Mohon tunggu...
132_Izzah Amelia
132_Izzah Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka sama hal berbau sastra

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sakit Demi Mendapat Perhatian? Pahami Apa itu Sindrom Munchausen

17 Desember 2022   10:26 Diperbarui: 17 Desember 2022   10:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapat perhatian dari orang lain terkadang menjadi suatu hal yang dibutuhkan oleh seseorang. Terkait dengan cara mendapatkannya, banyak hal yang bisa dilakukan untuk itu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kebutuhan tersebut karena ilmu psikologi pun menjelaskan bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah mendapat kasih sayang dan penghargaan. Bapak Abraham Maslow yang merumuskan tentang kebutuhan dasar manusia tersebut. Semua orang di dunia membutuhkan perhatian dan penghargaan dari orang lain. Namun, ketika kebutuhan dasar itu tidak terpenuhi sesuai porsi yang dibutuhkan, apa yang akan terjadi?

Pernahkah anda menemui orang-orang yang berpura-pura sakit demi mendapat simpati dari orang di sekitarnya?

Sebelum menjatuhkan penilaian atas hal tersebut, mari kita pahami bersama terlebih dahulu apa penyebabnya.

Sindrom Munchausen menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan oleh mereka yang menaruh perhatian atas hal tersebut. Topik ini bertahan selama beberapa tahun belakangan ini. Terlebih setelah salah satu sinetron yang dirilis di Inggris berjudul "Hollyoaks" muncul. Bagi penonton yang telah menonton series ini akan melihat salah satu tokohnya menderita sindrom ini. Namun, di Indonesia sendiri kasus gangguan kesehatan jiwa jenis ini belum banyak menjadi pembahasan. Bahkan mungkin, istilah tersebut masih terkesan sedikit asing.

Nama Munchausen diambil dari seorang aristokrat Jerman, yakni Baron von Munchausen. Ia dikenal menceritakan kisah yang dibuat-buat tentang kebiasaan dan perilakunya sehari-hari. Memang belum ada catatan secara pasti terkait jumlah atau statistik penderita Syndrome Munchausen. Meskipun para ahli dan tenaga medis menyebut kasus ini jarang terjadi. Penderita sindrom ini biasanya adalah orang yang memasuki rentang usia dewasa awal. Namun, bukan tidak mungkin bahwa syndrome ini bisa terjadi pada rentang usia berapapun. Sebab dalam beberapa kasus, anak-anak juga ditemukan menunjukkan gejala sindrom ini. Salah satu kasus terjadi di New York, penderita yang masih berusia belasan tahun berbohong mengalami serangan asma dan dirujuk ke rumah sakit. Ia juga sengaja membuat dirinya sendiri kelaparan dan menenggak laksatif secara berlebihan.

Jadi,  apa yang dimaksud dengan sindrom munchausen?

Berbagai pendapat bermunculan menanggapi pertanyaan tersebut. Salah satunya yang tertulis pada laman National Health Services (NHS) bahwa sindrom munchausen merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis. Penderita sindrom ini biasanya berpura-pura sakit atau memalsukan gejala penyakit untuk mendapatkan perhatian. Bisa dipastikan, tujuan utamanya adalah untuk memicu kekhawatiran orang lain agar perhatian terarah padanya. Pendapat lain mengatakan bahwa Munchausen Syndrome by Proxy (MSP), yaitu kondisi ketika penderitanya memanfaatkan relasi kuasa. Misalnya, pada anak-anak. Penderita MSP akan mengklaim bahwa anaknya sakit dan berbohong tentang gejala yang ditimbulkan. Tujuannya jelas sama, yakni mendapatkan perhatian atau simpati dari pihak lain.

Namun, sumber lain menjelaskan bahwa sebenarnya sindrom ini tidak diklasifikasikan dalam gangguan psikiatri, tetapi merupakan gangguan buatan yang dilakukan seseorang untuk mendapat perhatian orang lain.

Lalu, apa sebab dari sindrom ini?

Berbeda dengan hipokondria atau gangguan kecemasan terhadap sebuah penyakit, penderita sindrom munchausen menyadari gejala penyakitnya itu sebetulnya bersifat fiktif. Orang yang mengidap sindrom ini mengetahui secara sadar bahwa dirinya tak mengidap penyakit apapun. Mereka dengan kesadaran menciptakan kondisi klinis untuk menarik perhatian orang lain. Penyebabnya boleh jadi kompleks. Banyak pasien yang menolak mendapatkan perawatan kejiwaan, tetapi sebagian kasus seperti dikutip dari Metro, menunjukkan penyebab utamanya karena trauma masa kanak-kanak, seperti penelantaran orang tua dan pengabaian. Ada juga beberapa kasus yang menunjukkan bahwa penderita mempunyai rekam medis dan perawatan kesehatan yang berkepanjangan semasa kanak-kanak. Rekam pengalaman ini bisa membawa anak mengarah pada sindrom munchausen saat dewasa kelak. Hal Ini dikarenakan mereka mengaitkan kenangan masa kecil dengan perasaan-perasaan ketika dirawat.

Secara psikologis, perilaku berpura-pura sakit demi mendapat simpati dari orang lain dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal. Terdapat kemungkinan bahwa orang-orang yang melakukannya juga tidak mengetahui sebab mereka bisa atau ingin melakukannya. Teori tingkah laku abnormal menurut Freud mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat dianalisis melalui pendekatan psikoanalisis. Seseorang yang memiliki gangguan dalam jiwanya memiliki perilaku represi (menekan) suatu pengalaman atau ingatan sehingga ingatan itu berpindah ke alam bawah sadar. Psikoanalisis mengatakan bahwa biasanya perilaku abnormal terjadi karena id, ego, dan superego yang tidak sejalan. Terlebih hal itu akan terjadi ketika ada pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal itu juga akan sangat mempengaruhi cara seseorang dalam menyelesaikan dan menanggapi masalah yang dihadapi. Pola pikir dan tingkah laku yang tidak wajar akan muncul ketika individu tersebut menghadapi suatu masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun