Setelah berwudhu kami masuk ke masjid, subhanallah, luarbiasa. Masjidnya benar-benar megah dan nyaman. Karpet tebal warna merah maron melapisi lantai masjid. Lembut. Suhu ruangan dingin. Ada empat buah AC duduk yang cukup besar berdiri di empat sudut masjid. Belum lagi AC dinding yang tersebar di empat sisi.
Tidak hanya nyaman, interior masjid juga benar-benar indah. Kaligrafi dengan ukiran warna emas hampir memenuhi ruang masjid. Subhanallah, saya sampai sulit mendeskripsikan keelokan ukiran mimbar dan area di sekitarnya.
Kami shalat zuhur jamak ashar berjamah di Masjid indah itu. Kekhusyukan terasa begitu dalam. Lebih tenang rasanya. Sebelum kami selesai shalat, kegiatan pengajian yang tidak mengundang banyak orang itu, sudah bubar. Kesempatan itu tidak kami sia-siakan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati udara segar di ruang Masjid.
Lapor Praktek
Sekitar pukul 02.00 kami sampai di rumah pak Abdullah setelah meninggalkan Masjid. Pak Abdullah sudah menunggu kami. Saya memang sudah menelponnya sejak di daerah Majene. Kami seperti reuni, teringat saat saya dan pak Nawir 6 tahun yang lalu pernah ke rumah pak Ahmad.
Suguhan teh hangat langsung tersaji. Tidak lupa kue khas Bugis. Istri pak Abdullah sebenarnya orang padang. Tetapi karena sudah berbaur lama dengan orang Bugis, sehingga lebih akrab dengan budaya Bugis. Termasuk sajian kue hari itu. Itulah Indonesia.
Pukul 15.00 pak Abdullah sudah siap mengantar kami ke lokasi prakerin. Tempatnya tidak begitu jauh, namun tersebar di beberapa tempat. Untunglah kami membawa mobil sendiri, sehingga dari satu tempat ke tempat lainnya tidak menjadi masalah. Pak Abdullah bercerita bagaimana repotnya mengantar salah satu mitranya dari NTT yang tidak membawa kenderaan sendiri.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H