Surabaya, 9/6/2022 -- Anak merupakan pionir bagi masa depan, baik itu masa depan keluarga, agama, maupun negara. Hal itu dapat terjadi karena kelak anak tersebut akan melanjutkan estafet kepemimpinan yang telah ada baik dalam bidang apapun.Â
Tentu hal ini perlu dipersiapkan dengan baik, karena untuk mencetak pemimpin yang baik dan berkompeten dibidangnya memerlukan upaya yang besar dan proses yang tidak singkat. Apabila seorang pemimpin merupakan orang yang tidak berkompeten, maka bidang yang ia pegang bisa hancur dan akan memberi dampak yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya.
Selama proses pembentukan karakter, seorang anak tidak bisa melakukannya sendirian, namun dia perlu didukung oleh lingkungannya. Lingkungan yang paling berpengaruh adalah keluarga selaku lingkungan yang pertama kali dikenal oleh seorang anak.Â
Meskipun seorang anak diberi edukasi yang cukup baik mengenai kepemimpinan maupun tentang bidang yang digelutinya, namun apabila dukungan dari keluarga atau lebih khususnya orang tua masih kurang atau justru menjatuhkan anak tersebut, tentu hal itu akan memberi hambatan yang cukup besar bagi proses belajar anak.Â
Seorang anak bahkan bisa terlambat proses belajarnya atau bahkan memilih untuk berhenti belajar dan melakukan hal yang dapat merusak masa depannya.
Pernyataan ini tidak hanya sebatas khayalan saja, namun fakta di lapangan sudah menunjukkan bahwa memang banyak orang tua yang kurang mendukung anaknya dalam berkembang dan bahkan sampai memberi contoh yang tidak baik kepada anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu diadakannya edukasi bagi orang tua.Â
Edukasi ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran orang tua akan pentingnya peran mereka dalam tumbuh kembang anak. Tentu sebagai orang tua kita tidak ingin masa depan anak kita rusak sebagaimana keinginan kita agar masa depan kita tidak rusak. Andai masa depan kita sudah rusak, setidaknya mamsa depan anak kita tidak rusak agar dia tidak merasakan susahnya yang kita rasakan.
Tidak sedikit juga orang tua yang membiarkan anaknya melakukan hal yang tidak benar hanya karena beralasan bahwa ia juga pernah melakukan hal tersebut.Â
Pola pikir orang tua untuk menormalisir hal ini tentu harus dirubah karena bagaimanapun juga kita tetap harus meminimalisir terjadinya hal yang tidak baik. Jangan sampai anak berpikir bahwa melakukan beberapa hal yang tidak baik itu diperbolehkan karena orang tuanya tidak melarangnya. Dari sini kita bisa lihat bahwa peran akhlak orang tua pun juga penting dalam proses belajar anak.
Banyak orang tua yang berpikir bahwa hal buruk yang sudah terjadi pada dirinya sudah terlanjur terjadi dan mereka membiarkan hal tersebut tetap ada pada diri mereka.Â
Pola pikir seperti ini juga perlu dirubah karena tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik meskipun sebesar apapun kesalahan yang pernah diperbuat. Semuanya bisa dilakukan melalui langkah kecil yang dilakukan minimal secara konstan dan kalau bisa terus berkembang. Dengan baiknya akhlak orang tua, maka proses tumbuh kembang dan belajar anak juga bisa lebih cepat dilakukan dan pemimpin yang hebat bisa lahir dari hasil didikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H