Mohon tunggu...
erni rukmana
erni rukmana Mohon Tunggu... -

yes

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tongkat Sapu

9 Februari 2010   05:11 Diperbarui: 6 Juli 2015   12:42 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia memandang tongkat sapu di pojokan gedung. Tongkat sapu itu telah menghancurkan hidupnya dan juga telah memberikan kehidupan baginya. Gedung yang mewah, dimana anak-anak orang kaya di sekolahkan di gedung bertingkat itu. Anak-anak yang kurang sopan terhadap dirinya . sering kali dia di remein menimbulkan sakit hati di dadanya. Setiap harinya dia di temani tongkat sapu walaupun dia membencinya tapi dia tidak bisa melepasnya dari kehidupan yang ada. Tongkat sapu menemaninya untuk membersihkan gedung SMA Raya. Anak-anak yang tahunya hanya makan tanpa peduli membuang sampah pada tempatnya. Karena mungkin mereka berpikir ada dua sahabat yang akan membersihkannya. Si tongkat sapu dan bapak tua yang umurnya sudah 60 tahun. Hatinya terhibur jika hari senin mulai tiba. Pada waktu upacar bendera anak-anak sering menyanyikan lagu wajib nasional indonesia pusaka, lagu favoritnya bapak tua. Esok harinya yang di tunggu bapak tua, dia berangkat pagi dari rumahnya yang reyot. Di buat dari kardus-kardus, sering kali wilayah yang dia tempati di gusur. Walaupun dia mendapatkan gaji setiap bulan tapi dia belum bisa membayar kontrakan yang layak huni. Masih banyak alasan kenapa dia belum memakai uang gajinya. Ini semua ada kaitannya dengan tongkat sapu.

Indonesia tanah air beta

Pusaka nan abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala

Tetap di puja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta

Di buai di besarkan bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

Bapak tua menangis mendengar lagu itu. Dia lalu pergi menemui si tongkat sapu. Hari-harinya yang selalu dengan si tongkat sapu. Kadang dia marah dengan tongkat sapu di bantingnya tongkat sapu itu. Kadang dia mengelus si tongkat kayu dengan lembut. Pagi ini dia kelihatan ceria. Si tongkat sapu di bersihkan dan di elus-elus.

"Hari ini adalah gajiku, aku berterimakasih ke padamu. Aku akan mengumpulkan uang, isriku akan kembali kepadaku". Katanya dengan tersenyum. Dia melewati koridor gedung ke kantor atas untuk menerima gajinya.

"Permisi , pak saya mau mengambil gaji".

"Oh ya pak burhan, terima kasih ini gaji anda". Kata atasannya dengan tersenyum ramah membuat bapak tua nyaman. Hari yang membuatnya bahagia, uang yang sudah dia kumpulkan selama dua tahun mencapai satu juta. Dia tak ingin istrinya menjadi pembantu disana. Istrinya sudah tua juga. Dia ingin istrinya dan dia bisa menikmati hari tua dengan indah. Gara-gara tongkat sapu dia di tinggal istrinya. Coba kalau dia tidak bersahabat dengan tongkat sapu, tidak akan seperti ini. Tapi hari ini juga tongkat sapu akan menyatukan dia dengan istrinya. Sepulang dari sekolahan bapak tua mendatangi rumah mewah itu. Istrinya pasti betah di sini. Tidak akan takut untuk di gusur. Andai saja dia mempunyai keturunan istrinya tidak akan meniggalkannya sendiri. Dan hari ini adalah waktunya.

Dia memasuki rumah itu, di lihatnya wanita sebaya dengan dia sedang menyiram bunga. Bapak tua berdehem, wanita itu melihatnya den terkejut.

"Bapak, kenapa disini?" Tanya wanita itu kaget.

"Pulanglah, aku ingin kamu pulang". Kata bapak dengantersenyum.

"kita akan punya kontrakan yang bagus, dan...".

"Sudah lah pak, aku tidak mau". Potong wanita itu lagi. Bapak tua itu kaget, selama dua tahun dia bekerja keras untuk mendapatkan uang agar istrinya kembali apa gara-gara tongkat kayu istrinya tidak mau kembali.

"Bapak lanjutkan saja pekejaan bapak".

Bapak tua tidak ada kata-kata lagi untuk bertanya kenapa. Dia diam dan pergi. Hidupnya akan terus bersama tongkat sapu. Tongkat sapu yang memahaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun