Mohon tunggu...
Money

Optimisme Ekonomi Indonesia

21 Oktober 2016   12:55 Diperbarui: 21 Oktober 2016   14:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimanakah menurut anda tentang perekonomian negara Indonesia sekarang? Apakah lebih baik?
Lebih buruk?
Atau sama saja dengan tahun sebelumnya?
Sebelum anda menyimpulkan, bacalah artikel di bawah ini terlebih dahulu.

Mengawali tahun 2016, Indonesia harus mampu membangun optimisme untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global maupun domestik. Namun, kondisi ini harus tetap diwaspadai mengingat kondisi ekonomi global karena krisis sehingga mudah berubah-ubah.

Sejumlah pekerjaan rumah menunggu Menteri Keuangan Sri Mulyani. Belanja negara lewat pembangunan infrastruktur juga mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga komoditi global selama beberapa tahun terakhir telah mempengaruhi perekonomian Indonesia khususnya pendapatan ekspor, investasi, pendapatan negara, dan daya beli masyarakat. Pada 2015 lalu, pertumbuhan Ekonomi Indonesia melambat untuk kelima kalinya, hanya mencapai 4,8%. Pertumbuhan terendah pasca krisis keuangan global.

Berkaca dari tahun lalu, pengaruh terbesar bagi ekonomi Indonesia di 2016 bisa jadi antara lain, yaitu pertama perlambatan ekonomi Tiongkok dan kedua masih rendahnya harga minyak. Bahasan pertama adalah pengaruh Tiongkok ke Indonesia. Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, perlambatan di Tiongkok berarti berpengaruh pada kegiatan ekspor. Perlu dicatat, ekonomi dunia juga mendapat pengaruh yang sama karena perlambatan ini. Melihat hal ini, tentunya pola ekspor Indonesia pun harus mulai diubah, dari barang mentah menjadi barang jadi/ barang konsumsi.

Kedua, terkait harga minyak. Secara otomatis, minyak menjadi referensi harga bagi komditas lain, dimana nilai minyak yang rendah berimbas pada harga komoditas yang rendah. Indonesia sendiri mulai berusaha untuk mengurangi ketergantungan kepada komoditas pada 2015 lalu. Di dalam negeri, harga minyak ini mengganggu ide pengembangan energi karena harganya menjadi lebih murah untuk dikonsumsi.

Hal ketiga ialah, Kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat juga pasti berpengaruh pada kondisi ekonomi dalam negeri, khususnya sektor keuangan. Hal ini tentunya harus kita antisipasi sehingga sektor keuangan Indonesia tetap dalam kondisi stabil.

Saya berharap pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi baik makro, moneter, maupun fiskal. Salah satu hal yang penting adalah bagaimana mengoptimalkan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN), karena ini menjadi salah satu faktor penyokong pertumbuhan tahun 2016. Di sisi lain, penyerapan juga mulai difokuskan dari awal tahun, dimana proses lelang telah diizinkan untuk dilakukan sejak November 2015. Pada Januari 2016, beberapa proyek pekerjaan infrastruktur telah dimulai, antara lain pada Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, terutama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang beberapa waktu lalu baru digantikan oleh Bapak Ignatius Jonan. Tahun ini, pemerintah mengupayakan adanya hasil yang lebih merata, dimana hasil akan terlihat di semester I. 

Yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana cara untuk melakukan kebijakan pajak, agar “Pekerjaan Rumah” dari tahun sebelumnya, dapat dijawab. Melihat masih sangat besarnya potensi pajak Indonesia, salah satu hal yang perlu dicermati adalah penerimaan yang bersumber dari Wajib Pajak Orang Pribadi. Angka terkini mengenai pajak tersebut masih sangat kecil dibanding penggunaan pajak tersebut. Menteri Keuangan telah menugaskan Direktur Jenderal Pajak, untuk benar-benar serius menggali Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun ini, ditambah juga untuk tetap menggali Wajib Pajak Badan dan menjaga Pajak Pertambahan Nilai tidak terjadi KKN, ini diharapkan dapat menjaga harapan dalam penerimaan pajak.

Pemerintah berkomitmen untuk menjalankan APBN 2016 dengan lebih baik, baik dari sisi penerimaan, belanja, maupun pembiayaan. Lebih lanjut, pemerintah juga berharap APBN yang lebih baik dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, sehingga kinerja perekonomian Indonesia 2016 menjadi lebih baik dari 2015.

Mengawali tahun 2016 ekonomi Indonesia terus membaik beberapa bulan terakhir, sehingga dapat menjadi harapan titik balik pulihnya Ekonomi Indonesia. Para pelaku ekonomi Indonesia juga menunjukkan optimisme yang sejalan dengan pemerintah. Mereka meyakini bahwa perekonomian Indonesia tahun 2016 akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan optimisme ini, pertumbuhan 2016 diperkirakan akan lebih tinggi, seperti mulai stabilnya nilai rupiah, dan itu mendorong kembali orang melakukan pengeluaran. Dengan ini, angka konsumsi beranjak pulih, sehingga pertumbuhan tahun 2016 diperkirakan akan lebih tinggi dari 5 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun