Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

hobi Menulis dan Berkebun Profesi Pustakawan dan wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manajerial Kepemimpinan, Akademisi & Respon Kritis

20 Juni 2024   12:27 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dunia kepemimpinan tidak ada yang tujuannya  untuk mencari kehancuran pasti menginginkan kejayaan dan pengaruh dalam lingkungannya. Namun tidak pernah ada kesempurnaan dalam manajerial kepemimpinan meskipun begitu dibalik ketidaksempurnaan selalu ada harapan untuk mencari pemimpin yang adil yang mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 

Kejayaan selalu bersimbiosis dengan pemimpin yang kharismatik, kemunduran selalu identik dengan kepemimpinan yang lemah. Ego kepemimpinan merupakan permasalahan yang sangat problematik karena pemimpin biasanya memiliki ambisi pribadi untuk menunjukkan pada pihak luar bahwa dia mampu mewujudkan harapan dan cita-cita di saat memegang kendali manajemen,

Pemimpin yang handal selalu menjembatani masalah miskomunikasi antar bawahannya supaya  fungsi kegiatan tetap berdasarkan relnya.. Ibaratnya pemimpin adalah seorang pemimpin orchestra, apabila ada salah satu yang kurang sesuai dengan nada orchestra tersebut perlu diingatkan agar jangan sampai merusak harmoni yang ada. Namun keindahan sebuah orchestra tersebut bisa juga membuat penonton akan terpukau. 

Harapannya Terpukaunya penonton itu berimbas secara langsung terhadap kemaslahatan untuk kemajuan bersama. Biasanya apapun dinamikanya, apabila kurang berefek secara langsung dalam manajerial organisasi, setidaknya membutuhkan ruang-ruang kritis untuk menelaah secara lebih jauh lagi. Setidaknya kegiatan yang akan datang bisa berlangsung lebih membumi dan relevan dengan tantangan yang dihadapinya saat ini. itulah mengapa dalam kepemimpinan itu butuh sosok akademisi kritis untuk menilai kesinambungan visi organisasi.

Dunia akademis selalu sibuk dengan berbagai analisa dan penelitian. Dunia akademis tidak dipungkiri mempunyai peran yang strategis dalam berbagai aspek keilmuan, dalam kepemimpinan adalah bagian dari ranah ilmu sosial, maka sudah selayaknya setiap analisa adalah bagian dari pengembangan keilmuan secara kritis karena dunia akademis merupakan dunia yang obyektif tanpa prasangka. 

Realitasnya ketika ada kritik terhadap kepemimpinan sering dianggap pihak oposan padahal apa yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat adalah bagian dari kemampuan untuk mengembangkan nalar kritis seseorang untuk menilai kepemimpinan yang ideal di mata rakyatmya. 

Menjadi Oposan adalah sebuah keyakinan dan tanggungjawab hidup karena tanpa sikap kritis kehidupan tidak akan berubah dan berbenah semisal ada kemajuan, kemajuannya adalah pura-pura dan semu. Pluralitas masyarakat adalah sebuah keniscayaan. 

Bagaimana seseorang mampu mengorganisir memanajemen dengan baik sehingga semua lini kehidupan tampak begitu prospek. Harapannya masa depan bukan lagi sebuah pepesan kosong. Pemimpin yang mampu mendengar tidaklah mudah karena untuk meramu berbagai apirasi membutuhkan power yang tangguh.

Dalam kehidupan yang serba hedonis saat ini adalah langka orang yang mau menjadi oposan atau sikap kritis terhadap manajerial kepemimpinan, dalam bayangan seseorang sikap oposan akan sulit untuk mencari relasi hidup. Sikap oposan akan melahirkan kesepian hidup karena tidak ada yang menemani sikapnya. 

Demokrasi membutuhkan check and balances karena ketidaksempurnaan dalam manajerial pasti terjadi. Dalam manajerial yang baik di mulai dari planning yang bagus dan secara konsisten dalam aksi kerjanya. 

Terkadang dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan apa yang di rencanakan entah itu faktor teknis seperti human error atau factor non teknis seperti musibah. Manajemen yang komprehensif dan terencana sesuai schedule membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi itulah pentingnya sikap kritis terhadap tahapan perencanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun