Mohon tunggu...
Aprilita
Aprilita Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Saya adalah seorang murid yang gemar membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jalan Menuju Jati Diri Ping

4 Desember 2023   10:08 Diperbarui: 4 Desember 2023   10:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapijali adalah sebuah seri buku trilogi yang ditulis oleh Dee Lestari. Buku ini menceritakan kehidupan Ping yang hidup di Batu Karas. Setelah kematian kakeknya, Ping pindah ke Jakarta sesuai amanah dari kakeknya. Semantara di Jakarta, dia mulai mencari jati dirinya dan mulai mengembangkan talentanya dalam musik. Lalu, Ping menjadi sebuah musisi di sebuah Band dalam sekolahnya. Cerita ini pun dilanjutkan di buku kedua dan ketiga, tetapi kita akan fokus dengan buku yang pertama.

Terutama, tema yang kami dapatkan di buku ini. Bahwa talenta yang kita punyai harus bisa dipelajari dengan baik dan melewati proses yang panjang walaupun kita sudah sangat familiar dengan talenta tersebut. Seperti dengan Ping saat ia bergabung dengan teman sekolahnya untuk membuat sebuah band musik. Ping mengebangkan talenta musiknya saat waktu ia masih kecil dengan membuat sebuah band saat dia sudah lebih tua di Jakarta.

Ping menemukan sebuah wadah yang bisa membantu dia untuk mengembangkan bakatnya dalam musik, yaitu band Pradipa Bangsa. Ping bertemu dengan seorang guru musik di Pradipa Bangsa. Nama guru tersebut adalah Ira, dia berkata, "Kalau pendengaran notasi kamu sempurna, kamu bisa jadi tukang setem jagoan. Sayangnya, untuk bermusik yang benar dan lengkap, jago menyetem nggak cukup." (Lestari, 2021, p. 199). Kejadian ini membawa Ping dalam pemikiran yang sangat keras. Ping sadar akan talenta musiknya, namun dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dengan talenta itu.  

Di bagian awal buku, Ping sudah mengalami banyak tekanan dari orang sekitarnya. "Ya, bisa saja, asal kamu jangan mau di Cijulang terus. Sayang atuh, Ping. Masa seumur-umur nge-band sama D'Brehoh? Jangan cuma jadi jagoan kendang." (Lestari, 2021, p. 37). Talenta Ping memiliki potensi yang sangat besar. Oleh karena itu, jikalau Ping tidak mau keluar dari zona nyamannya, dia tidak akan menemukan titik terang bagi masa depannya.

"Bakat kamu besar, tapi kamu benar. Kamu cocoknya main musik. Karena, kalau sekarang kamu ujian sekolah musik, kamu nggak akan diterima di mana-mana." (Lestari, 2021, p. 199). Inilah titik dimana Ping menyadari bahwa dia tidak akan bisa pergi kemana-mana dengan bakat musiknya itu. Momen ini menjadi motivasi Ping untuk mulai mengembangkan bakatnya secara profesional.

Kisah ini dihiasi lebih banyak warna di saat para pembaca bisa membayangkan kehebatan talenta dari Ping, namun juga bagaimana Ping masih memiliki pandangan buram dan tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan talentanya. Talenta Ping yang sangat baik akan sangat disayangkan jikalau tidak dipakai dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan talenta tidak hanya cukup dengan latihan saja, dibutuhkan pengajaran, praktek, dan kegiatan langsung (Sokolowsky, 2023).

Kesadaran bahwa Ping seharusnya mencari jati dirinya dan mengembangkan talentanya adalah saat Ping berkata bahwa masa depannya yang masih sangat buram dan dia tidak berpikir akan pergi kemana. Momen ini memberikan perasaan campur aduk hingga kepada pembaca, karena potensi Ping yang sebenarnya yang sangat baik, seakan-akan tidak dianggap serius oleh Ping. Dia berasumsi bahwa talentanya itu tidak akan membawanya menjadi besar.

Kemampuan dan kepekaan Ping akan musik tidak dimiliki oleh semua orang. Namun, Ping memang tidak akan bisa pergi kemana-mana jikalau dia tidak mengembangkannya. Dengan mengembangkan talentanya, Ping membuka jalan karir bagi dirinya sendiri (Stringer, 2020). Hal-hal ini juga menimbulkan perasaan yang membuat pembaca bergairah untuk mengetahui nasib Ping dan tindakan selanjutnya.

Hal yang bisa menjadi sebuah pembelajaran adalah bagaimana setiap manusia harus menemukan jati dirinya dan mengembangkan apa yang menjadi kelebihan dalam dirinya. Penulis menyadari bahwa kita tidak akan bisa berkembang jika kita tidak membuka pintu untuk mengembangkan diri kita. Sama halnya dengan Ping yang akhirnya mendapatkan jati dirinya dan menjadi tahu tentang apa yang akan dia lakukan di masa depannya.

Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa setiap manusia diberikan karunia oleh Tuhan. Karunia itu berbeda-beda, dan seharusnya digunakan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kita seharusnya mencari karunia itu dalam hidup kita, dikembangkan, dan dipakai untuk kemuliaan nama Tuhan. Untuk melakukan itu, kita harus selalu mengingat Tuhan dalam segala hal. Saat karunia tersebut sudah membawa kita dalam suatu titik tertentu, ingat bahwa semuanya hanya karena Tuhan. Dengan itu, kita bisa selalu mengucap syukur pada Tuhan, yang menjadi sumber segalanya.

Referensi

DeeLestari. (t.thn.). Tentang Dee. Diambil kembali dari https://deelestari.com/

Lestari, D. (2021). Rapijali 1. Yogyakarta: Bentang.

Sokolowsky, J. (2023, November 7). What is Talent Development and Why Does it Matter? Diambil kembali dari Chronus: https://chronus.com/blog/talent-development-program#:~:text=Talent%20Development%20Goes%20Beyond%20Just%20Training&text=But%20talent%20development%20also%20includes,those%20goals%20and%20improve%20performance.

Stringer, G. (2020, October 23). 5 Reasons Why Talent Development Is So Important. Diambil kembali dari eLearning Industry: https://elearningindustry.com/reasons-why-talent-development-is-important

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun