Mohon tunggu...
Nera Aprina,S.Pd
Nera Aprina,S.Pd Mohon Tunggu... -

Mengajar di SMK Utama Bakti Palembang sebagai Guru Mata Pelajaran Matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PTK : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang Melalui Metode Sokratis

9 Oktober 2013   20:53 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 27979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peran dan fungsi guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka semua materi matematika harus dikuasai dengan baik. Hal ini ditinjau dari tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dandapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Selama ini, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang masih sedikit sekali yang memperoleh hasil belajar yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal khususnya pada mata pelajaran matematika, walaupun telah banyak dilakukan penerapan strategi dan metode yang dilakukan. Dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan beberapa model pembelajaran diantaranya metode Tanya-jawab, seluruh siswa yang menggunakan model tersebut menciptakan suasana di kelas terutama siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi khusus pada kelas XII TSM siswanya sebagian kecil aktif dan sebagian besar pasif sehingga hasil belajar sebagian besar tidak tuntas dalam pembelajaran matematika di sekolah. Siswa kurang aktif bertanya, menanggapi dan menjawab pertanyaan serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah dengan nilai rata-rata 73 sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan 75.

Gagasan peneliti, motode pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah ini adalah metode sokratis. Metode sokratis hampir sama dengan Tanya-jawab, maka kegiatan gurupun padametode itu banyak kesamaannya. Kegiatan guru padametode sokratis yang paling menonjol ialah bertanya dan memperhatikan jawaban para siswa. Pada metode sokratis isi pertanyaan di samping berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, pertanyaan itu berbentuk pertanyaan kunci untuk mengarahkan cara berpikir para siswa. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari jawaban yang benar. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya mengggiring pikiransiswa ini agar sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Mengingat pada kelas XII TSM terdiri dari sebagian kecil siswa aktif dan sebagian besar pasif , peneliti cenderung menggunakan metode sokratis, untuk menciptakan siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar. Maka dari itu penulis tertarik untuk menerapkan metode sokratisuntuk mengatisipasi kendala yang timbul pada pelaksanaan pembelajaran Tanya-jawab di kelas XII TSM.

Peneliti memperkirakan dengan penerapan metode sokratis ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada semua siswa kelas XII TSMdan menjadikan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas peneliti memilih judul penelitian “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang Melalui Metode Sokratis “.



1.2. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah melalui metode sokratis dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang?”.




1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar siswa belajar matematika melalui metode sokratis.



1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi :

1.Guru, sebagai bahan masukan agar menggunakan metode sokratis sebagai alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

2.Sekolah, bahan masukkan bagi sekolah menggunakan metode sokratis sebagai metode pengajaran.














BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar, setiap ahli memberi penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada yang menekankan pentingnya proses belajar siswa, adapula yang menekankan kepada peranan guru. Demikian pula tentang belajar, ada menekankan pada aspek asosiasi (hubungan) antarstimulus-respons. Namun, adapula yang menekankan pentingnya hasil kognitif. Hal ini membawa pengaruh terhadap kesimpulan yang diperoleh.

Meskipun terjadinya perbedaan dalam pemberian definisi belajar, tetapi semuanya merupakan perjalanan sejarah yang terus terakumulatif sebagai wujud adanya pergeseran paradigma dalam pengertian belajar.Pada pandangan tradisional mengenai belajar lebih berorientasi pada pengembangan intelektualitas, atau pengembangan otak. Pandangan tradisional memandang bahwa belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan pada pandangan modern mengenai belajar, lebih berorentasi pada perubahan perilaku secara holistik dan integral. Oleh karena itu, pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat, di mana peserta didik berada (Hanafiah,2009:6). Adapun Slavin (2000:143) mengemukan :

Belajaradalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon”.

Dari kutipan di atas nampak bahwa belajar menuntut seseorang khususnya siswa diharapkan ada perubahan dalam melakukan proses pembelajaran. Adapun Djamarah,dkk (2006:11) mengemukan :

” Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenapa aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, keseuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan”.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung pada guru melainkan harus keluar dari anak itu sendiri.

Adapun faktor-faktor yang tercermin dari perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan (Ali,2002:15) :

1.Kesiapan yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.

2.Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

3.Tujuan yang ingin dicapai.



2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar dan proses belajar, kedua-duanya penting. Di dalam belajar ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut. Dalam kegaiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan pengusaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah merupakan hasil belajar.

Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian diagnostik, gormatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian. Secara agak luas, tes dimaksudkan juga untuk memberikan motivasi siswa agar mereka memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung, mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik serta mendorong mereka agar mereka mampu mengorganisasi materi matematika yang dipelajari (Hudojo,1990:139).

Menurut Djamarah, (2000:95) ” Hasil belajar adalah proses yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sehingga memperoleh hasil yang dicapai oleh siswa dari test essay yang diberikan”.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang dicapai siswa setelah diberi test pada akhir eksperimen.



2.3 Metode Mengajar Matematika

Apabila kita ingin mengajar sesuatu kepada anak / siswa dengan baik dan berhasil pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana, karena metode atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jika pengetahuan tentang metode dapat mengaplikasikannya dengan tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien.

Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien metode itu.

Metode atau cara atau pendekatan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika materi yang akan diajarkan dirancang terlebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan suatu metode atau cara atau pendekatan delam pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajar mengajar, atau tehnik mengajar dan akhirnya

dapat dipilih alat peraga atau media pelajaran sebagai pendukung materi pelajaran yang akan diajarkan (Simanjuntak, 1993:80-81).

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengajar matematika pada prinsipnya berorientasi dengan falsafah pendidikan, berkaitan dengan tujuan pengajaran dan menggunakan cara belajar siswa aktif serta pemecahan masalah.

Dalam pemecahan masalah menurut Gagne (Simanjuntak,1993:83) mempunyai beberapa langkah yaitu :

1.Mengubah situasi guru mengajar pada situasi siswa belajar.

2.Dari pengalaman guru kepada pengalaman siswa

3.Dari dunia guru ke dunia siswa

4.Guru menempatkan siswa pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong siswa untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawab-jawaban persoalan.

Menerapkan metode mengajar matematika guru harus dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak / siswa guna mengembangkan konsep-konsep matematika seperti bilangan, pengukuran, dan benda-benda lainnya serta dapat memelihara keterampilan yang diperlukan dengan demikian anak / siswa akan menyenangi matematika karena relavan dengan kehidupan sehari-hari (Simanjuntak, 1993:84).

Dari keterangan di atas untuk memilih strategi dalam proses belajar menurut Aprina (2006:13) ” guru harus menguasai teori-teori mengajar matematika dan menyusun strategi belajar mengajar, misalnya penggunaan metode mengajar. Pada metode belajar mengajar banyak macam metode yang dapat digunakan oleh guru diantaranya metode demonstrasi, pemecahan masalah, ,metode sokratis, metode tanya-jawab, dan sebagainya”.



2.4 Metode Sokratis

Metode sokratis diambil dari nama Sokrates. Nama Sokrates diambil sebagai metode sebab metode itu berasal dari cara Sokrates mengajar murid-muridnya. Pada zaman kuno lembaga pendidikan formal belum ada. Pendidikan pada waktu dilaksanakan pada tempat-tempat pertemuan umum, dengan hampir tidak memakai alat belajar sama sekali. Mereka yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan pikiran, pembicaraan, dan pendengaran saja dengan ditambah obyek-obyek nyata di alam sebagai contoh dan peragaan. Dengan demikian Sokrates mengajar murid-muridnya sebagian terbesar dengan cara bertanya-jawab saja.

Telah dikatakan bahwa metode sokratis dan tanya-jawab hampir sama dalam pelaksanaannya, tetapi yang membedakannya adalah tekniknya bertanya agak lain dengan teknik bertanya-jawab biasa. Isi pertanyaan metode sokratis di samping berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari seringkali berbentuk pertanyaan kunci. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa ini agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari jawaban yang benar. Sebab metode sokratis dengan pertanyaa-pertanyaan kuncinya berusaha agar siswa sendirilah yang menemukan jawaban itu (Pidarta, 1990:48-53).



2.4.1 Tujuan dan Manfaat Metode Sokratis

a.Usaha menggiatkan para siswa agar aktif berpikir

b.Memberikan dorongan kepada siswa yang pasif agar berpikir dan menjawab pertanyaan guru

c.Mengusahakan agar relatif semua siswa dapat bagian yang sama untuk menjawab pertanyan guru (Pidarta, 1990:49-50).






2.4.2 Kelemahan dan Keuntungan Metode Sokratis

Keuntungan Metode Sokratis :

a.Persiapan guru tidak banyak hanya meringkas materi yang akan diajarkan

b.Meningkatkan keaktifan siswa

c.Membina siswa untuk lebih berpikir dalam arti siswa dapat menemukan sendiri jawaban itu sendiri dan guru hanya sebagai fasilator.

Kelemahan Metode Sokratis :

a.Teknik bertanya itu adalah merupakan keterampilan berpikir dan berbicara, keterampilan-keterampilan ini tidak dapat dilatih secara mendadak

b.Keterampilan bisa didapat melalui latihan terus menerus dalam situasi nyata ketika mengajar para siswa

c.Membuat pertanyaan-pertanyaankunci tidaklah mudah kecuali guru bersangkutan sudah terlatih (Pidarta, 1990:49).



2.4.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sokratis

Langkah-langkah dengan menggunakan metode sokratis (Pidarta, 1990:53) sebagai berikut :

1.Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu

2.Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan itu

3.Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci.

4.Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

5.Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban yang benar.

6.Bantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

7.Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.

8.Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.



2.5 Pengertian Matematika

Sampai saat ini belum ada kesempatan yang bulat di antara para matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematik itu.

Hubungan yang ada dalam matematika memang bertalian erat dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan lebih kecil. Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logistik deduktif. Karena itu dapat dikatakan bahwa matematika itu sama saja dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang ditelaah.

Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan pola maupun bentuk seperti yang telah dikemukakan di atas. Struktur yang ditelaah adalah struktur dari sistem-sistem matematika. Dapat dikatakan pula, matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif.

Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbulasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbulasi itu akan berarti bila suatu simbol itu dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimpulkan (Hudojo, 1990:2-4).

Dalam kehidupan sehari-hari istilah matematika kita gunakan dan juga telah kita kenal sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Maka dari itu dalam mata pelajaran matematika khususnya dalam materi pokok bentuk akar.



2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ” Motode sokratis dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang ”.











BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN



3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang dalam semester ganjil tahun pembelajaran 2013/2014 tepatnya pada tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal 30 September 2013, pada mata pelajaran matematika.



3.2 Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang. Siswa kelas ini diambil sebagai subjek penelitian karena di kelas ini terdiri dari sebagian kecil siswa yang aktif dan sebagian besar siswa yang fasif dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian berdasarkan pengamatan peneliti sebagai guru matematika di kelas ini melihat rendahnya hasil belajar siswa.



3.3 Prosedur Penelitian

1.Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach).




2.Materi Ajar

Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di sekolah, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai kurikulum efektif di SMK Utama Bakti Palembang. Materi pembelajarannya adalah Limit dan Turunan Fungsi. Materi tersebut memiliki standar kompetensi menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.

3. Lama Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklus diadakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan motode sokratis.

4.Yang Terlibat dalam Penelitian

Yang terlibat pada penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti sendiri sebagai guru matematika.

5.Langkah-langkah Penelitian

Penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis, pada materi pembelajaran yang berpedoman pada Peraturan Pendidikan No. 22 tahun 2006 sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang berlaku di SMK Utama Bakti Palembang.

Setiap siklus secara garis besar dengan langkah-langkah sebagai berikut :

“ Perencanaa tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi “,

a. Siklus I

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Penelitian pada siklus I direncanakan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dengan waktu 1 kali pertemuan : ( 3 X 45 menit ), pada materi pembelajaran menentukan nilai stasioner.

Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada siklus I :

Pertemuan pertama: Senin, 26 Agustus 2013

Pertemuan kedua: Selasa, 27 Agustus 2013

Pertemuan ketiga: Senin, 2 September 2013

Sedangkan pelaksanaan kegiatan penelitian mengikuti sistematika sebagai berikut; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi.

1)Perencanaan Tindakan

Pembelajaran pada penelitian ini menggunakan metode sokratis.Penelitian membuat rencana tindakan seefektif mungkin dengan mengacu pada pola urutan motode sokratis.

Pada penelitian siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan rencana tindakan sebagai berikut :

a.Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran

b.Membagikan LKS sesuai materi pembelajaran yang diajarkan

c.Menggunakan media pembelajaran.




2)Pelaksanaan Tindakan

Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode sokratis dengan urutan tindakan sebagai berikut :

a.Tindakan guru seminggu sebelumnya :

oMemberitahu siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan limit dan turunan fungsi.

oMemberikan bimbingan pada siswa atau mengenalkan metode pembelajaran yang dipergunakan.

b. Pembukaan :

1. Guru menyampaikan :

oApersepsi

oMemotivasi siswa

oTujuan pembelajaran

oKompetensi dadar dan indikator pembelajaran.

c.Kegiatan inti :

1. Guru menyajikan informasi

oMenyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

oMembagikan LKS

2.Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu.

3.Menganalisis dan mengevaluasi

oGuru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya.

oBila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci.

oSesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

4. Kesimpulan

oBila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban yang benar.

oBantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

oBila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.

oSampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.

5.Latihan

oGuru meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk mengerjakan latihan soal

oGuru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal

oGuru memberikan penghargaan kepada siswa dengan kinerja bagus.

d.Penutup

oMemberitahukan tentang materi pembelajaran minggu berikutnya

oMemberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

3)Evaluasi

Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode sokratis, pada hari selasa, tanggal 3 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.

4)Refleksi

Data yang diperoleh adalah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa belajar matematika setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa dari pertemuan satu sampai pertemuan ke tiga. Hasil refleksi data yang diperoleh pada akhir siklus I berguna untuk menentukan rencana pada siklus penelitian selanjutnya.

b. Siklus II

Penelitian siklus II hampir sama dengan siklus I. Penelitian pada siklus II dilaksanakan pada materi pembelajaran ; penerapan turunan fungsi (diferensial).

Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada siklus II :

Pertemuan pertama: Senin, 9 September 2013

Pertemuan kedua: Selasa, September 2013

Pertemuan ketiga: Senin, 16 September 2013

1)Perencanaan Tindakan

Perencanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,

Adapun sistematika rencana tindakannya adalah sebagai berikut :

a.Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran

b.Membagikan LKS sesuai materi pembelajaran yang diajarkan

c.Menggunakan media pembelajaran.

2)Pelaksanaan Tindakan

Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode sokratis dengan urutan tindakan hampir sama dengan siklus I sebagai berikut :

a.Tindakan guru seminggu sebelumnya :

oMemberitahu siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan limit dan turunan fungsi.

oMemberikan bimbingan atau arahan pada siswa untuk memahami materi yang telah diberikan sebelumnya melalui metode pembelajaran yang dipergunakan.

b. Pembukaan :

1. Guru menyampaikan :

oApersepsi

oMemotivasi siswa

oTujuan pembelajaran

oKompetensi dadar dan indikator pembelajaran.

c.Kegiatan inti :

1. Guru menyajikan informasi

oMenyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

oMembagikan LKS

2.Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu.

3.Menganalisis dan mengevaluasi

a.Guru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya.

b. Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci.

c.Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

4. Kesimpulan

oBila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban yang benar.

oBantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

oBila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.

oSampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.

5.Latihan

oGuru meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk mengerjakan latihan soal

oGuru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal

oGuru memberikan penghargaan kepada siswa dengan kinerja bagus.

d.Penutup

oMemberitahukan tentang materi pembelajaran minggu berikutnya

oMemberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

3)Evaluasi

Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode sokratis, pada hari selasa, tanggal 17 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.

4)Refleksi

Berdasarkan temuan refleksi pada siklus kedua menjadi bahan untuk mengetahui sejauh mana penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis di kelas XII TSM, dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika.



7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data menggunakan rumus statistik yaitu dengan rumus rata-rata sebagai berikut :

x= ( Sudjana, 2002:267)

Keterangan :

x= Nilai rata-rata

fi= frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian

xi= Nilai hasil test.

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk lebih memudahkan dalam membaca data memprediksikan apa kesimpulan dari perlakuan yang diberikan.



8. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada pnelitian tindakan kelas ini adalah melihat hasil belajar siswa dari hasil test yang diberikan setelah 3 kali pertemuan per siklusnya.

Sesuai dengan teknik pengumpulan data, maka peneliti dalam menganalisis nilai tes siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

oRumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :

SBS = x c( Depdiknas, 2004:46 )

Keterangan :

SBS = skor butir soal

a= skor mentah yang diperoleh peserta didik untuk butir soal

b= skor mentah maksimum soal

c= bobot soal.

oSetelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor butir soal berbagai skor peserta didik (STP) untuk serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan, dengan menggunakan rumus :

STP = ( Depdiknas, 2004:46 )

Keterangan :

STP = skor total peserta

SBS = skor butir soal.






















BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan pre test dan satu jenis data hasil belajar siswa sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian siklus I berakhir (post test).



4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir Siklus I

Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus I, maka diperoleh Tabel 1 sebelum dibentuk tabel frekuensi terlebih dahulu ditentukan :

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 61

Rentang= Nilai tertinggi – nilai terendah

= 100 – 61

= 39

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,505)

= 5,9665, dibulatkan menjadi 6.

Panjang kelas interval =

=

= 6,5.

7.

Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui, maka data tersebut disusun distribusi frekuensi.



Tabel 2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus I

Yang Diajar Dengan Metode Sokratis

Nilai

fi

xi

xi2

fixi

fixi2

61-67

6

64

4096

384

24576

68-74

10

71

5041

710

50410

75-81

10

78

6084

780

60840

82-88

5

85

7225

425

36125

89-95

-

92

8464

0

0

96-102

1

99

9801

99

9801

Jumlah

= 32

-

-

= 2398

= 181752


Dari data di atas dapat ditentukan rata-rata ( x ) sebagai berikut :

x=

x=

x= 74,94 = 75

s2 = n

s2 =

s2 =

s2 =

s2 = 66,189

s= = 8,135.

Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis adalah 75 dengan simpangan baku adalah 8,135.

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata pada tes akhir terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum 75. Nilai siswa tidak menyebar merata, sebagian besar berada pada kisaran 75-81 dengan nilai rata-rata 75, maka dapat dikatakan pada siklus I belum optimal dan oleh karena itu perlu ditingkatkan.



4.1.2 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran ditemukan hal-hal seperti di bawah ini :

1.Penjelasan dan pelayanan guru dengan metode sokratis merupakan barang baru bagi siswa, sehingga kesiapan siswa masih kurang.

2.Minat dan motivasi belajar meningkat walaupun disini masih kelihatan guru kerepotan mengarahkan dan menggiring siswa untuk memberikan jawaban yang tepat saat diberi pertanyaan.

3.Sebagian kecil siswa yang pasif atau kurang mengikuti jalannya proses belajar.

4.Masih ada siswa yang masih kurang mengerti atau lambat menangkap pelajaran yang disampaikan. Dan juga memberikan jawaban ketika diberi pertanyaan.

5.Tingkat keberhasilan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sokratis mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata setiap pertemuan.



4.2 Hasil Penelitian Siklus II

Sama halnya dengan penelitian pada siklus I, hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan dan satu jenis data hasil belajar sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian siklus II berakhir.



4.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir Siklus II

Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus II, maka diperoleh Tabel 2 sebelum dibentuk tabel frekuensi terlebih dahulu ditentukan :

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 61

Rentang= Nilai tertinggi – nilai terendah

= 100 – 61

= 39

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,505)

= 5,9665, dibulatkan menjadi 6.

Panjang kelas interval =

=

= 6,5.

7.

Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui, maka data tersebut disusun distribusi frekuensi.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus II

Yang Diajar Dengan Metode Sokratis

Nilai

fi

xi

xi2

fixi

fixi2

61-67

1

64

4096

64

4096

68-74

10

71

5041

710

50410

75-81

10

78

6084

780

60840

82-88

5

85

7225

425

36125

89-95

5

92

8464

460

42320

96-102

1

99

9801

99

9801

Jumlah

= 32

-

-

= 2538

= 203592


Dari data di atas dapat ditentukan rata-rata ( x ) sebagai berikut :

x=

x=

x= 79,31 = 79

s2 = n

s2 =

s2 =

s2 =

s2 = 74,09

s= = 8,61.

Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis adalah 79 dengan simpangan baku adalah 8,61.

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata pada tes akhir siklus II terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum 75. Nilai siswa menyebar merata dengan nilai rata-rata 79, maka dapat dikatakan pada siklus II hasil belajar siswa sudah dapat dikatakan telah optimal.


4.2.2 Refleksi Siklus II

Secara umum hasil belajar siswa belajar matematika pada siklus kedua mengalami meningkat dibandingkan dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini tampak siswa mengalami peningkatan pemahaman materi yang dipelajari. Kemampuan siswa mengembangkan materi lebih luas tampak dari hasil karya yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan siswa sudah memahami bagaimana belajar dengan metode sokratis.Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua ditemukan hal-hal seperti di bawah ini :



Siswa lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan memberikan jawaban bila diberikan pertanyaan.
Siswa merasa nyaman dan tidak merasa canggung sehingga menumbuhkan semangat atau motivasi siswa.
Siswa sudah terbiasa dengan metode sokratis, sehingga keberlangsungan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pemberian penghargaan kepada siswa yang mempunyai hasil belajar terbesar menumbuhkan semangat dan mendorong terhadap penguasaan materi.


4.3Pembahasan

Dari hasil belajar yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XII TSMdalam menyelesaikan soal tes matematika yang berbentuk soal essay pada pokok bahasan penerapan turunan fungsi pada materi pokok limit dan turunan fungsi yang telah diajarkan dengan metode sokratis telah mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh mengenai hasil belajar siswa selama diajar dengan metode sokratis. Dari hasil data didapat nilai rata-rata untuk siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus I adalah 75 dan nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus II adalah 79.

Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 seperti di bawah ini :

Tabel 3. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa, dan Peningkatannya.

Nilai Rata-rata

Akhir Siklus I

75

Akhir Siklus II

79

Peningkatan

4

Hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis dapat meningkatkan siswa lebih aktif dan kreatif berpikir dalam proses belajar mengajar, sehingga membuat siswa mudah ingat dan paham akan konsep, dalil, prinsip dan rumus. Hal ini karena siswa dibimbing dengan materi pertanyaa-pertanyaan kunci, sehingga mereka benar-benar paham, mengerti dengan konsep, prinsip, dan akhirnya terampil dalam menyelesaikan soal-soal.

Siswa yang diajar dengan metode sokratis membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa di kelas terutama siswa yang kurang aktif membuat siswa jadi aktif, hal ini disebabkan siswa dibimbing dan diarahkan, sehingga mereka paham dan mengerti.
















BAB V

PENUTUP


5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan danberdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan : “ Jika pada siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang dilakukan proses pembelajaran dengan metode sokratis maka akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa belajar matematika.


5.2Saran

Untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh dalam penenelitian ini maka perlu dajukan beberapa saran seberikut :

1.Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kelas yang berbeda, karena pada kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang kemampuan siswa hampir merata sama sehingga kesulitan menentukan yang lebih aktif dan kreatif dalam berpikir.

2.Perlu dilakukan pelatihan dalam menggunakan metode sokratis untuk menamba penguasaan materi yang lebih mendalan, sehingga dampaknya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.





DAFTAR PUSTAKA



Ali, Muhammad, 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Djamarah, Syaiful, Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful, Bahri, dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas, 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaiaan. Yogyakarta : Depdiknas.

Hudojo, Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP.

Hanafiah, 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

……………., 2013. Definisi Belajar. (www.Goegle. Diakses tanggal 25 September 2013 ).

Aprina, Nera, 2006. Perbandingan Metode Sokratis dan Tanya-Jawab Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA PGRi 2 Palembang. Palembang : UNIV. PGRI

Pidarta, Made, 1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi Aksara.

Simanjuntak, Lisnawaty, dkk, 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun