Mohon tunggu...
Khaylila Shafa Pradistya
Khaylila Shafa Pradistya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Uiversitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Khaylila Shafa Pradistya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Netralitas Indonesia dalam Konflik Rusia-Ukraina, Pilihan Diplomasi atau Keharusan Strategis?

7 Desember 2024   11:06 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disahkannya politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif memberikan Indonesia sebuah kebebasan yang luas, menghapus tali yang mengharuskan Indonesia terjerat pada blok geopolitik tertentu. Prinsip bebas aktif tidak menjadikan Indonesia negara yang pasif, terbukti dengan beberapa kovensi dan konflik internasional yang telah melibatkan peran Indonesia yang salah satunya merupakan konflik Rusia-Ukraina.

Meskipun dalam posisi netral, sesuai dengan warisan dari Gerakan non-blok, Indonesia tetap memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung adanya perdamaian sesuai dengan prinsip politik luar negerinya yang bebas aktif. Namun, apakah sikap netral ini semata-mata merupakan pilihan diplomasi untuk menjaga hubungan internasional, atau justru bagian dari strategi yang lebih luas untuk melindungi kepentingan nasional di tengah dinamika geopolitik global?

Terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan sebuah puncak dari panasnya persaingan geopolitik antara kedua negara tersebut. Ada beberapa faktor yang menjadi dalang terjadinya invasi ini, beberapa diantaranya adalah politik dan ekonomi.

Dalam konteks diplomasi, Indonesia melibatkan perannya dalam mendorong adanya perdamaian antara kedua belah pihak. Hal ini terjadi karena dalam G20, beberapa negara mendesak Indonesia untuk mengeluarkan rusia dari konvensi tersebut. 

Namun, kerena prinsip politiknya yang bebas aktif, Indonesia memilih untuk melakukan diplomasi agar mengurangi ketegangan yang terjadi pada kedua negara tersebut.Indonesia memanfaatkan posisinya sebagai negara nonblok untuk menjadi jembatan komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai melalui adanya sebuah diplomasi. 

Bentuk diplomasi yang dilakukan adalah dengan mengunjungi kedua negara tersebut. Sebagai pemegang presidensi G20 pada tahun 2022, Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendorong terciptanya perdamaian melalui diplomasi tingkat pertama (first track diplomacy), yaitu diplomasi yang melibatkan interaksi langsung antar pemerintah.

Sikap netral Indonesia tidak hanya mencerminkan pilihan diplomasi untuk menjaga hubungan baik dengan semua pihak, tetapi juga didorong oleh kebutuhan untuk melindungi kepentingan nasional. Dalam konteks ini, netralitas tidak sekadar soal menjaga harmoni, tetapi juga menjadi keharusan strategis di tengah dampak konflik terhadap ekonomi dan juga stabilitas global.

Konflik yang terjadi bisa merambat ke dampak perdagangan global yang nantinya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indonesia memiliki landasan kebijakan serta pengalaman yang mendukung perannya dalam mendorong stabilitas politik di tingkat internasional. Terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, membuat Indonesia memiliki peran yang sangat krusial dalam konteks perdagangan global.

Indonesia memiliki keharusan untuk memastikan kestabilan Kawasan serta menjaga hubungan baik dengan berbagai kekuatan global. Posisinya yang netral dalam konflik Rusia Ukraina membantu Indonesia dalam berdinamika untuk menghindari konflik dengan negara-negara besar lainnya.

Kebijakan bebas aktif yang ada membuat Indonesia senantiasa menjaga hubungan baiknya dengan rusia atau ukraina sambil mengedepankan kepentingan nasionalnya. Melalui sikap netral, Indonesia dapat mendorong upaya internasional seperti dialog damai dan mediasi, sekaligus melindungi kepentingan ekonomi domestik, seperti stabilitas harga pangan dan energi yang terpengaruh akibat konflik tersebut.

Karena pada dasarnya rantai pasok energi dan pangan global dapat terganggu melalui konflik rusia dan ukraina yang sedang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan harga dan juga pasar.

Dalam konflik Rusia Ukraina yang terjadi, netralitas yang dimiliki Indonesia tidak hanya semata-mata menjadi alat untuk melindungi kepentingan domestiknya, tetapi juga menempatkan Indonesia di Tengah dinamika politik global yang kompleks, baik melalui respons terhadap tekanan internasional maupun upaya memperkuat posisinya sebagai negara nonblok yang relevan.

Konflik antara rusia dan ukraina menyebabkan Indonesia berada di bawah tekanan diantara negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa yang mendukung penuh Ukraina, serta Rusia yang menginginkan dukungan atau setidaknya sikap yang tidak memusuhi. Tekanan ini muncul dalam bentuk diplomasi, kebijakan perdagangan, hingga ancaman pengurangan kerja sama bilateral.

Terlebih dengan posisinya yang netral, citra Indonesia dapat terancam apabila dapat terpengaruh dengan negara-negara barat untuk memihak salah satu negara yang berkonflik. 

Netralitas yang dianut oleh Indonesia juga kerap menuai kritik. Sikapnya yang netral membuat Indonesia dianggap sebagai negara yang kurang tegas dalam menghadapi sebuah konflik. 

Terlebih konflik yang terjadi antara rusia san ukraina ini dinilai sebagai pertarungan nilai universal seperti penghormatan terhadap kedaulatan dan hak asasi manusia. Hal ini tentunya  menjadi tantangan bagi Indonesia untuk senantiasa berperan netral tanpa menghilangkan legitimasi moral di mata global.

Namun, dalam memperkuat posisinya sebagai negara nonblok yang relevan, Posisi netral memungkinkan Indonesia untuk tetap konsisten dengan prinsip politik luar negeri bebas-aktif, menjadikannya negara nonblok yang relevan di tengah polarisasi dunia. Sikap ini memberi Indonesia peluang untuk diakui sebagai pihak yang dapat dipercaya dalam memediasi sebuah konflik.

Selain itu, dalam forum seperti G20, Indonesia dapat memperlihatkan kepemimpinan globalnya dengan mendorong penyelesaian damai dan menyoroti dampak konflik terhadap dunia, khususnya krisis pangan dan energi. Hal ini dapat memperkuat reputasi Indonesia sebagai pemimpin di negara-negara berkembang dan nonblok.

Netralitas ini bukan hanya keputusan taktis jangka pendek tetapi bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan Indonesia tetap relevan dalam diplomasi global, menjaga stabilitas ekonomi nasional, dan mengukuhkan posisinya sebagai negara dengan prinsip bebas aktif. Dengan kata lain, netralitas Indonesia adalah perpaduan tak terpisahkan antara pilihan diplomasi dan keharusan strategis.

Pendekatan ini memungkinkan fleksibilitas dan adaptasi Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik masa depan, tanpa mengorbankan prinsip dasar politik luar negeri atau kepentingan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun