Mohon tunggu...
Muhammad Bayu Adinugroho
Muhammad Bayu Adinugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi bermain bola voli,suka musik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menilik Kembali Naiknya Harga BBM

18 September 2022   17:45 Diperbarui: 18 September 2022   17:47 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rakyat Indonesia kembali dibuat resah dengan adanya kebijakan tentang kenaikan harga BBM subsidi,yaitu Pertalite dan Solar. Rencana kenaikan harga BBM ini berawal dari pernyataan Presiden republik Indonesia Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam unggahan Instagram pribadinya. 

Mengetahui kabar tersebut warga pun langsung panik,kemudian mereka berbondong-bondong menuju SPBU untuk membeli BBM. Bahkan mereka juga langsung melakukan protes kepada akun resmi Pertamina. 

Kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah secara resmi pada Sabtu,3 September 2022. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax. 

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter.

Banyak masyarakat yang tidak senang terhadap kebijakan tersebut. Tidak sedikit pula masyarakat yang melakukan aksi protes berupa demo atau melakukan kritik secara online melalui akun media social. Tapi ada baiknya kita mengetahui alasan-alasan atau pun fakta tentang mengapa pemerintah melakukan kebijakan tersebut dan apa tujuan pemerintah melakukan kebijakan tersebut sehingga kita tidak asal tidak terima atau asal protes terhadap kebijakan tersebut. Nah,berikut terdapat beberapa alasan dan fakta mengenai kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi dan nonsubsidi

Subsidi BBM Indonesia Tembus Rp502 Triliun

Jokowi mengatakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan pemerintah sangatlah besar, yakni mencapai Rp502 triliun. Menurutnya, tidak ada negara mana pun yang sanggup memberikan subsidi sebesar itu.

Kuota Pertalite dan Solar Menipis

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa seiring pemulihan ekonomi yang menguat, mobilitas meningkat sehingga kuota Solar dan Pertalite diperkirakan akan habis di bulan Oktober 2022

Semakin Besarnya Beban Subsidi dan Ketidaktepatan Sasaran Pemberian Subsidi

Sri Mulyani mengatakan pada konferensi pers bahwa anggaran subsidi Negara membengkak dan pengalokasiannya harus disesuaikan. Harga BBM dianggap sangat membebankan APBN.

Bahkan akumulasi hitungan subsidi energi mencapai kurang lebih Rp502,4 triliun menjadi alasan untuk pentingnya menaikan harga BBM saat ini

Harga minyak Dunia Sedang Turun

Harga minyak dunia terus turun selama sebulan terakhir. Hingga Kamis petang, 8 September 2022, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2022 di bursa Nymex berada di posisi US$ 81,43 per barel. Ini merupakan harga minyak dengan level terendah sejak akhir Februari 2022

Kata Ekonom

Akumulasi hitungan subsidi energi mencapai kurang lebih Rp502,4 triliun menjadi alasan untuk pentingnya menaikan harJika pemerintah melihat subsidi sebagai sebuah beban, maka tentunya hal ini memang akan terasa memberatkan. Tetapi jika subsidi dipandang sebagai bentuk usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka subsidi tidak akan lagi menjadi sebagai sebuah beban bagi pemerintahga BBM saat ini

Berikan Bansos sebelum menaikan harga BBM

Sebelum harga BBM resmi dinaikan, pemerintah sebelumnya memberitahukan bahwa akan ada penambahan bantuan sosial (bansos) sebagai pengalihan subsidi senilai Rp24,17 triliun. Hal itu ditegaskan juga Presiden Jokowi yang bertujuan agar ketahanan perekonomian masyarakat tetap terjaga di samping kenaikan harga bahan-bahan pokok naik. Pemberian bansos ini disinyalir menjadi sinyal kuat pemerintah akan menaikan harga BBM, dan akhirnya spekulasi itu terbukti.

Opsi terakhir dari Pemerintah

Kenaikan harga BBM ini disebut-sebut menjadi pilihan terakhir pemerintah, Presiden Jokowi membeberkan sejumlah alasannya seperti melonjaknya harga minyak dunia, subsidi BBM yang tidak tepat sasaran, ketersediaan BBM hingga membengkaknya anggaran APBN 2022. Presiden Jokowi menjelaskan juga bahwa keputusan yang diambil dalam situasi sulit ini menjadi pilihan terakhir pemerintah untuk mengalihkan subsidi BBM, sehingga harga sejumlah BBM yang selama ini sudah mendapatkan subsidi akan disesuaikan kembali.

Harga BBM mendorong inflasi

Perlu diketahui konsumsi Pertalite di Indonesia mencapai 80% dari total bensin. Sehingga kenaikan harga Pertalite tentu akan mendorong kenaikan inflasi, yang mungkin saja meningkat

Selain alasan dan fakta dari kenaikan harga BBM tersebut,terdapat pula dampak yang akan muncul. Adapun beberapa dampak positif dan negatifnya yaitu

  • Memicu kenaikan inflasi hingga 8,38%
  • Perusahaan akan meminimalisir biaya operasional, misalnya dengan menghentikan rekrutmen karyawan baru hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
  • Peningkatkan angka pengangguran yang tentunya akan menambah tingkat kemiskinan Indonesia
  • Membatasi konsumsi masyarakat dan ikut mengerek turun PDB.
  • Pengalihan anggaran untuk membiayai sektor lain yang lebih produktif seperti pertanian, infrastruktur, perikanan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya
  • Memotivasi masyarakat untuk mulai melirik potensi dan pengembangan akan energi alternatif, layaknya biofuel atau bahan bakar nabati
  • Menurunkan defisit anggaran

Mengetahui beberapa pernyataan tentang alasan,fakta,dan dampak dari kebijakan tersebut sebenarnya pemerintah tidak mutlak salah mengenai kebijakan mereka, toh juga pasti sebelum menetapkan sebuah kebijakan pastinya telah diadakan pengkajian terlebih dahulu. 

Namun, jika pemerintah menganggap subsidi sebagai bentuk usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, seharusnya subsidi tidak menjadi sebagai sebuah beban bagi pemerintah.

Dan sebenarnya perlu ditanyakan kembali mengenai kinerja pemerintah mengapa anggaran subsidi bisa membengkak secara demikian,lalu mengapa pula pengalokasian anggaran terhadap sektor subsidi bisa tidaktepat? Karena dengan adanya kejadian-kejadian seperti yang telah terjadi tersebut membuat masyarakat merasa kecewa terhadap pemerintah.

Sebagai negara penganut sistem demokrasi ekonomi, sudah seharusnya jika usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat tidak diartikan secara sempit hanya untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok masyarakat saja. Tetapi, meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat dan dalam hal ini instrumen subsidi BBM merupakan kunci untuk mewujudkannya.

Subsidi BBM merupakan instrumen kunci untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh komponen masyarakat, karena hasilnya akan dirasakan oleh semua golongan masyarakat. Lagi pula dengan semakin meningkatnya kemajuan ekonomi, maka akan semakin sedikit masyarakat sasaran penerima subsidi BBM. Artinya, suatu ketika subsidi BBM akan semakin kecil dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun