Mohon tunggu...
Iskandar Fahmi
Iskandar Fahmi Mohon Tunggu... -

Tulisan Suka Suka Dibaca Cuma Cuma

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sekolah NU dan Muhammadyah Sama Bagusnya

15 Agustus 2017   17:59 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:10 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Cah Koyo koe kok mondok "

Mungkin kalimat itu yang sering saya dengar ketika saya menyebutkan asal SMP / MTS maklum saja

muka saya yang ngga ada santi santrinya ini lha kok ngaku ngaku santri kalo dibilang anak pondok

mungkin lebih tepat anak Pondok indah atau Pondok Ranji lebih tepatnya. Apalagi kalo ditambah saya

menyebutkan SMA / MA ( Aliyah ) saya juga dipondok " Buajilak rupamu Koyo Pikolo kok pondokan "

tapi semua teman saya akan terdiam ketika saya memamerkan jurus saya satu satunya yaitu bahasa

arab. Ya walaupun saya anak pondok gadungan tapi setidaknya ketika mata pelajaran bahasa arab saya

tidak pernah bolos.

Setelah saya memamerkan kebolehan saya bukanya apresiasi atau tepuk tangan yang saya terima tapi

runtutan petanyaan yang absurd. Seperti bahasa arabnya ini apa ? bahasa arabnya itu apa tapi dari

sekian banyak pertanyaan yang ada pertanyaan paling sering adalah

" Berati nek nonton Bokep arab ( Arabian Naugty ) ra perlu ngaggo subtitle yo koe ? "

Setelah saat itu teman saya setiap waktunya menanyakan berbagai macam bahasa Arab lewat Watsap.

Dan mereka hanya mau melanjutkan menonton Video ketika saya telah menerjemahkan kalimat yang

mereka maksud. Pasti anda sudah paham video apa yang mereka tonton bukan ? hemmm sudah

kuduga.

Singkat cerita, saya dulu memang MTS dan MA ( Aliyah ) di pesantren dan yang uniknya lagi MTS saya itu

Moderen ala ala Muhammadiyah dan MA ( Aliyah ) saya tradisonal sekali ala ala NU. nggak tau itu salah

siapa lha pas saya daftar ke sekolah ngga pernah ditanya kamu NU apa muhammadiyah kok.

Memangnya mereka mereka itu yang mau menyolatkan jenazah saja harus ditanya kamu pendukunya Si

A apa si B.

Di pesantren saya yang konon ala ala muhammadyah ini saya belajar banyak hal terutama disiplin

memang salah satu ciri dari Pondok pesantren Muhammdyah itu disiplin bagaimana ngga disiplin liat

saja aktifitas saya bangun pagi subuh jam 05 :00 saya harus sudah ada di masjid setelah itu Muhadasah

semacam percakapan menggunakan bahasa arab / bahasa inggris berhadap hadapan dan itu dilakukan

setiap hari sampai dengan jam 06.00 bayangkan kita hanya diberi waktu 1 jam untuk bersiap mandi dll

ya maklum saja kalo katanya santri itu ngantukan. Setelah itu waktu lebih banyak kita lakukan di

sekolahan kurang lebih sampai jam 4 sore baru kita pulang. Ngga usah nunggu peraturan full day school

saya sudah duluan waktu pemerintah belum kepikiran malah. Nah uniknya disitu mata pelajaran yang

kepondokan seperti nahwu, shorof itu digabung dalam satu hari itu. bagaimana ngga asoy setelah

berpusing pusing dengan matematika kita bisa belajar mufrodat belajar mufrodat itu pelajaran pertama

kalau anda mau belajar copywriter ya maklum saja banyak anak sentri yang jadi copywriter. Kurang lebih

itu yang saya lakukan ketika MTS selama 3 tahun saya dapat banyak ilmu tentang bahasa arab dan

sebagian dari pondok pesantren ini.

Setelah MTS saya melanjutkan pendidikan ke MA ( Aliyah ) disini sangat berbeda dengan pondok saya

sebelumnya pondok pesantren yang ala ala NU ini sangat terkenal di daerah brebes sana ya walaupun di

dalam desa tapi ketika anda masuk didalamnya terasa berbeda sekali nuansanya pada pondok pondok

NU pada umumnya anda mau mencari SD, MI, SMP, MTS, SMA, MA, STM bahkan ada universitas juga

disana dan masih banyak lagi saya tidak bisa jelaskan semua nanti tulisan saya tidak dimuat di mojok.co

uniknya lagi semua penuh dengan fasilitas teknologi terkesan berbeda sekali dengan stereotip orang

orang Nu yang ndeso itu. Disini malah saya lebih banyak mendapat ilmu ilmu tentang teknologi dari

mulai membuat website sampai dengan merangkai computer.

Jadi sebenarnya pembelajaran NU dan muhammadyah tidak jauh berbeda yang membedakan bagamana

kita melihatnya dari sudut pandang yang mana bukan begitu kan ya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun