Mohon tunggu...
Kadek Yuni Sudiantari
Kadek Yuni Sudiantari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hukum Undiksha

Saya merupakan seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha mengambil jurusan Hukum dan Kewarganegaraan dengan Prodi Ilmu Hukum. Saya membuat akun ini karena tuntutan Tugas. Hobi saya saat ini adalah Traveling, sebagian wilayah bali sudah saya jelajahi. Semoga Informasi yang akan saya Tulis melalui akun ini bisa bermafaat bagi diri saya sendiri dan juga orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panca Sradha

10 Mei 2023   14:47 Diperbarui: 10 Mei 2023   15:05 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panca Sradha adalah dasar keyakinan umat Hindu yang selalu menjiwai setiap prilakunya sehari-hari sebagai cerminan manusia beragama. Prilaku yang dijiwai oleh suatu keyakinan yang sunguh-sungguh biasanya memancarkan vibrasi menyejukkan di lingkungannya, oleh karena itu keyakinan adalah suatu yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Hidup tanpa keyakinan ibarat berjalan dengan memejamkan mata yang bermuara pada kehidupan yang tidak menentu dan tanpa tujuan yang pasti. 

Berbicara tentang pengertian Panca Sradha maka dapat dijabarkan Panca artinya Lima dan Sradha itu adalah kepercayaan atau keyakinan. Jadi Panca Sradha artinya lima dasar kepercayaan atau keyakinan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk Hindu. Lima dasar keyakinan atau kepercayaan umat Hindu itu adalah : 

1. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
2. Percaya dengan adanya Atman
3. Percaya dengan adanya Karma Phala/Hukum Karma
4. Percaya dengan adanya Punarbhawa/Reinkarnasi
5. Percaya dengan adanya Moksa

Komponen Panca Sradha ini merupakan satu kesatuan yang utuh dimana antara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan karena merupakan kepribadian bagi umat Hindu. Bila Panca Sradha itu sudah diyakini secara utuh oleh orang yang mengaku sebagai umat Hindu maka sejak saat itu pula ke-Hindu-annya tidak dapat diragukan lagi. Namun begitu pula sebaliknya bila seseorang belum dapat meyakini kelima komponen tadi secara utuh maka perlu kita ragukan tentang ke-Hindu-annya.

1. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa Hyang Widhi/Tuhan adalah yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari kuasa-Nya, Hyang Widhi tunggal adanya, seperti yang disebutkan dalam Weda "Ekam Ewa Adwityam Brahman" yang artinya hanya satu Tuhan (Hyang Widhi) itu tidak ada duanya. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran manusia maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Panggilannya pula bermacammacam. 

Bila berdasarkan konsep Tri Murti yaitu Utpatti, Stiti dan Pralina, beliau dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai pemrelina atau pelebur. Dalam sebuah sloka kitab sucipun disebutkan :
"Ekam sat Wiprah Bahuda
Wadanti" yang artinya Tuhan itu
hanya satu, namun orang
bijaksanalah yang menyebutkan
dengan banyak nama.

2. Percaya dengan adanya Atman Hidupnya hidup disebut dengan Atman. Atman adalah percikan yang terkecil dari Parama Atman/Brahman/Hyang Widhi yang berada dalam setiap makhluk hidup. Atman memberikan hidup kepada semua makhluk hidup, bila Atman meninggalkan badan maka orang itu akan mati. Alat-alat tubuhpun akan hancur, kembali kepadaasalnya. Atman yang menghidupi badan disebut Jiwatman. Jiwatman dapat dipengaruhi oleh karma atau hasil perbuatan didunia ini. Atman dengan badan bagaikan kusir dengan kereta. Kusir adalah atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan.

3. Percaya dengan adanya Karma Phala/Hukum Karma Apapun yang diperbuat oleh manusia akan membawa akibat. Akibat itu ada yang baik Mimbar Hindu PANCA SRADHA Oleh: Nengah Kokog, S.Ag (Pembimas Hindu Kanwil Depag Prov. Sulut) 26 dan ada yang buruk. Akibat yang baik akan memberikan kesenangan sedangkan akibat yang buruk akan memberikan kesusahan. Oleh karena itu setiap insan diharapkan oleh agama untuk selalu berbuat baik agar memperoleh ketentraman dan kenyamanan serta menghadapi kehidupan ini terasa damai. 

Hasil atau buah dari perbuatan atau karma itu disebut phala. Phala tidak selalu langsung dapat dinikmati. Dalam ajaran agama Hindu ada tiga macam Karma Phala, yaitu :
1. Sancita Karma Phala adalah perbuatan yang dahulu kita lakukan namun hasilnya baru sekarang kita nikmati.

2. Prarabda Karma Phala adalah perbuatan sekarang kita lakukan, sekarang pula kita nikmati hasilnya.
3. Kriyamana karma Phala adalah perbuatan yang kita lakukan sekarang namun dimasa yang akan datang baru akan kita nikmati hasilnya. Oleh sebab itu dalam hukum Karma Phala apapun yang kita lakukan pasti ada hasilnya yang selalu membekas

dalam kehidupan ini. Bekasbekas ini disebut Karmawasana. Tegasnya cepat atau lambat dalam kehidupan sekarang atau dalam kehidupan nanti segala phala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum alam (Rta). Dalam kitab Wrhaspati Tattwa menerangkan hal ini sebagai berikut:

"Wasana artinya semua perbuatan yang telah dilakukannya di dunia ini. Orang akan mengecap akibat perbuatannya di alam lain, pada kelahirannya nanti, apakah akibat itu akibat yang baik atau buruk. Apa saja perbuatan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan buah. Hal ini dicontohkan seperti periuk yangbdiisikan kemenyan, walaupun kemenyannya sudah habis dan periuknya dicuci bersih namun tetap saja masih ada bau kemenyannya yang masih melekat pada periuk itu. 

Bekas inilah yang disebut wasana. Seperti itu juga halnya dengan karmawasana. Ia ada pada Atman, Ia melekat pada Atman dan Ia mewarnai Atman".Dengan memahami ajaran ini kita didorong untuk selalu berbuat baik, dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bekerja dengan baik karena kita yakin bahwa semua kebaikan itu akan menghantarkan kita pada kehidupan kita yang lebih baik dan kerahayuan.

4. Percaya dengan adanya Punarbhawa/Reinkarnasi Punarbhawa adalah kelahiran yang berulang-ulang atau yang biasa juga disebut dengan samsara atau reinkarnasi. Kelahiran yang berulang-ulang di dunia ini membawa akibat suka dan duka. Punarbhawa terjadi karena jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan dan kematian yang diikuti oleh kelahiran kembali. Kelahiran kembali sebagai manusia adalah kesempatan untuk memperbaiki diri seperti yang dijelaskan dalam kitab Sarasamuscaya sloka 4 yang berbunyi :

"Apan ikang dadi wwang,
utama juga ya, nimittaning
mangkana, wenang ye
tumulung awaknya sangkeng
sangsara, makasadhanang
subhakarma, hinganing
kottamaning dadi wwang ika"
(Sarasamuscaya.4).
Artinya :

Menjelma sebagai manusia pitu adalah sungguh-sungguh utama, sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari samsara dengan jalan berbuat baik. Demikian keuntungannya menjelma menjadi manusia.
5. Percaya dengan adanya Moksa Moksa berarti terbebas dari ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara.

Moksa akan trercapai bukan saja setelah manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini, tetapi dalam kehidupan di dunia inipun moksa itu dapat tercapai. Ingatlah bunyi sloka "Moksartham Jagadhitaya ca iti dharma" bahwa tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai moksa dan kesejahteraan umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun