Ternyata, aku pun tak menduga saat setiap nilai ulangan harian yang ia bawa pulang selalu angka 9 atau 10. Awalnya aku berpikir, yang penting ia bisa mengikuti ternyata ia mampu lebih dari yang kuduga. Dan, saat menerima raport semester pertama ia masuk 5 besar. Semakin aku yakin akan kemampuannya. Sejak itu prestasi akademiknya selalu mendapat yang baik diantara yang terbaik. Semua berlangsung hingga ia tamat sekolah dasar dengan nilai USBN yang luar biasa. Matematikanya 9,8. Begitu juga saat lulus SMP. Hingga kini, gadisku yang bernama Suci Geulis duduk di kelas 2 SMA, jurusan IPA. Diluar prestasi akademik, ia jago menggambar. Setiap mengikuti lomba ia pasti menang. Ia menyukai manga dan jago komputer. Ia juga aktif di berbagai kegiatan sekolah. Saat SMP dulu ia pengurus OSIS. Saat ini, ia ikut berbagai kegiatan ekskul dan lainnya di sekolah. Ia berbaur dengan semua temannya yang mendengar.
Sejak SMP bahkan ia sudah mampu belajar sendiri. Berbeda saat SD dulu, aku mendampinginya belajar. Teringat aku membaca semua buku pelajaran sekolahnya, membuat rangkuman, membuat soal latihan. Karena kuatir ia tidak menyerap dengan baik penjelasan gurunya di sekolah. Aku menjelaskan satu demi satu kosa kata yang belum ia pahami yang ada dalam buku pelajaran sekolahnya. Sejak SMP, ia sudah mampu memahami semua dengan baik.
Aku ingat saat ia duduk di kelas 5 SD. Mungkin saat pertama kali, ia menyadari kekuranganya. Jika ia tidak mendengar. Ia bertanya mengapa? Bingung bagaimana menjelaskan pada anak seusia itu. Aku hanya memeluknya dan berkata. Semua berasal dari Tuhan. Banyak kelebihan yang Tuhan berikan pada kamu yang harus kamu syukuri. Ternyata ia hanya menjawab santai, nggak apa-apa kok mi...aku hanya bertanya...
Sejak itu, seolah itu tidak lagi mengganggunya. Ia layaknya gadis remaja yang lain. Yang ceria dan aktif. Ia melakukan banyak hal. Bahkan ia terbiasa berpergian kemana saja tanpa aku dampingi saat mengikuti kegiatan sekolah. Studi tour keluar kota, misalnya. Ia juga sudah berani belanja sendiri atau melakukan apa saja tanpa perlu lagi aku dampingi. Sering kami bercakap tentang banyak hal. Tentang perasaannya jika bertemu orang baru atau berada di lingkungan baru. Tentang mimpinya dan cita- citanya. Aku hanya mencoba menanamkan, jangan ragu mengatakan saya tuna rungu. Iya mi, aku bangga pada diriku kok, jangan kuatir. Nah, sekarang malah ia yang berusaha menetramkan hatiku....
Sebagai seorang gadis yang mulai beranjak remaja, tentu tak lepas dari pemikiran. Apakah aku akan mendapat pasangan? Dalam setiap apapun aku mencoba membawanya pada Tuhan. Jika Tuhan menciptakan manusia berpasangan dan pasti akan ada pasangan yang disiapkan Tuhan untuk kamu. Yang membuat aku bahagia, jika kami sangat dekat. Bisa bercerita soal apa saja. selalu aku tegaskan jika aku aku adalah temannya kini, yang bisa diajak bicara soal apa saja.
Memandanginya kini, anak remaja kelas 2 SMA yang cantik, cerdas dan aktif. Apa pernah aku akan mengira akan seperti ini dulu saat menimangnya semasa bayi? Tak pernah terbayangkan dulu. Perjalanan yang panjang telah mengantarnya hingga seperti saat ini. Ia tidak hanya bisa bicara dalam bahasa Indonesia tetapi juga bahasa Inggris dan Arab. Tak pernah terbayangkan ini yang terjadi, dulu hanya bisa berdoa dan berusaha. Terlebih lagi, ia tumbuh menjadi gadis yang penuh percaya diri dan siap menghadapi apa pun yang harus dihadapinya. Ia tumbuh menjadi gadis yang kuat.
Kini, seolah ia tidak lagi membutuhkan banyak bantuan dari aku. Kadang, aku terbayang dulu saat mendampinginya setiap hari. Merawatnya, mengendongnya, membawanya terapi bicara, mengantar ke sekolah. Mendampinginya belajar setiap mata pelajaran sekolah. Menuliskan berbagai kata hingga memenuhi kamarnya. Memandang binar matanya saat perlahan mengucapkan satu kata....i n i b u n g a....begitu berlangsung semasa SD. Saat mengantarnya les, menemaninya mengikuti lomba atau hanya sekedar bermain. Saat dengan sabar membimbingnya untuk semakin mampu merangkai kaliamat demi kalimat.
Semua tinggal kenangan manis saat mendampingi putri yang teramat kucintai ini. Waktu yang panjang telah terlewati. Sebentar lagi ia akan melesat jauh. Saat aku mendengar cita-citanya, aku mau kuliah. Sebentar lagi kita akan jarang bertemu, menyapa lewat udara. Tak terasa air mata menitik....
Dan, ia akan bekerja nanti. Menikah. Memiliki keluarga. Semua yang dulu terasa berat dijalani itu justru kini menjadi hal yang aku rindukan. Sebuah kenangan manis bersama putriku. Maka, apa yang berat bagi seorang ibu? Tak ada sesungguhnya. Semua akan terasa ringan jika dijalani dengan penuh cinta. Aku pun beruntung suamiku bersamaku dalam setiap detik perjuangan membesarkannya. Aku yakin, ia akan merindukan saat mengantar jemput sekolah putri kami yang telah dijalaninya bertahun lamanya.
Itulah, maka aku katakan jika kehadirannya memberikan banyak berkah bagi kami. Setiap pencapaiannya yang kami syukuri. Perjuangan ini menjadi terasa amat manis karena hasil yang kami peroleh sungguh luar biasa. Tak ada yang mustahil untuk dicapai bagi yang sabar. Bagi yang berdoa dan berusaha. Memang, masih panjang perjalanan bagi putri kami tetapi semangatnya akan mampu mengalahkan semua halangan.
Maka, terimalah setiap kelahiran dengan rasa syukur dan bahagia. Apapun kondisi anak kita adalah karunia Tuhan. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, jangan pernah singkirkan setiap anak yang menyandang disabilitas dari kehidupan kita. Ia bukan sesuatu yang harus membuat kita malu. Ia akan memberikan kebanggaan yang sama. Darinya, kita belajar akan arti syukur dan ikhlas yang sesungguhnya. Seperti halnya aku, yang justru belajar banyak hal dari putriku. Aku belajar menjadi kuat, sabar dan ikhlas.