Dalam melaksanakan program pemulihan ini penulis menggunakan pendekatan yang dimulai dari pendekatan disiplin ilmu. Sehingga rancangan program ini dapat diperoleh untuk semua usia sehingga cara pengaplikasikannya disesuaikan dengan tiap-tiap kebutuhan klien dan hasil itu saja yang berbeda. Sehingga dianjurkan sebagaimana tahap-tahap asesmen untuk mengetahui hasil perkembangan klien yaitu:
Asesment Kondisi Awal klien. Jadi upaya untuk mendeteksi menggunakan observasi, pemahaman serta analisis terhadap masalah yang dialami. Maka konselor dapat bertanya kepada klien, bagaimana awal terjadinya sehingga anda mengalami trauma dan sejauh mana kondisi trauma yang menyerang anda? Lebih tepatnya seperti itu, karena konteks ini akan memudahkan konselor dalam memberikan solusi yang tepat untuk memulihkan kondisi normalnya.
Cara awal yang harus diperhatikan dalam mendiagnosis upaya dapat menangani terapi selajutnya yaitu: pertama melakukan planning, kedua yaitu action atau perbuatannya, sehingga masalah yang akan dianalisis dapat dikaji dengan sistematika yang sistematis. Ketiga yaitu berupa kontrol yang dapat memungkinkan konselor dengan mengubah cara yang lain intinya yang sesuai dengan masalah tersebut, keempat yaitu evaluasi, untuk melihat proses nya sejauh mana perkembangannya.
Secara umum dan keseluruhan dalam melaksanakan proses asesmen awal kondisi klien ini sangat penting untuk dilaksanakan yang berguna untuk menentukan langkah atau cara yang akan diambil dengan tepat untuk penanganan trauma klien. Asesmen awal dapat dilakukan dengan berbagai bentuk strategi atau metode baik itu berupa interview singkat maupun observasi, dilihat dari bobot masalahnya. Apakah klien datang karena berasal dari kesadaran pribadi atau disuruh pihak lain. Yang mana identifikasi dari segi jenis traumanya berasal dari lingkungan.
Proses Koseling. Setelah melakukan sebuah asesmen awal pastinya akan mendapatkan hasil ke tahap selanjutnya untuk mengeksplorasikan masalah serta cara penanganannya dan mengetahui bagaimana tingkatan trauma menurut klien dengan bantuan konseling, sehingga menggunakan konseling itu baik secara individu maupun kelompok, setelah melakukan asesmen terhadap klien.
Sebelum ke tahap ini maka sebelumnya konselor terlebih dahulu mengetahui dan memahami serta mempunyai basic skill yang didalamnya terdapat knowledge yaitu sejauh mana masing-masing kemampuan diri dalam menangani suatu kasus trauma, baik skill yaitu berupa keahlian dalam bertanya, dimulai dari mendengarkan, mengobservasi, dan memberi solusi maupun keputusan, dan attitude yaitu kemampuan dalam sikap atau pernyataan yang evaluative terhadap suatu objek, baik orang maupun peristiwa.
Sehingga tahapan-tahapan yang harus dicapai oleh konseling yaitu: dimulai dari pembukaan (berkenalan, membangun hubungan yang harmonis, penggunaan kalimat perlu diperhatikan).
 Selanjutnya penggalian masalah, (meminta klien untuk menggambarkan kejadian traumatic, reaksi kognitifnya, mengenali emosi kejadian, menanyakan reaksi setelah kejadian). Kemudian pada tahap pencarian solusi (menginformasikan, mampu menajak klien untuk menghadapi perasaan yang tertekan akibat traumanya, menolong klien guna mengidentifikasi bagaimana cara dalam mengendalikan hal negatif yang ada di pikirannya)
Penutup, jadi fungsi penutup tersebut yaitu dengan cara mereview serta memberi dorongan berupa dukungan kepada klien, selanjutnya konselor mampu mengevaluasi hasil yang telah didapat dari konseling tersebut serta menentukan langkah ke babak selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H