Dengan senyum bahagia, "Waduh mbak, berarti 10 tahun lagi panjenengan harus datang kesini lagi untuk ikut memanen mete-mete ini nanti" Slamet (07/09).
Tidak ada momen yang tidak bercerita, tidak ada kisah yang tidak berbicara. Perjalanan ini tidak hanya sekedar mengambil bibit dan memberikannya ke warga. Tetapi, ini merupakan salah satu potret jejak yang tidak akan kami lupa sepanjang masa.
Rabu (07/09) kami, KKNR 10009 UNY 2024 melakukan pemberian 200 bibit jambu mete gratis di Padukuhan Randukuning III dengan sistem door to door. Kegiatan yang sekaligus menjadi ajang silaturahmi kepada setiap warga di Randukuning Kidul satu ini, ditangguhkan sebagai salah satu alternatif peningkatan taraf ekonomi warga setempat. Hal ini dikarenakan tanaman jambu mete termasuk kedalam tanaman multifungsi (tanaman yang tidak hanya dimanfaatkan dari segi fungsi tetapi juga dengan nilai ekonominya). Tak hanya itu, bahkan harga biji jambu mete sudah mencapai Rp.100.000/kilo. Bisa tergambarkan berapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan warga seandainya musim panen telah tiba. Kalau sudah seperti ini, kami optimis bahwa ekonomi warga bisa naik drastis. Atau setidaknya dapat mengedukasi warga tentang manfaat penanaman pohon multifungsi, terutama dari sisi nilai ekonomi.
Bibit jambu mete yang dipilih juga tidak kalah main. Pemilihan Tahura sebagai tempat utama pengambilan bibit ini memiliki alasan tersendiri. Tahura/Taman Hutan Rakyat yang berlokasi di Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta ini memiliki sejuta pesona dengan keanekaragaman hayati yang tidak kalah menarik dengan hutan-hutan di Amazonia. Sempat kami datang dan mengintip para pekerja yang sedang menanam bibit-bibit di polyback, sungguh, sangat tertata dan luar biasa pengelolaannya. TOP!
Bermula dengan kabar pengambilan yang ternyata bisa secepat ini dan dipayungi langit senja wonosari yang tiada duanya lagi, kami bergegas menuju rumah Bapak, Pak Joko (Dukuh Padukuhan Randukuning III) dengan perasaan yang super campur aduk. Bersyukurnya, 17 jam kemudian, perjalanan kami menjemput bibit-bibit dimulai. Disoroti teriknya Mentari siang ini, perjalanan kami tetap diliputi semangat menuai senyum warga saat mendapatkan bibit ini nanti. Meskipun, dalam perjalanan, 2 diantara kami sempat terlepas kendali dari motornya di lika-liku TAHURA tadi, tidak sekalipun meredupkan semangat tim KKN ini untuk memberikan bibit-bibit kepada warga besok pagi. Akhirnya, 1 mobil pick-up dan 3 sepeda motorpun meluncur kembali ke Padukuhan Randukuning III untuk mengistirahatkan bibit-bibit mete sebelum dibagikan nanti.
"Seneng aku, tak tandhur ning kebon nek lor kui nek udan, ben koyo lor kui, kui tanduranne bapak e Sidik ket jaman mbiyen. Mengko nek wes panen, tak dol payu kui, lumayan 90 ewu/kilo (Senang saya, akan saya tanam di kebun sebelah utara sana saat musim hujan nanti, supaya seperti pohon di kebun utara itu, itu adalah pohon jambu mete yang ditanam bapaknya Sidiq sejak dulu kala. Nanti kalua sudah panen, dijual bisa laku itu, lumayan 90 ribu/kilo)" Tumirah (13/09).
Karena "tidak ada momen yang tidak bercerita, tidak ada kisah yang tidak berbicara", begitulah potret salah stau program kerja unggulan kami. Semoga selalu dapat menebar inspirasi dan motivasi, khususnya teruntuk kalian yang akan terjun di desa pengabdian KKN masing-masing suatu saat nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H