Namun permasalahannya pernahkah kita berfikir dan mengkritisi tentang kebenaran yang selama ini kita pegang (dogma, warisan dan ideologi) tentang Tuhan.Â
Saya rasa, Tuhan tidak hanya membenci kemunafikan dalam bertindak, tetapi juga membenci terhadap kemunafikan dalam berfikir. Yaitu takut untuk mencari kebenaran yang selama ini dipegangnya, toh manusia diciptakan dengan kemampuan berfikir.Â
Dari itulah seharusnya manusia dengan kemampuannya berani bernalar dan menelanjangi kebenaran yang hanya di yakini melalui jalan dogmatis. Bisa sajakan, keyakinan terhadap Tuhan yang selama ini kita pegang merupakan kepentingan kelompok tertentu untuk dijadikan ladang bisnis dan berpolitik, misalnya. Mengapa kita tidak pernah mengkritisi akan hal itu untuk mencari kebenaran?
Banyak orang yang menganggap sesuatu itu benar dan itu salah. Tapi pernahkah seseorang memberi argumentasi tentang anggapannya yang benar dan yang salah itu? Saya rasa tidak, sehingga argumen tentang anggapannya yang benar dan yang salah itu selalu berujung pada argumen "pokoknya, intinya".Â
Hingga pada akhirnya kebenaran semacam itu hanyalah sebatas dogma, Warisan dan ideologi bukan kebenaran melalui pencarian dan pengalaman. Sangatlah miris mengingat manusia sebagai animal rational.
Terakhir saya tutup tulisan ini dengan statemen "manusia belum bisa dikatakan bebas, sebelum ia berani melepaskan akal pikirannya dari belenggu kekolotan dogma. Seperti dogma agama dan budaya. DON'T BE AFRAID (janganlah takut) !!! USE ABILITY (gunakan kemampuan) untuk mencari kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H