Sementara aku masih merinduimu seperti kala waktu itu.
Saat malam masih sama kubuka jendela.
Gelapnya menjadikan satu bahan cerita, yang ditengah - tengahnya diisi jutaan bintang yang mengisi cakrawala.
Dari jutaan anak semesta yang mengisi kekosongan di dunia yang fana.
Sebisu ini aku mencoba bertahan dari keributan yang membaur dalam sunyi. Sama seperti jakarta yang tak mengenal kata sepi.
Kapan - kapan kau kuajak kepinggir kali pesanggrahan.
Mendengar air dari petani yang sedang memanen ubi,singkong, kacang dan padi yang namun kini perlahan terkikis oleh pondasi.
Namun aku masih setia terpojok sembari hatiku melantunkan lagu kasih yang maha terdalam dan sayang yang maha luas, agar setiap mata yang kupandang dan kaki yang kuinjak tak lupa akan rumput ilalang yang berseri. jika waktu senja kupu - kupu terbang dari pinggir kali yang memancarkan warna - warni keindahan hanya untuk sekedar tiba diatas pucuk ilalang berseri,Â
Jadi bagaimana bisa aku tidak merinduimu kekasih.
Kau sudah mengantar aku untuk memulai perjalanan abadi.
2019, februari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H