Mohon tunggu...
159_Fahrul Ramadhani
159_Fahrul Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Ketidakhadiran dan Cuti Karyawan: Studi Kasus Dampak Worklife Balance pada Produktivitas dan Biaya Perusahaan

2 Juni 2024   18:57 Diperbarui: 2 Juni 2024   19:50 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan Mengambil Cuti? Siapa Yang Akan Menggantikan? - pinterhukum

Penulis

  1. Fahrul Ramadhani (Mahasiswa Manajemen UPN "Veteran" Yogyakarta)

  2. Dr. Purbudi Wahyuni, M.M (Dosen Manajemen UPN "Veteran" Yogyakarta)

   SLEMAN - Pendahuluan artikel ini membahas latar belakang pentingnya keseimbangan kerja-hidup bagi karyawan dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi tingkat absensi di tempat kerja. Penelitian sebelumnya juga disebutkan untuk memberikan konteks mengenai topik yang diteliti. Biro Statistik Tenaga Kerja memperkirakan bahwa hampir 2,8 juta hari kerja hilang setiap tahun akibat absensi karyawan. Keberhasilan setiap organisasi bergantung pada aset berharganya yaitu "Karyawan". 

Absensi karyawan dapat menjadi masalah serius bagi organisasi karena dapat mengganggu produktivitas dan kinerja keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab absensi karyawan dan mencari solusi untuk mengurangi dampak negatifnya. Keseimbangan kerja-hidup adalah aspek penting yang sering diabaikan dalam analisis absensi karyawan. Ketika karyawan tidak mampu mengelola waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka dengan baik, tingkat stres meningkat, yang dapat menyebabkan absensi yang lebih tinggi. 

Dengan demikian, meneliti keseimbangan kerja-hidup sebagai faktor kunci dalam mengurangi absensi dapat memberikan wawasan yang berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan produktivitas mereka. Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan bagaimana kebijakan perusahaan terkait keseimbangan kerja-hidup dapat mempengaruhi tingkat kehadiran dan komitmen karyawan terhadap organisasi.

     Tingkat kehadiran yang memuaskan oleh karyawan di tempat kerja diperlukan untuk mencapai tujuan dan target oleh sebuah departemen. Absensi adalah tindakan atau kebiasaan menjadi tidak hadir, dan seorang yang tidak hadir adalah seseorang yang selalu menghindari pekerjaan. Absensi karyawan merupakan masalah yang sulit bagi manajemen karena melibatkan biaya tambahan yang besar dan mengganggu perencanaan, produksi, efisiensi, dan operasional organisasi. 

Bahkan, tingkat kehadiran yang tinggi mempengaruhi kesehatan organisasi dan juga efektivitas manajerial serta administratif. Sebagian besar penelitian menyimpulkan bahwa absensi adalah variabel yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai penyebab, baik personal maupun organisasional. Penyebab-penyebab tersebut mencakup faktor-faktor seperti penyakit, stres, masalah keluarga, dan kondisi kerja yang tidak mendukung. Oleh karena itu, manajemen perlu mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan absensi untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola kehadiran karyawan dan meningkatkan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Implementasi kebijakan yang tepat serta program kesehatan dan kesejahteraan karyawan juga sangat penting dalam upaya ini. Dukungan terhadap keseimbangan kerja-hidup karyawan melalui pengaturan kerja yang fleksibel dapat membantu mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan kesejahteraan serta kinerja karyawan.

     Teori tentang absensi karyawan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu absensi yang direncanakan dan absensi yang tidak direncanakan. Absensi yang direncanakan terjadi ketika karyawan mengambil waktu off yang terjadwal untuk liburan, hari pribadi, atau janji medis yang direncanakan sebelumnya. Sementara absensi yang tidak direncanakan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik personal maupun organisasional. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan absensi karyawan antara lain penyakit pribadi, masalah keluarga, masalah pribadi, dan stres. Absensi karyawan, terutama yang tidak direncanakan, dapat berdampak negatif pada produktivitas dan semangat kerja di tempat kerja. Oleh karena itu, strategi yang dapat membantu mengurangi tingkat absensi karyawan antara lain pengaturan kerja yang fleksibel, kebijakan kehadiran yang jelas, keterlibatan karyawan, program kesehatan dan kesejahteraan, serta wawancara kembali ketika karyawan kembali setelah absen. Strategi-strategi ini tidak hanya membantu mengurangi absensi, tetapi juga meningkatkan kepuasan dan keterlibatan karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional organisasi.

   Masalah absensi karyawan merupakan isu serius yang mengganggu produktivitas dan efisiensi operasional. Tingginya tingkat ketidakhadiran tidak hanya membebani perusahaan dengan biaya tambahan, tetapi juga mempengaruhi perencanaan dan produksi secara keseluruhan. Penyebab absensi yang bervariasi, baik yang direncanakan seperti cuti tahunan maupun yang tidak direncanakan akibat penyakit mendadak, stres, atau masalah pribadi, menunjukkan kompleksitas masalah ini. Tidak adanya kehadiran karyawan yang konsisten mengakibatkan kesulitan dalam mencapai target departemen dan menghambat kelancaran operasional. 

Selain itu, absensi yang tinggi mencerminkan masalah mendalam dalam keseimbangan kerja-hidup yang tidak optimal, kurangnya kebijakan kehadiran yang jelas, serta minimnya program kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Dengan demikian, perusahaan perlu mengimplementasikan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini, seperti memperkenalkan pengaturan kerja yang fleksibel dan meningkatkan dukungan terhadap kesejahteraan karyawan, guna menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. 

Mengatasi absensi karyawan memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.  Salah satu strategi yang efektif adalah pengaturan kerja yang fleksibel. Pengaturan ini memungkinkan karyawan menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka, sehingga mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan. Misalnya, jam kerja yang fleksibel atau opsi bekerja dari rumah dapat memberikan karyawan lebih banyak kontrol atas jadwal mereka, yang pada gilirannya dapat mengurangi absensi yang tidak direncanakan.

    Selain itu, kebijakan kehadiran yang jelas dan transparan sangat penting. Kebijakan ini harus menguraikan dengan tegas apa yang diharapkan dari karyawan dalam hal kehadiran, serta konsekuensi dari absensi yang tidak teratur. Kebijakan ini juga harus mencakup prosedur untuk melaporkan ketidakhadiran dan mekanisme untuk mendukung karyawan yang memiliki masalah pribadi atau kesehatan.

   Keterlibatan karyawan juga merupakan faktor kunci dalam mengurangi absensi. Karyawan yang merasa dihargai dan terlibat dalam pekerjaan mereka cenderung lebih sedikit absen. Program pelibatan karyawan yang efektif dapat mencakup peluang pengembangan karir, penghargaan dan pengakuan atas kinerja yang baik, serta komunikasi yang terbuka antara manajemen dan karyawan.

    Program kesehatan dan kesejahteraan karyawan juga dapat membantu mengurangi absensi. Program ini dapat mencakup fasilitas kesehatan di tempat kerja, konseling, dan dukungan kesehatan mental, serta kegiatan yang mempromosikan gaya hidup sehat. Karyawan yang merasa didukung dalam hal kesehatan mereka cenderung lebih sehat dan lebih sedikit absen.

   Wawancara kembali ketika karyawan kembali setelah absen adalah praktik yang baik untuk memahami alasan ketidakhadiran dan mencari cara untuk mencegah absensi di masa depan. Wawancara ini juga menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan kesejahteraan karyawan dan bersedia bekerja sama untuk menemukan solusi.

Kesimpulan

   Kesimpulan dari artikel ini menegaskan bahwa absensi karyawan merupakan masalah serius yang dapat berdampak pada kinerja dan biaya perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk mengidentifikasi penyebab absensi dan mengimplementasikan solusi yang tepat untuk mengurangi tingkat absensi karyawan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa absensi karyawan merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi. 

Penting bagi manajemen untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi absensi karyawan dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi tingkat absensi. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif, memberikan kesempatan pengembangan keterampilan, dan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi tingkat absensi karyawan. Kesimpulan ini juga menegaskan pentingnya keseimbangan kerja-hidup dalam mengurangi tingkat absensi karyawan, dan menyoroti implikasi praktis serta saran untuk penelitian selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun