Mohon tunggu...
Roland Torindatu
Roland Torindatu Mohon Tunggu... Editor - penulis amatir

Menulis memakai hati menghasilkan karya yang sempurna. =)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Lebih Dekat yang Aku Kira

30 September 2019   16:52 Diperbarui: 30 September 2019   17:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku  Lebih Dekat Dari  Yang Aku Kira

Suatu pagi aku ingin olahraga di lintas alam, kebetulan aku berada di hadapan alam terbuka menempuh tiga Mil aku dapat menaklukan gunung tertinggi di daerah tersebut, dibutuhkan tiga jam untuk mencapai puncak gunung itu. Saat  aku menengadah kearah tujuan , aku  merasa terintimidasi. Perjalanan itu sangat curam. Ketinggian di dasarnya adalah 8000 kaki di atas permukaan laut. Puncaknya berdiri lebih dari 11000 kaki bayangkan sangat tinggi sekali dan sangat menantang.

Baru menjalani rangkaian anak tangga pertama, aku mulai bernafas lebih berat dari normal. Aku harus berusaha untuk lebih santai. Aku sering lari bermil-mil dalam seminggu dan sering bermain basket sungguh sangat berat untuk mendaki gunung tersebut udaranya yang lebih tipis di pegunungan membuat aku ragu apakah aku mampu mencapai puncaknya.

Aku hanya membawa ponsel dan sebotol air, dengan tekad baja , aku berjalan dengan langkah yang mantap. Lima belas menit pertama cukup mudah. Lima belas menit berikutnya semakin berat dan sukar untuk menempuhnya. seolah-olah saya sedang membawa beban berat, saya harus sering berhenti dan mengambil napas.

Sekitar empat puluh lima menit dalam lintas alam perjalanan itu menjadi sangat curam sulit untuk ditempuh dan semakin lama semakin berat, jalan berliku-liku melewati hutan dataran tinggi pohon-pohon yang rimbun. Pemandangan indah namun menakutkan.walaupun faktanya aku cukup bugar karena senang berolahraga lari dan bermain basket. Sudah menempuh perjalan yang sangat jauh kaki ku terasa panas dan dadaku berdebar-debar.

Sementara aku sedang melintasi aku menempuh puncak gunung yang besar aku harus berhenti untuk mengambil nafas. Keringat membanjiri tubuhku jika ada dua jam lagi seperti ini apakah saya mampu melanjutkannya? Mulai aku meragukan diriku bertanya kepada diri sendiri apakah aku bisa dan mampu? Aku sudah berjalan jauh sampai saat itu aku tidak melihat seorang pun di jalan. Tiba-tiba seorang yang sudah tua yang sedang menuju gunung itu muncul ditengah jalan, ia mengenakan kaos oblong , celana pendek dan sepatu olah raga untuk melintasi alam serta membawa sebatang tongkat untuk berjalan  orang itu sangat santai dan tenang, Dan entah tau dari mana dia tau keadaan aku, sementara kami berpapasan, ia mengatakan sesuatu yang mengubah seluruh perspeketif aku. Ia tersenyum dengan ramah dan berkata "kamu lebih dekat dari yang kamu kira." Saat itu aku mendengar perkataan itu aku merasa disegarkan kembali, tubuh menjadi kuat seakan-akan mendapat energy yang baru, kaki aku menjadi kuat aku mendapatkan tenaga seperti awal mendaki  gunung. Setiap langkah yang aku langkahi aku mengatakan seperti ini "aku akan berhasil, aku  lebih dekat  yang aku kira." Dan sepuluh menit kemudian aku berjalan melewati rintangan itu dengan susah payah melihat pemandangan indah yang sangat indah di puncaknya. Akhir dalam perjuangan aku, aku dapat melihat pemandangan yang selama ini aku tak dapat melihatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun