Mohon tunggu...
Suryanto Rauf
Suryanto Rauf Mohon Tunggu... Jurnalis - Bumi Ku Adalah Bumi Manusia

Bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Aktivis Kritis Dilarang di Indonesia?

1 September 2019   11:22 Diperbarui: 1 September 2019   21:20 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Tujuan Aktivis Sejati adalah berjuang menyelamatkan dunia dari kejaliman dan kekejian orang-orang munafik serta kaum kapitalis. Aktifis sosial mengajarkan umat memberi jiwa dan kehidupan sosial kepada bangsa-bangsa yang terpecah- belah dan peradaban- peradaban yang mati.

Jadi, aktifis bukanlah pemberontak atau musuh rakyat dan Pemerintah yang adil tetapi mereka adalah Keluarga yang mempertaruhkan hidup Untuk suatu kemerdekaan semua orang yang tertindas.

Sabtu kemarin satu lagi aktifis sosial yang di tanggap dan di larikan kepolda metro " Surya Anta " itulah namanya, lelaki yang dikenal aktif dalam mengawal persoalan-persoalan di papua, dan juga sebagai seorang juru bicara FRI -WESTPAPUA. 

Sampai hari ini belum ada info lebih dari kawan-kawan dijakarta soal penangkapan yang dilakukan oleh pihak keamanan kepolisian. jika hal seperti ini terus terjadi secara terus menerus di dalam roda pemerintah maka bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa yang hidup dalam Doktrin Demokrasi yang penuh dengan ketidak pastian, saya tidak ingin mengatakan bangsa ini adalah bangsa yang ant kritik dan anti Demonstrasi, tapi jika memang kenyataanya adalah demikian maka jelas bangsa kita ini masih belum jujur dalam menerapkan sistim demokrasi yang di amanatkan " 

Demokrasi kita adalah sebuah Demokrasi yang menjungjung tinggi sebuah sikap pengamatan dan pengabdian sosial kultural, Hal ini bisa dilihat dari mana asal muasal kata demokrasi Demos, yang artinya Rakyat dan Kratos yang artinya Kekuasaan". Maka jelaslah sudah bahwasanya kekuasaan itu harus dikembalikan kepada rakyat sebab rakyat adalah pemilik kekuasaan itu sendiri. 

Menangkap aktifis sama halnya dengan membunuh aspirasi rakyat dalam kemajuan perkembangan bangsa dimasa depan. Jika selama pemerintah masih memaknai bahwa kritik dan demonstrasi yang dilakukan oleh aktifis sebagai sebuah tindakan represif dan anti pemerintah maka pemerintahan kita akan tetap statis dan tidak memiliki satu kemajuan yang produktif.

Tapi apa bila pemerintah legowo dan mau menerimah kritik dari masyarakat dan diangkat sebagai sebuah bahan evaluasi maka yakin dan percaya bangsa ini akan semakin baik dan maju.

Bukan untuk mengulang sejarah tetapi jika kita membaca pola gerakan hari ini maka penulis kita sama-sama melihat sebuah sejarah dimana ciri sejarah dari historiografi nasional yang di bentuk selama masa rezim orde baru soeharto adalah sentralitas negara yang di ejawantakan oleh militer. Sejarah nasional disamakan dengan sejarah militer dan produksi sejarah dikendalikan oleh negara dan militer.

Pada akhirnya versi militer tentang kejadian di tahun 1965 mendominasi historiografi periode tersebut dan melegitimasi naiknya rezim orde baru, jika rezim sebelumnya membangun sejarah indonesia sebagai hasil dari perbenturan antara kolonialisme dan imprealisme melawan nasionalisme indonesia dengan soekarno sebagai pusat.

Maka orde baru melihat sejarah indonesia sebagai hasil dari perjuangan antara pendukung dan penentang pancasila dengan menempatkan militer sebagai faktor penentu, orde baru hanya menggantikan soekarno dengan militer, sementara itu para penentang pancasila khususnya komunisme dan islam ekstremis telah menggantikan posisi kolonialisme dan imprealisme sebagai kambing hitam.

Dari sedikit historiografi sejarah jaman orla dan orba diatas kiranya kita tidak membuat bangsa ini keluar dari sebuah sistim yang menindas kemanusian yang lain, sehingga warna dari reformasi menjadi kabur dan tidak jelas.

Bagaimana tidak, jika memang sejarah tidak lagi menginkan satu sistim otoriter bersemayam dibumi indonesia maka pemerintah harus memilih mana kiri kritis dan mana kiri yang rasis dalam melawan pemerintah. 

Inilah hal yang tidak bisa di pungkiri bahwa aktifis pergerakan adalah manusia yang ingin lepas dari sebuah keterikatan dan ketertarikan untuk mellawan pancasila, sebab pancasila sudah final dan tidak harus lagi di perdebatkan. 

Namun jika memang pemerintah menjadikan pancasila untuk menangkap dan memenjarahkan para aktifis maka ini adalah sebuah kesalahan besar sebab tidak ada sebuah kesalehan disana, karna negara ini telah sepakat untuk melepaskan segala atribut meliter sejak runtuhnya sistim orde baru runtuh.

Aktifis hari ini hidup dalam sebuah lingkungan yang justrus mengancam masa depan hidupnya bersama keluarga, sehingga kepastian untuk hidup aman dan damai sebagaimana yang telah diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 menjadi sebuah Utopis. 

Padahal Undang-undang telah menjamin hak hidup warga negaranya untuk bebas dan aman. lagi-lagi bangsa ini membuat ulah yang tidak jelas dengan menangkap Aktifis membuat masyarakat tidak percaya untuk dilayani pemerintah. 

Jika memang para aktifis hari ini melakukan kesahan maka pemerintah harus bijak dalam menangani aktifis-aktifis yang ada di indonesia bukan dengan jalan kekerasan dll. mungkin itulah harapan yang bisa diharapkan hari ini untuk diketahui oleh pemerintah.

BANGKITLAH HAY MAHASISWA DAN AKTIVIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun