkan saya , yah… Saya benar-benar bersalah padamu.  Saya tidak menjagamu dengan baik kemarin.  Seharusnya saya tidak ambil resiko sedikit pun. Kau terlalu berharga ; sekarang saya sadar sepenuhnya. Insya Allah saya takkan lupa.Kau dan saudaramu yang sebelah kiri itu adalah bagian yang sangat penting dari diriku. Saya benar-benar kesusahan karena ‘kehilangan’ dirimu kemarin. Semua orang harus tahu bahwa mengemudikan kendaraan dengan sebelah mata itu sulit bukan main. Meskipun akhirnya kita bisa pulang selamat sampai di rumah, tapi kalau bisa saya tidak ingin mengulanginya lagi.Jangankan mengemudikan kendaraan ,  Mengetik pun susah sekali jika kau terus merasa pedih dan mengucurkan air mata. Saya tidak bisa membayangkan betapa lelahnya dirimu setelah menguras air mata selama berjam-jam seperti itu. Yang jelas, mata kiriku dan sekujur tubuhku ikut merasakan penderitaanmu. Saya tidak merasa lapar ,  tidak mengantuk , tidak punya selera humor , tidak bisa tertawa, tidak bisa berpikir lurus , bahkan menyendok makanan ke mulut pun susah payah. Memang teramat pedih, dan kalau bisa saya tidak ingin merasakannya lagi. Saya tidak ingin lagi membawamu ke Instalasi Gawat Darurat seperti kemarin. Terlalu sulit rasanya hidup dengan sebelah mata yang menahan sakit dan terus mengucurkan air mata. Kalau bisa , Saya juga tidak ingin lagi ditetesi obat mata yang pedihnya amit-amit itu lagi. Kau tahu , ketika perawat itu datang membawa alat suntik, Saya ketakutan tiga perempat mati (lebih dahsyat daripada setengah mati!). Saya pikir kelopak mataku perlu disuntik bius , kemudian kau akan dikucek-kucek seperti pengalaman adekku dulu (yang menurutnya adalah pengalaman horor paling menakutkan dalam hidupnya). Saya bukan orang baru di IGD , tapi saya merasa sangat ngeri membayangkan mataku dibedah. Tapi saya lega ketika perawat itu membengkokkan jarum suntiknya. Ternyata alat suntik itu hanya digunakannya untuk menyiramkan obat untuk membersihkan mata. Rasanya sejuk dan menyegarkan , tidak seperti obat yang pertama. Mata kananku sayang, Hidupku sangat susah jika kau kesakitan. Saya janji akan menjagamu sebaik mungkin mulai sekarang. Saya tidak akan ambil resiko. Lagipula harga kacamata selangit. Kalau memang mesti membeli kacamata , lebih baik dengan uang seseran saja , toh ? Waktu itu kita telah berhasil membuat sang dokter terkesima. Minus seperempat pun tak ada. Sekarang, setelah lebih dari seperempat abad kita bersama, Saya tidak pernah punya keluhan pada penglihatanku. Kalian, kedua mataku, memang benar-benar spesial. Saya sadar sekarang. Saya janji tidak akan ambil resiko lagi. Hidup terlalu berat tanpa kalian berdua. Mata kananku sayang, Banyak-banyak istirahat yah… Cepatlah sembuh, supaya kita bisa melanjutkan hidup bersama sampai tua dan membuat para dokter mata sedunia kebingungan. Saya akan rajin makan tomat,wortel dan segala buah yang banyak mengandung vitamin A untuk kau dan saudaramu. Saya tidak akan lagi sembarangan mengucek-ucek kalian berdua. Dan yang pasti , Saya tidak akan lagi mengendarai motorku tanpa pelindung mata atau helm yang melindungi wajah. Saya tidak akan ambil resiko seperti kemarin. Janji! InsyaAlloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun