Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Potong Roti untuk Santap Malam

13 Maret 2012   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan malam dengan nasi itu biasa bagi kebanyakan orang Indonesia. Makan malam dengan dua potong roti itu luar biasa. Apalagi bagi saya yang Indonesia tulen.

Roti adalah makanan khas orang Eropa. Sejak kecil, mereka sudah merasakan enaknya roti bakar. Konon, mereka biasanya meracik roti itu dengan makanan lain seperti telur, sayur, dan tomat. Saya melihat beberapa kali, mereka meracik roti bakar itu. Kelihatannya mereka sangat menikmati makanan itu.

Roti bagi mereka adalah sarapan. Roti hanya dimakan pada saat pagi hari. Makan siang dan malam dengan menu yang berbeda. Jadi, roti digunakan sebagai makanan "alas perut' sebelum berangkat kerja bagi orang Eropa.

Menjadi aneh ketika orang Indonesia, maksudnya saya, makan roti ini untuk santap malam. Ada apa ini? Asal tahu saja, saya tidak sedang berguyon. Ini kisah sungguhan bukan rekaan.

Merunut ke belakang, saya pernah makan roti, baik pagi hari maupun siang hari. Rasanya enak. Beberapa kali sempat meracik sendiri. Ya itu tadi, roti dicampur telur, sayur atau tomat. Saya makan roti pada siang hari ketika sakit. Satu-satunya makanan yang "diterima perut" adalah roti. Saya "diperbudak" oleh perut. Tetapi tidak apa-apalah. Sehebat-hebatnya manusia, entah dia presiden, olahragawan, gubernur, perdana mentri, orang berkaliber, suatu saat mesti tunduk pada kemauan perut.

Bukan hanya malam ini saja, saya santap malam dengan dua potong roti. Tiga malam yang lalu, saya melakukan hal serupa. Ini terjadi karena ada masalah dengan mulut saya. Ini bukan soal selera makan. Toh, sebagai orang Indonesia, saya lebih mencintai nasi daripada roti. Kalau saya makan nasi, perut saya kenyang. Sedangkan kalau makan roti, perut saya masih meminta menu tambahan.

Tiga malam yang lalu, mulut saya (sebelah kiri) agak kaku karena kena bius. Persis sama dengan yang dialami malam ini. Dibius karena baru saja diadakan cabut gigi sebelah kiri bawah. Tenatng cabut gigi nanti saya ceritakan di blog ini. Itulah sebabnya, mulut saya tidak bisa berfungsi dengan baik. Bahkan, agak sulit untuk membuka dengan lebar. Yang jelas, agak sulit memasukan nasi dengan sendok ke mulut. Salah satu jalan adalah tidak boleh makan nasi untuk sementara. Dan, itu yang saya lakukan. Tetapi, saya memilih makan roti supaya perut tetap diisi makanan.

Lagi pula, saya mesti minum obat. Kata dokter, jangan minum obat dengan perut tanpa terisi makanan. Maksudnya jelas, minumlah obat setelah makan. Nah, kalau perutnya belum terisi makanan, bagaimana mau minunm obat? Makan roti saja biar gampang kunyahnya. Gara-gara cabut gigi, saya makan dua potong roti untuk santap malam.***

CPR, 12/3/2012

Gordi Afri

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun