Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

hobi Menulis & Berkebun Profesi Pustakawan dan Owner El-Tsa Collection

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritme Kerja dan Suasana Hati

12 September 2024   09:21 Diperbarui: 12 September 2024   10:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profesionalitas Kerja

Kondisi dan suasana hati akan sangat menentukan langkah seseorang dalam rutinitas kerja, Biasanya suasana hati akan menentukan ritme kerja seseorang. Orang yang mengalami kekecewaan akan cenderung berkurang totalitasnya meskipun orang seperti ini tidak bisa disimpulkan orang yang tidak loyal. 

Penting sekali membangun suasana yang menyenangkan dalam dunia kerja meskipun ada target dan tuntutan. Kenapa demikian dengan suasana hati yang baik akan mempermudah komunikasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam lingkungan kerja.

Terkadang kebosanan membutuhkan suasana hati yang berbeda untuk merefresh diri sehingga hidup itu juga butuh privatisasi meskipun di lingkungan kerja entah itu merawat bunga di halaman ataupun sejenak bersenda gurau. Dengan demikian dinamika kerja atapun aktivitas yang rutin akan tetap terjaga dengan sendirinya.

Terlalu banyak tuntuan akan menjadikan beban kerja yang berlebih akibatnya suasana hati jadi gundah dan gelisah. Biasanya situasi seperti itu akan menjadi penyebab konflik dengan sesama rekan kerja akibatnya dinamika kerja menjadi kontraproduktif. 

Suasana yang kondusif dan lingkungan yang menyenangkan butuh di bangun sejak dini dengan irama yang sama. Tidak boleh dalam kerja masing-masing mempunyai ego sendiri-sendiri seperti suka menghidupkan musik dengan keras melalui HP android yang mengganggu teman kerjanya.

Sering di jumpai dalam pelatihan kerja diajari berbagai gerakan tertentu untuk merefresh diri dan selalu fokus terhadap materi yang diberikan oleh pemateri. Gerakan tertentu bisa menjadi pemecah situasi yang asalnya serius menjadi cair. Barangkali dengan saling berkomunikasi dan juga diskusi adalah bagian dari konsentrasi dan fokus tersebut ataupun juga bisa melalui bagi-bagi doorprize bagi yang bertanya ataupun menjawab pertanyaan.

Perbedaan skill dan beban kerja akan berakibat rasa ketidakpercayaan terhadap partner kerja, dibutuhkan juga pola kerja yang bisa mengelaborasi masing-masing job pekerjaan supaya ada koneksi dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Dengan demikian bila terjadi kekurang sesuaian bisa diambil langkah-langkah perbaikan dalam bentuk pelatihan sesuai dengan  situasi kerja dalam tim.

Sebuah tim yang solid adalah dambaan dalam membangun progres kerja yang baik. Dibutuhkan suasana hati yang saling melekat sebagai sesama saudara seperjuangan apapun itu pekerjaan. Dalam kerja tim tidak ada pekerjaan yang merasa paling special karena akan mengakibatkan sikap jumawa dan merendahkan pekerjaaan lainnya.

Kerja manajerial, kerja staf dan kerja pesuruh pada masing-masing lini memiliki beban tersendiri, masing-masing lini jangan sampai merasa paling tahu dengan pekerjaannya karena akan sulit untuk dikoordinasi. 

Siapapun orang pasti mendambakan pekerjaan yang levelnya berada di atas seperti kerja-kerja manajerial. Semua pekerjaan selalu ada resikonya dan juga membutuhkan up grade skill. 

Oleh sebab itu dinamika kerja dan suasana hati dibangun berdasarkan level profesionalitas dan tanggungjawab atas pekerjaannya. Di samping itu upah atau imbalan atas pekerjaannya juga penting sekali. Biasanya suiasana hati yang senang akan berkorelasi positif dengan gaji atau upah. Upah yang layak adalah penting sebagai jaminan atas kerja-kerja profesionalnya.

Selain upah juga aspek religiusitas adalah juga unsur penentu bahwa kerjanya adalah bagian dari amaliyahnya. Maka dari itu ketika seseorang sudah diniatkan ketika bekerja juga beramal perlu mengendalikan Susana hati jauh dari sifat iri dan dengki karena bisa merusak amalnya. 

Upaya untuk memanfaatkan kerja-kerja bawahan juga perlu dihindarkan karena akan membawa sikap yang jauh dari keadilan sosial. Karena dalam mengatur ritme kerja juga membutuhkan keadilan dari para pemimpinnya. Terutama menyangkut ketertiban,kedisiplinan, pegawai dan pemerataan job .

Suasana kerja yang penuh ambisi juga butuh tekad dan penyemangat seperti mengadakan kegiatan lomba-lomba yang memicu tensi kerja. Tensi kerja akan makin produktif dan semangat manakala eksistensi pekerjaan diakui kedudukannya atau sumbangsihnya oleh berbagai pihak di lingkungan kerja. 

Seperti saat hari besar tertentu para pegawai di semua unsur perlu dilibatkan secara bersama-sama dalam satu pekerjaan yang memiliki tujuan yang sama dalam upaya mengelola rasa empati dan emosional kerja.

Penting sekali kepeloporan dalam satu institusi sebagai pendorong dan penyemangat partnernya untuk bekerja dengan baik. Dengan demikian ada figur yang ditempatkan sebagai sentral dan memberikan efek kerja positif . 

Satu hal yang terpenting adalah pola pikir dan wawasan kerja juga akan menentukan ritme dan suasana hati  dalam menyikapi tuntutan pekerjaan yang selalu berubah-rubah dan insidental. 

Oleh sebab itu dedikasi dan prestasi dalam kerja akan terwujud manakala suasana hati dan ritme kerja diatur denga pola-pola yang inovatif dan juga semangat untuk saling menghargai keunikan individunya masing-masing sebagai sebuah kelebihan yang bermanfaat bagi institusi tempat kerjanya. (Syahirul Alem, Pustakawan & Owner El-Tsa Collection)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun