Definisi Tuhan yaitu sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang MahaKuasa, MahaPerkasa (KBBI).
Definisi Tuhan (tauhid) menurut Ibnu Taimiyah tauhid sebagaimana biasanya merupakan konsep untuk menetapkan wujud Allah SWT hanyalah satu dan tunggal (Esa). Ibnu Taimiyah melakukan pembaharuan akidah dengan berusaha membagi Tauhid menjadi tiga konsep yaitu Tauhid Rububiyah (perbuatan), Tauhid Uluhiyyah (Ibadah) dan Tauhid Asma' Wa-asshifat (nama dan sifat Allah SWT yang sempurna).
Sejarah Tuhan menurut Max Mller adalah seorang orientalis dan ahli bahasa Jerman yang terkenal dengan karyanya dalam bidang agama dan filsafat agama, khususnya yang berhubungan dengan tradisi agama-agama Timur. Salah satu karyanya yang paling penting adalah "The History of Ancient Sanskrit Literature" (1859) dan "Lectures on the Science of Religion" (1873). Mller berfokus pada studi agama-agama dunia, dan dalam hal ini, dia mengembangkan teori tentang asal-usul agama dan pemahaman tentang Tuhan. Sejarah tuhan menurut Edward B. Taylor adalah seorang antropolog Inggris yang dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri antropologi agama. Karya pentingnya, "Primitive Culture" (1871), adalah sebuah penelitian yang berusaha menjelaskan asal-usul agama dan kepercayaan-kepercayaan spiritual di kalangan masyarakat primitif atau masyarakat yang lebih sederhana. Taylor terkenal dengan teorinya mengenai animisme dan perkembangan agama.
Sejarah Tuhan dibagi 5 konsep :
Dinamisme adalah salah satu konsep atau aliran dalam studi agama yang berfokus pada pemahaman bahwa kekuatan atau energi suci yang ada di alam semesta bukanlah sesuatu yang terpisah dari alam atau dunia ini, tetapi terkandung di dalam segala benda, makhluk hidup, dan fenomena alam. Dalam konteks ini, Tuhan atau kekuatan ilahi dianggap lebih sebagai suatu energi atau kekuatan yang tersebar di seluruh alam semesta, bukan sebagai sosok yang terpisah atau personal.
Sejarah Tuhan menurut animisme merujuk pada cara pandang tentang keilahian yang muncul dalam masyarakat manusia yang masih mempertahankan kepercayaan terhadap roh-roh alam dan kekuatan spiritual yang mengatur dunia. Dalam animisme, tidak ada satu konsep Tuhan seperti yang ditemukan dalam agama-agama monoteistik (seperti Kristen, Islam, atau Yudaisme), tetapi lebih kepada kepercayaan terhadap roh-roh yang mengendalikan berbagai elemen alam.
Sejarah Tuhan menurut politeisme mengacu pada perkembangan pemahaman tentang Tuhan atau kekuatan ilahi dalam agama-agama yang percaya bahwa ada banyak dewa atau kekuatan spiritual yang mengatur alam semesta dan kehidupan manusia.
Henoteisme adalah bentuk kepercayaan agama yang mengakui adanya banyak dewa, tetapi hanya memuja satu dewa utama atau terpenting, sementara dewa-dewa lain dianggap ada tetapi tidak disembah secara langsung atau tidak dianggap sebagai objek utama pemujaan. Dalam henoteisme, terdapat pengakuan terhadap pluralitas dewa-dewa, tetapi fokus pemujaan hanya pada satu entitas ilahi tertentu.
Sejarah Tuhan menurut monoteisme berfokus pada pemahaman bahwa hanya ada satu Tuhan yang absolut, mutlak, dan tidak terbagi. Monoteisme adalah keyakinan bahwa seluruh alam semesta diciptakan, dikuasai, dan diatur oleh satu Tuhan yang tidak ada bandingannya dan tidak bisa disamakan dengan apapun atau siapapun. Dalam monoteisme, Tuhan dianggap sebagai entitas yang transcendent, tidak terikat oleh ruang dan waktu, serta sifat-Nya yang sempurna dan tak terjangkau oleh akal manusia.
Tuhan dalam ajaran islam terbagi menjadi 3, yaitu :
Ilah dalam ajaran Islam merujuk pada Tuhan yang layak disembah. Secara bahasa, kata ilh () berasal dari akar kata alaha () yang berarti "menyembah" atau "menjadi objek penyembahan." Dalam konteks Islam, ilh berarti Tuhan yang disembah, yaitu Allah yang Maha Esa.
Robb dalam ajaran Islam merujuk pada Tuhan yang mengatur, memelihara, dan memberikan pemeliharaan kepada segala sesuatu di alam semesta. Kata Robb () berasal dari akar kata r-b-b yang berarti "mengatur," "mendidik," atau "memelihara." Dalam konteks Islam, Robb adalah Allah yang tidak hanya menciptakan tetapi juga mengatur, mengurus, dan memberi petunjuk bagi makhluk-Nya.
Kata "Allah" () adalah nama yang digunakan dalam bahasa Arab untuk merujuk kepada Tuhan yang Maha Esa. Nama ini tidak hanya berarti "Tuhan," tetapi juga merujuk kepada Tuhan yang Tidak Terbatas, yang mencakup segala aspek kekuasaan dan sifat yang sempurna. Nama Allah merupakan bentuk kata yang unik, karena tidak ada bentuk jamak atau sinonim untuknya dalam bahasa Arab, menjadikannya nama yang tidak memiliki perbandingan.
Cara menganal Allah bisa melalui apa saja, yang pertama dapat melalui nama-nama dan sifat-sifat Allah (Asmaul Husna). Mengenal Asma'ul Husna membantu kita memahami keagungan dan kebesaran Allah, serta sifat-sifat-Nya yang tidak terjangkau oleh pemikiran manusia. Yang kedua melalui Al-Qur'an. Â Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi petunjuk hidup bagi umat Islam. Di dalam Al-Qur'an, Allah memperkenalkan diri-Nya, sifat-sifat-Nya, dan ajaran-Nya. Membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an adalah cara utama untuk mengenal Allah. Yang ketiga melalui hadis nabi. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW juga memberikan penjelasan mengenai Allah, baik dalam bentuk ajaran agama, kisah, atau petunjuk langsung dari Allah melalui wahyu yang disampaikan oleh Nabi. Hadis-hadis ini membantu umat Islam lebih memahami bagaimana seharusnya kita berhubungan dengan Allah. Yang keempat melalui alam semesta. Allah menciptakan alam semesta dengan segala isinya untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Semua yang ada di dunia ini baik itu langit, bumi, gunung, laut, flora, fauna, serta fenomena alam lainnya adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang harus direnungkan oleh umat manusia. Alam semesta ini menjadi salah satu cara untuk mengenal Allah sebagai pencipta yang Maha Agung. Yang kelima melalui ibadah dan doa. Ibadah adalah salah satu cara yang paling langsung dan paling penting untuk mendekatkan diri kepada Allah. Shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya merupakan sarana untuk mengingat Allah dan mengungkapkan rasa syukur dan ketundukan kepada-Nya. Dalam setiap ibadah, kita memohon kepada Allah, berdoa, dan mengharapkan pertolongan-Nya, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H