Pendidikan adalah upaya yang terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi mereka secara aktif, agar dapat membantu memiliki sikap spiritual/keagamaan yang baik, kepribadian yang mandiri, kecerdasan yang tinggi, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh individu.Â
Hal itu sesuai dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang cerdas dan mandiri agar mampu menghadapi berbagai aspek kehidupan, maka dari itu pendidikan harus menjadi sarana yang efektif dalam membimbing peserta didik untuk menggapai itu semua. Pendidikan dapat diraih melalui proses belajar, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Proses belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam berbagai aspek, termasuk pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, serta kebiasaan pada seorang individu.Â
Melalui proses belajar, peserta didik mengalami berbagai perubahan dalam diri mereka, termasuk perubahan dalam perilaku, pengetahuan, dan kemampuan untuk menggali serta mengembangkan potensi yang dimilikinya.Â
Namun dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa pasti dihadapkan pada kendala atau kesulitan yang dapat menghambat proses pembelajaran, hal ini dibuktikan dengan adanya masalah yang menyebabkan tujuan belajar siswa tidak tercapai secara optimal.Â
Permasalahan yang dihadapi siswa merupakan permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, seperti kurangnya semangat belajar dan kurangnya rasa percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.Â
Hal tersebut menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dan kurang mampu menggunakan potensi yang dimilikinya, sehingga cenderung tidak dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan guru, juga mungkin mengalami kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.
Selain itu, masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran juga dapat berasal dari faktor lingkungan sekitar, yang pertama adalah lingkungan keluarga. Terkadang, cara belajar anak di rumah diabaikan oleh orang tua, dan mereka mungkin tidak cukup memperhatikan potensi yang dimiliki oleh anak. Dalam konteks keluarga, orang tua memegang peran sebagai pendidik dan guru pertama bagi anak.Â
Oleh karena itu, perhatian dan pembinaan terhadap potensi anak oleh orang tua sangatlah penting. Faktor kedua adalah lingkungan sekolah. Seringkali, kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan sekolah itu sendiri seperti keterbatasan sarana dan prasarana, padahal fasilitas yang tersedia di sekolah sangatlah penting karena sebagai penunjang ketercapaian tujuan belajar siswa.
Seperti halnya yang terjadi di SD tempat PLP 2 saya, bahwa saat proses pembelajaran di kelas 1 terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan. Hal itu disebabkan karena siswa tidak konsentrasi dan sering melamun ketika guru mengajar, sehingga susah untuk memahami materi dan berpengaruh ke nilai tugas dan ulangan yang tidak memuaskan.Â
Oleh karena itu, kondisi siswa yang seperti itu perlu dipertanyakan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan memerlukan perhatian lebih dari guru dan sekolah. Hambatan/kesulitan yang dihadapi siswa jika dibiarkan dapat berdampak negatif pada kelangsungan proses belajar mereka.Â
Dari berbagai masalah yang menjadi hambatan dalam pembelajaran siswa, tidak semua bisa diatasi oleh siswa sendiri. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan dan masalah belajar ini, peran sekolah sangatlah penting.Â
Pihak sekolah perlu memberikan penanganan khusus kepada siswa yang mengalami kendala belajar. Penanganan khusus ini dapat berupa bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Bimbingan yang dimaksud di sini adalah layanan bimbingan konseling yang diselenggarakan oleh tenaga pendidik untuk membantu siswa mengatasi hambatan belajar yang dapat mengganggu pencapaian hasil belajarnya.
Layanan bimbingan konseling di SD merupakan elemen kunci yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran siswa di lingkungan sekolah. Maka, penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah harus dilakukan secara optimal dan dengan standar kualitas yang tinggi.Â
Dengan adanya bimbingan konseling yang berkualitas, diharapkan dapat memberikan dukungan bagi siswa dalam mengembangkan diri mereka menuju arah yang lebih terarah. Bimbingan yang efektif adalah yang memberikan panduan atau arahan kepada siswa, serta mampu memberikan layanan optimal agar siswa dapat menggali potensinya dan mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi selama proses belajar.
Untuk mengatasi permasalahan hambatan belajar yang terjadi pada siswa SD agar pencapaian belajar berhasil dan optimal, dibutuhkan peran layanan bimbingan konseling antara lain :
- Melakukan Pencegahan : Layanan bimbingan konseling bertujuan untuk mencegah munculnya masalah pada diri siswa, sehingga mereka dapat terhindar dari potensi masalah yang dapat menghambat perkembangan mereka. Pencegahan ini menjadi langkah awal yang harus diambil oleh seorang konselor guna mencegah timbulnya masalah dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah.
- Memberikan Pemahaman : Disini dimaksudkan bahwa bimbingan konseling akan membantu siswa untuk memahami dirinya sendiri, termasuk potensinya, serta memahami lingkungannya, termasuk aspek pendidikan, pekerjaan, dan norma agama. Konselor bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan memfasilitasi pemahaman konseli, sehingga siswa mampu mengenali potensi yang dimilikinya dan memahami konteks lingkungan sekitarnya.
- Melaksanakan Perbaikan: Dalam hal ini bimbingan konseling membantu siswa untuk mengatasi kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Melalui ini, konselor bekerja sama dengan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, sehingga mereka tidak mengalami kekeliruan dalam pemikiran, tindakan, atau sikap. Dengan bantuan konselor, siswa dapat mencegah terulangnya masalah yang dihadapi di masa mendatang.Â
- Melakukan Pemeliharaan : Setelah siswa diberikan perbaikan, kemudian dilakukan pemeliharaan yaitu dimana konselor bertugas untuk menjaga agar perilaku positif yang telah dimiliki siswa tidak kembali rusak. Tujuannya adalah agar siswa dapat terus mempertahankan stabilitas dirinya dan tidak mengalami kemunduran. Dengan demikian, mereka dapat melanjutkan aktivitas mereka tanpa terganggu oleh masalah yang pernah dialami sebelumnya. Siswa juga diharapkan mampu mengembangkan diri menuju perbaikan yang lebih baik.
Dengan itu, hambatan atau kesulitan belajar siswa dapat teratasi dan proses belajar siswa pun berjalan dengan baik, dapat mencapai tujuan pembelajaran serta hasil belajar berkembang optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H