Selain pemahaman, praktek, dan kebudayaan Hindu di Banten, juga penting untuk mencatat bahwa Agama Hindu di Banten telah mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu. Dalam beberapa dekade terakhir, pengaruh agama-agama lain dan modernisasi telah mempengaruhi cara beribadah dan pemahaman umat Hindu di Banten. Meskipun demikian, nilai-nilai dan identitas Hindu tetap terjaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kerangka dasar ajaran agama Hindu adalah Tatwa (filsafat), Susila (ethika) dan upacara (rituil). Ketingga kerangka dasar tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu kesatuan yang harus dimiliki dan dilaksanakan (Anonim, 1968). Kehidupan masyarakat Bali sehari-harinya didasari atas filsafat Tri Hita Karana yaitu kearmonisan hidup yang bahagia dengan tiga sumber penyebab yang tidak lain adalah dari Tuhan, manusia dan alam sekitarnya ( Purnomohadi, 1993). Penerapan Tri Hita Karana dalam pelaksanaan upacara dan yadnya pada kehidupan sehari-harinya adalah sebagai berikut :
- Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang diwujudkan dengan Dewa Yadnya.
- Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra Yadnya, Resi     Yadnya dan Manusia Yadnya
- Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang diwujudkan dengan Buhta Yadnya (Anonim 2000).
 Kelima upacara keagamaan di atas disebut dengan Panca Yadnya yaitu :
- Dewa Yadnya adalah suatu korban suci yang ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa-dewa.
- Pitra Yadnya adalah suatu penyaluran tenaga (sikap, tingkah laku dan perbuatan) atas dasar suci yang ditujukan kepada leluhur untuk keselamatan bersama (Anonim, 2000)
- Resi Yadnya adalah upacara keagamaan yang ditujukan kepada Rsi atau orang suci. seperti upacara penobatan calon sulinggih (mediksa), mengaturkan punia kepada para sulinggi, mentaiti dan mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih, membantu pendidikan calon sulinggih dan membuat tempat pemujaan beliau.(Anonim 1968)
- Â Manusia Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan lahir bathin dan memelihara hidup manusia dari terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia
- Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan alam beserta isinya.
Ditujukan pada dua sasaran yaitu 1 (satu) Pembersihan alam dari gangguan pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para buta kala dan makluk yang dianggap lebih rendah dari manusia. Dan 2(dua) Pembersihan terhadap sifat bhuta kala dan makluk itu sehingga sifat baik dan kekuatanya dapat berguna bagi kesejahteraan umat manusia dan alam. Dari sudut filsafat upacara adalah cara-cara untuk melakukan hubungan antara atman dengan Prama-atma, antara manusia dengan Hyang Widhi serta semua manifestasiNya, dengan jalan yadnya untuk mencapai kesucian jiwa (Anonim 1968). Dalam pelaksanaan upacara diwujudkan dalam bentuk Banten(Upakara) yang berfungsi:1)Merupakan wujud untuk menyatakan rasa terima kasih kehadapan Tuhan, 2)Merupakan pelajaran dan alat konsentrasi pikiran untuk memuja Tuhan dan 3)Merupakan perwujudan dan tempatnya Tuhan(Anonim, 2000). Â Gerakan lingkungan hidup dunia juga mendapat dukungan yang sangat kuat dari para ahli filsafat dan agamawan, yang mengendaki lebih dari tidak sekedar reformasi. Mereka menghendaki diterapkannya filosofi ekologi baru yang menggunakan pendekatan ekologi, filosofi dan spiritual (Alikodra, 2004). Menyimak uraian diatas pelaksanaan upacara merupakan tutunan spritualuntuk menghargai sumber dari kebahagian hidup yaitu dari Tuhan, manusia dan alam beserta isinya hal ini merupakan komponen yang strategis sebagai landasan pendidikan konservasi tumbuhan di Bali. Selanjutnya Darma D.P. 2006 menyebutkan upacara yang merupakan landasan trategis dalam pendidikan konservasi tumbuhan adalah upacara Tumpek pangatag, Nangluk merana, Tibe baya, Ngentegang woh pepayonan dan serangkaian upacara yang berkaitan dengan penanaman padi di sawah.
Penting juga untuk memahami bahwa agama-agama di Indonesia diatur oleh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu." Ini menunjukkan pentingnya menghormati dan menghargai keberagaman agama di Indonesia, termasuk Agama Hindu di Banten. Pemerintah Indonesia juga telah memastikan perlindungan hak-hak agama dan kebebasan beribadah bagi seluruh warga negara Indonesia.
Dalam kesimpulannya, Banten memiliki sejarah dan keberagaman budaya Hindu yang kaya. Pemahaman, praktek, dan kebudayaan Hindu di Banten mencerminkan pengaruh Hindu dari India dan kekhasan budaya Indonesia. Melalui pemahaman agama, pelaksanaan upacara-upacara keagamaan, dan kebudayaan yang kaya, masyarakat Hindu di Banten mempertahankan dan mewarisi nilai-nilai Hindu yang penting bagi identitas dan kehidupan spiritual mereka. Dengan menjaga dan menghargai keberagaman agama di Banten, kita dapat memperkaya dan memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H