Mohon tunggu...
Muliadi Akbar
Muliadi Akbar Mohon Tunggu... Guru - Guru, dosen, Tutor, Pegiat literasi, Bloggers

Guru Matematika yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Filosofi KHD

5 Juni 2022   06:47 Diperbarui: 9 Juni 2022   19:44 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 30 Mei 2022 para CGP mengikuti sajian online dari instruktur PPGP. Materi disampaikan dengan sangat apik dan menarik oleh ibu Sutaningrat Puspa Dewi.

Dari percakapan antara CGP dan bu Puspa. Saya sebut saja demikian. Saya ketahui ibu Puspa juga seorang mentor yang biasa membimbing pelajar yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Terus terang ini membuat saya makin kagum dengan bu Puspa, terutama bahasa inggrisnya  tentu saja. Tapi dalam sajian presentasi dia tidak menggunakan bahasa inggris, kecuali beberapa kata atau istilah sehingga terdengar keren dan intelek.

Kegiatan belajar online dimulai pukul 15.30 SD 17.00 WITA melalui gmeet. Presentasi materi menyoroti tentang filosofi pendidikan menurut KHD. Saya masuk room gmeet saat kegiatan sedang berlangsung . Agak terlambat,  sehingga beberapa bagian penjelasan harus terlewat.

Kami PP memang tidak harus mengikuti kegiatan itu. Tetapi dianjurkan. Mungkin tujuannya agar lebih mendalami materi. Sekaligus memantau kehadiran dan keaktifan CGP mitra kami.

Dari penjelasan instruktur yang ciamik, fasih dan lancar, saya mencatat pesan kunci (insight) terkait konsep filosofi pendidikan KHD, sebagai berikut:

  1. Pendidikan adalah usaha menuntun (among) segala kekuatan kodrat anak (murid) agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat
  2. Pendidikan hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
  3. Menuntun berarti membimbing, memberi contoh, mendorong, dan memfasilitasi murid dalam proses belajar sehingga segala kodratnya (budi pekerti) dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
  4. Kodrat anak --Merdeka, merdeka lahiriyanya dan merdeka batinnya. Kemerdekaan disini dimaknai sebagai kemandirian dan bukan kebebasan, dimana lahir dan batinnya (jiwa dan raganya) bersandar pada kekuatan sendiri tidak bergantung pada orang lain.
  5. Kodrat anak, Bermain.  Konsep ini berdasarkan pada pemikiran Montessori bahwa bermain sudah menjadi kodrat anak. Pikiran-perasaan-kehendak yang bersatu melahirkan tenaga yang diwujudkan oleh anak dalam aktivitas bermain. Bermain dapat menjadi media belajar.
  6. Pendidikan berpihak pada anak, yaitu pendidikan yang bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak bukan untuk meminta sesuatu tetapi untuk berhamba pada sang anak. Pendidikan harus memberikan perhatian dan pelayanan seutuhnya kepada anak sebagai peserta didik. Pendidikan harus memuliakan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar untuk mencapai tujuan universal yaitu selamat dan bahagia (wellbeing)
  7. Teori Tabularasa, anak tidak lahir seperti kertas kosong, melainkan lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar- samar. Sehingga tujuan pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.
  8. Setiap anak telah memiliki bakat, kemampuan, gaya belajar, dan berbagai potensi yang unik, berbeda satu dengan lainnya sehingga guru melalui proses pendidikan tidak dapat mengubah keunikan itu. Tugas guru hanya perlu membantu masing-masing anak menebalkan bakat, potensi atau apapun yang baik yang dimiliki anak agar muncul dan teraktualisasi menjadi sikap. pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat.
  9. Memperbaiki laku anak perlu disesuai dengan konteks diri anak dan konteks sosio-kultural dimana anak-anak tumbuh 
  10. Agar sesuai dengan konteks diri anak maka guru perlu memahami tumbuh kembang anak, diantaranya perkembangan intelektual, kebutuhan dasar manusia, dll
  11. Guru laksana seorang petani yang mengelola lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan belajar murid sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai kekuatan kodratnya (budi pekerti). Disamping itu guru mengusahakan agar tidak ada hama pengganggu yang dapat mengerdilkan tumbuh kembang anak secara wajar

Masih ada beberapa prinsip dan konsep pendidikan menurut KHD yang menunjukkan keluasan berpikir bapak pendidikan kita ini. Diantaranya prinsip trikon dalam pendidikan, yaitu kontinu, konvergen, dan konsentris.

Menurut KHD pendidikan itu bersifat kontinu atau terus menerus. Apa yang diperoleh hari ini merupakan hasil dari proses pendidikan masa lalu. Pengalaman hari ini akan menjadi pelajaran masa mendatang, meski masa mendatang belum tentu milik kita. 

Saya jadi teringat nasehat seorang ulama besar Hasan Al Bashri yang mengatakan bahwa pada hakekatnya dunia ini hanya terbagi dalam 3 zona waktu yaitu hari kemarin yang tidak mungin terulang, hari ini yang menjadi kesempatan terbaik, dan besok yang belum tentu kita berada disana. Namun proses belajar akan terus berjalan. Selalu saja ada cara baru untuk menjadi lebih baik.

Prinsip kedua konvergen. Secara harfiah konvergen artinya menuju satu titik.  Dalam hal ini azas konvergen dimaknai sebagai keberagaman pengetahuan dan sumber belajar sekalipun itu dari luar zona nyaman kita. Karena pada hakekatnya setiap ilmu bersumber dari satu sumber yang sama: Tuhan yang maha mengetahui, dan pada akhirnya menuju titik yang sama: kemaslahatan umat manusia. Selain itu, Ilmu yang itu-itu saja tidak akan membuat kita berkembang. Setiap perubahan memerlukan adaptasi baru yang artinya memerlukan ilmu dan pengetahuan baru. 

Meskipun kita boleh mengambil ilmu dan pandangan dari luar untuk mempekaya khasana keilmuan kita, namun jangan lupa prinsip tyang ketiga yaitu konsentris. Apapun ilmu yang kita peroleh dari luar jangan lupa kita perlu menyesuaikannya dengan Identitas dan konteks diri dan lingkungan kita. KHD sendiri banyak mengambil konsep-konsep pendidikan dari luar seperti Maria Montessori, Froebel, Rabindranath Tagore , dll namun kemudian disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan Indonesia saat itu.

Bagian yang tidak kalah menarik selain paparan materi oleh instruktur adalah sesi tanya jawab. Pada sesi ini antusias CGP terbilang tinggi. Hal itu terpantau dari jumlah peserta yang raisehand. Dengan waktu yang terbatas, tidak semua peserta mendapat kesempatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun