Rata-rata usia mahasiswa S-1 di Indonesia berkisar antara 18 hingga 24 tahun. Pada usia ini mereka tergolong pada usia dewasa muda yang merupakan peralihan dari masa remaja menuju dewasa.Â
Ciri dari kelompok usia ini adalah memiliki ketegangan emosional, memiliki berbagai masalah, adanya rasa ketergantungan, perubahan nilai hidup, dan mulai menyesuaikan diri dengan cara hidup baru.Â
Adanya rasa tanggung jawab atas masa depan serta adanya pikiran untuk bekerja atau berkarir sangat berpengaruh terhadap tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa.Â
Banyaknya tekanan dan berbagai bentuk stresor membuat mahasiswa merasa tidak percaya diri dan tak jarang mereka cenderung memikirkan hal-hal buruk yang bisa terjadi pada masa depan mereka sehingga berdampak terhadap kesehatan mental.
Tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut memang benar terjadi adanya, bahkan beberapa dari mahasiswa tidak menyadari apabila mereka sedang mengalami stres dan kecemasan. Adanya rasa gengsi, malu, dan kurang terbuka membuat mereka memendam masalahnya sendiri yang mengakibatkan adanya rasa tidak tenang dan merasa serba salah. Kemudian, pada akhirnya hal ini dapat memperparah kondisi mental mahasiswa.
Dampak Stres dan Kecemasan pada Prestasi Mahasiswa
Dapat dilihat bahwa kesehatan mental memiliki peran penting dalam tingkat produktivitas mahasiswa di masa pandemi. Mahasiswa yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami penurunan hasil capaian belajar.Â
Coba kita bayangkan bagaimana apabila stres dan kecemasan ini tidak bisa diatasi dengan baik. Apa mungkin mahasiswa bisa mencapai prestasi dalam bidang akademik dan nonakademik? Jawabannya tentu tidak. Hal ini dapat merugikan mahasiswa dan dapat mengecewakan orang yang telah menaruh harapan yang tinggi pada mereka. Lalu bagaimanakah cara menjaga kesehatan mental di kala pandemi?
Nah... setelah pembahasan sebab dari meningkatnya masalah kesehatan mental anak muda sekarang khususnya mahasiswa kita akan membahas tentang upaya. Tentunya setiap masalah pasti ada solusinya, begitu juga dengan masalah kesehatan mental yang dialami mahasiswa selama pandemi Covid-19.
Upaya menjaga kesehatan mental sejak awal mempunyai tujuan agar kesehatan mental mahasiswa tetap terjaga. Beberapa cara yang dapat dilakukan mahasiswa, seperti melakukan manajemen tingkat kesehatan mentalnya baik secara internal maupun eksternal, sebagai berikut.
- Upaya internal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif seperti berjalan-jalan di pagi hari dengan menghirup udara segar, membangun hubungan yang positif dengan teman atau keluarga, menjaga pola makan dan kesehatan tubuh, melakukan meditasi, self healing di tempat rekreasi atau wisata alam, dan berolahraga ringan. Aktivitas religi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan sisi spiritual yang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental mahasiswa.
- Upaya eksternal yang dapat dilakukan mahasiswa yaitu dengan meminta bantuan serta motivasi dari lingkungan sekitar mahasiswa seperti keluarga, pihak universitas, dosen, maupun teman-teman sejawat. Meminta bantuan pada pihak profesional juga dapat dilakukan, khususnya pihak profesional yang bergerak di bidang kesehatan mental, seperti konselor, psikolog, dan psikiater (Delviana dkk., 2020).
Referensi