Di negeri ini kita merindukan kelahiran Ibnu Sina-Ibnu Sina baru, anak-anak yang kreatif dengan jumlah yang bisa melampaui critical mass. Sebab, dunia ini ke depan akan semakin kompleks dan rumit.Â
Untuk mengatasi persoalan dan tantangan yang kompleks, diperlukan kemampuan berfikir kreatif dan berfikir orde tinggi. Kemampuan untuk menemukan gagasan dan pemecahan baru adalah sine qua nondari pencapaian tujuan, apa pun tujuan itu. Dari kreativitaslah lahir produktivitas dan inovasi.
Kreaivitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikar, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa guna memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang orisinal dan bermanfaat. Prosesnya berupa kemampuan melihat suatu yang tak terlihat sebelumnya. Menciptakan yang baru dari penataan kembali yang lama.
Orang-orang kreatif cenderung berfikir divergen (menghasilkan banyak kemungkinan jawaban) dan analogis (membandingkan satu hal dengan hal-hal lain yang berbeda-beda). Mereka mampu melihat hubungan-hubungan tersembunyi yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain.Â
Mereka mencari sebanyak mungkin alternatif dengan mengajukan sebanyak mungkin hipotesis yang diajukan secara paralel. Hal ini penting untuk membuat pandangan lebih utuh, kaya, dan berimbang. Sebab, dengan demikian mereka punya ragam perspektif dari satu masalah.
Di sinilah letak keadilan Tuhan. Setiap orang memiliki alokasi imajinasi dan daya penemuan yang sama, dan juga potensi yang sama. Kita semua diberkahi dengan inspirasi, kecerdikan, pandangan, dan kepenasaran intelektual yang dibutuhkan untuk bisa kreatif.
pembelajaran seperti akan sangat hidup dan mudah dicerna oleh anak-anak peserta didik. sebab, sangat sejalan dengan tahaapan peningkatan rasa ingin tau di dalam ruang imajinasi yang jelas dan mudah dimengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H