APAKAH BENAR NGABEN DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT FORMALITAS SAJA DAN DIKATAKAN SEBAGAI UPACARA YANG BOROS?
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keaneka ragaman yang begitu banyak,tidak hanya sumber daya alamnya saja yang menjadi pusat perhatian tetapi juga ras ,suku bangsa,adat istiadat budaya,bahasa,dan juga masih banyak lagi.
Salah satu pulau dengan keanekaragaman sumber daya alamnya dan juga adat istiadatnya yaitu Pulau Bali, pulau Bali dikenal dengan surganya keindahan tidak heran jika orang mancan Negara memilih untuk berlibur kebali dan pulau Bali juga dikenal sebagai Pulau dengan adat Istiadat yang sangat kental dan turun-temurun dari leluhur. Bali juga dikenal dengan adat istiadat yang sangat kental,Bali memiliki banyak sekali tradisi salah satunya yaitu tradisi upacara ngaben.
Upacara ngaben merupakan suatu upacara agama Hindu untuk penyucian roh dengan cara pembakaran jenazah/mayat manusia yg ditunjukkan atau dipersembahkan kepada leluhur agar nantinya roh bisa kembali ke Sang Pencipta untuk mempercepat proses kembalinya badan kasar ke sumber saat di alam, yakni Panca Mahabhuta; Pertiwi (unsur tanah), Apah (unsur air), Teja (unsur api), bayu (unsur udara) dan akasa (unsur ruang). Dimana kelima unsur ini menyatu membentuk tubuh manusia yang digerakan oleh atma (roh).
Ngaben berasal dari kata “beya” yang berarti bekal dan dapat juga dikatakan sebagai “lebu” yang berarti debu. Dimana tubuh manusia yang sudah meninggal dibakar dan menjadi tanah.
Ngaben sendiri merupakan tradisi keagamaan yang wajib dilaksanakan ketika salah satu anggota keluarga telah meninggal, ini juga bertujuan untuk menempatkan roh keluarga yang sudah meninggal agar mendapatkan tempat yang tentram.
upacara yang sakral sekaligus semarak ini sudah identic dengan Bali. Jadi orang bali percaya ngaben tersebut dapat menyucikan anggota keluarga yang sudah meninggal ke tempat peristirahat terakhir. Ngaben dilakukan dengan tingkatan madya hingga utama
Tetapi terdapat isu –isu apakah upacara ngaben harus dilakukan dengan mewah dan besar besaran? Memang benar runtutan acara ngaben terbilang banyak sekali tahapan hingga tahapan harus dilaksanakan dengan baik dan tertata.
Ngaben merupakan upacara yang sakral dan tidak semata-mata hanya untuk formalitas saja, jika memang benar upacara ngaben dilakukan dengan meriah dan besar besaran kembali lagi kepada masyarakat itu sendiri,jika mereka tidak merasa terbebani dalam ajaran agama hindu tidak ada larangan untuk melakukan upacara dengan meriah dan besar besaran tetapi hal itu harus dilandasi dengan keiklasan.
Bali sangat kental dengan adat istiadatnya, bali juga relevan dalam mengikuti zaman, apalagi tradisi ngaben dapat dilakukan dengan masal antar dadia dimana itu juga dapat mempermudah masyarakat yang kurang mampu dalam melakukan upacara tersebut. Tradisi ini juga dituju pada keiklasan karena ketika kita iklas itu juga akan membuat nenek moyang atau leluhur kita damai dan tentram.
Jika ngaben masih dikatakan upacara yang digunakan untuk formalitas dan bersifat boros semata, pandangan saya itu tidak benar karena upacra ngaben memiliki runtutan yang sangat sakral walaupun dikatakan sebagai upacara yang boros. Ini juga tergantung dari pandangan masyarakat sekitar bagaiamana mereka menerima tradisi ini dengan tulus ikhlas.
Kita sebagai salah satu agama tertua dibali mungkin akan dengan bangga memiliki tradisi yang terus hingga sekarang dilestarikan, memang benar untuk menyamaratakan presepsi atau pandangan masyarakat itu tidak akan berhasil tetapi dengan adanya sebuah pembuktian bahwa ngaben dilakukan karena tujuan yang memang benar adanya . tentunya itu adalah suatu keselarasan yang sangat bagus
Dan jika ngaben masih dikatakan upacara yang digunakan untuk formalitas dan bersifat boros semata, pandangan saya itu tidak benar karena upacra ngaben memiliki runtutan yang sangat sakral walaupun dikatakan sebagai upacara yang boros. Ini juga tergantung dari pandangan masyarakat sekitar bagaiamana mereka menerima tradisi ini dengan tulus ikhlas.
Kita sebagai salah satu agama tertua dibali mungkin akan dengan bangga memiliki tradisi yang terus hingga sekarang dilestarikan, memang benar untuk menyamaratakan presepsi atau pandangan masyarakat itu tidak akan berhasil tetapi dengan adanya sebuah pembuktian bahwa ngaben dilakukan karena tujuan yang memang benar adanya.
Adapun runtutan upacara ngaben yakni
1.Ngulapin
2.Nyiramin/ngemandusin
3.Ngajum kajang
4.Ngaskara
5.Mameras
6.Papegatan
7.Pakriman ngutang
8.Ngeseng
Dan masih banyak lagi runtutan yang dilakukan dalam upacara pitra yadnya karena runtutan upacaranya sangatlah banyak, ini membuktikan memang benar dalam melakukan upacara ngaben memerlukan biaya yang cukup besar tetapi ketika upacara ngaben dilakukan secara masal itu juga akan meringankan masyarakat yang kurang mampu atau menengah.
Dalam hal ini masyarakat juga harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Kita juga sebagai generasi muda memerlukan adanya suatu revutilisasi yang baru agar nantinya tradisi ngaben ini ada sampai anak dan cucu kita nantinya.
Dalam beberapa tahun terakhir ngaben ditiadakan karena alasan pandemi COVID-19 tetapi, ada beberapa keluarga yang melakukan upacara ngaben dengan privat yang hanya di lakukan oleh keluarganya sendiri karena untuk menghindari penyebaran COVID-19. Itu juga melalui persetujuan dari beberapa pihak dari desa. Tetapi ada juga kabupaten yang dengan besar-besaran melakukan upacara ngaben dengan runtutan yang sangat tertata dan itu juga tentunya selalu menggunakan peraturan yang berlaku hingga sekarang.
Dalam hal ini masyarakat juga harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Kita juga sebagai generasi muda memerlukan adanya suatu revutilisasi yang baru agar nantinya tradisi ngaben ini ada sampai anak dan cucu kita nantinya.
Nama : Kadek Veronika Ambarani
Nim : 2106091058
Prodi : D3 kebidanan
Rombel : 07
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI