3M (MENCEGAH,MELAWAN,MENGATASI)
MONKEY POX DENGAN EFEKTIF
FARRA NAQA ALTHEA / 191241224
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyakit Mpox, sebelumnya dikenal sebagai monkeypox, adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus monkeypox. Meskipun awalnya dianggap sebagai penyakit endemik di beberapa wilayah Afrika, Mpox telah menimbulkan kekhawatiran global akibat penyebarannya ke negara-negara non-endemik. Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan penanganan yang efektif untuk meminimalisir dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Mpox adalah penyakit zoonotik, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penularan biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dari hewan yang terinfeksi. Gejala awal penyakit ini mirip dengan cacar, termasuk demam, nyeri otot, dan kelelahan, diikuti dengan ruam yang dapat menyebar ke seluruh tubuh. Tingkat kematian akibat Mpox bervariasi, tetapi dapat mencapai 10% pada beberapa populasi, terutama di antara mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Wabah virus Monkeypox (MPXV) baru-baru ini, telah menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global. Ketika dunia terus menavigasi tantangan yang ditimbulkan oleh COVID-19, kemunculan Mpox menyoroti perlunya strategi pencegahan dan manajemen yang efektif. Esai ini menguraikan berbagai pendekatan untuk mengontrol penularan Mpox dan mengelola dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Terdapat beberapa strategi pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit Mpox antara lain yaitu dengan edukasi masyarakat salah satu langkah paling fundamental dalam pencegahan penyakit Mpox adalah edukasi masyarakat. Informasi yang akurat mengenai cara penularan, gejala, dan langkah-langkah pencegahan harus disebarluaskan melalui berbagai saluran, seperti media sosial, poster di tempat umum, dan seminar kesehatan. Masyarakat perlu memahami bahwa Mpox dapat ditularkan tidak hanya melalui kontak dengan hewan, tetapi juga melalui kontak antar manusia. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan.
Strategi lain yang bisa dilakukan yaitu dengan vaksinasi, vaksinasi merupakan metode pencegahan yang sangat efektif. Vaksin yang digunakan untuk cacar, yaitu vaccinia virus, telah terbukti memberikan perlindungan terhadap virus monkeypox. Dalam konteks epidemi yang meningkat, pemerintah dan organisasi kesehatan harus mempertimbangkan untuk melaksanakan program vaksinasi, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan, individu yang tinggal di daerah endemik, dan mereka yang berhubungan langsung dengan hewan peliharaan yang mungkin terinfeksi. Akses yang lebih baik terhadap vaksin juga perlu diperhatikan, agar semua orang dapat terlindungi. Vaksinisasi ini juga memiliki dua kategori dalam penggunaanya yaitu vaksinisasi pasca paparan dan sebelumnya dengan definisi vaksinasi pasca paparan yaitu vaksin seperti Jynneos dapat diberikan dalam waktu 14 hari setelah terpapar untuk mengurangi gejala (Kobaidze et al., 2022). Lalu jika vaksinasi cacar sebelumnya yaitu vaksinasi cacar historis menawarkan perlindungan yang signifikan terhadap cacar, mengurangi tingkat keparahan penyakit (Kobaidze et al., 2022). Vaksin cacar telah diakui karena potensi efektivitasnya melawan virus Monkeypox (MPXV), yang terkait erat dengan virus penyebab cacar. Memahami hubungan ini sangat penting, terutama mengingat wabah Mpox baru-baru ini.
Pencegahan dan pengelolaan penyakit Mpox (Monkeypox) memerlukan pendekatan multifaset, dengan fokus pada pengendalian infeksi, vaksinasi, dan perawatan interdisipliner. Dua strategi penting yaitu pencegahan kontak langsung yaitu cacar terutama menyebar melalui kontak fisik langsung, memerlukan tindakan seperti menghindari kontak dekat dengan individu yang terinfeksi dan menutupi kulit (Kuehn et al., 2023). Yang kedua adalah protokol isolasi dengan ini pasien harus diisolasi sampai lesi berkerak, menggunakan ruang tekanan negatif untuk mencegah transmisi udara (Kobaidze et al., 2022).