Dalam pemecahan masalah menurut Gagne (Simanjuntak,1993:83) mempunyai beberapa langkah yaitu :
1.Mengubah situasi guru mengajar pada situasi siswa belajar.
2.Dari pengalaman guru kepada pengalaman siswa
3.Dari dunia guru ke dunia siswa
4.Guru menempatkan siswa pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong siswa untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawab-jawaban persoalan.
Menerapkan metode mengajar matematika guru harus dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak / siswa guna mengembangkan konsep-konsep matematika seperti bilangan, pengukuran, dan benda-benda lainnya serta dapat memelihara keterampilan yang diperlukan dengan demikian anak / siswa akan menyenangi matematika karena relavan dengan kehidupan sehari-hari (Simanjuntak, 1993:84).
Dari keterangan di atas untuk memilih strategi dalam proses belajar menurut Aprina (2006:13) ” guru harus menguasai teori-teori mengajar matematika dan menyusun strategi belajar mengajar, misalnya penggunaan metode mengajar. Pada metode belajar mengajar banyak macam metode yang dapat digunakan oleh guru diantaranya metode demonstrasi, pemecahan masalah, ,metode sokratis, metode tanya-jawab, dan sebagainya”.
2.4 Metode Sokratis
Metode sokratis diambil dari nama Sokrates. Nama Sokrates diambil sebagai metode sebab metode itu berasal dari cara Sokrates mengajar murid-muridnya. Pada zaman kuno lembaga pendidikan formal belum ada. Pendidikan pada waktu dilaksanakan pada tempat-tempat pertemuan umum, dengan hampir tidak memakai alat belajar sama sekali. Mereka yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan pikiran, pembicaraan, dan pendengaran saja dengan ditambah obyek-obyek nyata di alam sebagai contoh dan peragaan. Dengan demikian Sokrates mengajar murid-muridnya sebagian terbesar dengan cara bertanya-jawab saja.
Telah dikatakan bahwa metode sokratis dan tanya-jawab hampir sama dalam pelaksanaannya, tetapi yang membedakannya adalah tekniknya bertanya agak lain dengan teknik bertanya-jawab biasa. Isi pertanyaan metode sokratis di samping berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari seringkali berbentuk pertanyaan kunci. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa ini agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari jawaban yang benar. Sebab metode sokratis dengan pertanyaa-pertanyaan kuncinya berusaha agar siswa sendirilah yang menemukan jawaban itu (Pidarta, 1990:48-53).
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Metode Sokratis