Mohon tunggu...
Ahmad Afskar Nala Apriyadi
Ahmad Afskar Nala Apriyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Psikologi. Dengan mempunyai prinsip motto Berfikir, Bergerak, Berhasil.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memelihara Sapi Perah Menjadi Komoditas Utama Para Peternak Masyarakat Tumpukrenteng

9 Januari 2023   21:28 Diperbarui: 9 Januari 2023   21:29 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswi yang belajar memerah dengan dipandu oleh peternak dalam prosesnya (Dokpri)

Peternak sapi susu perah menjadi suatu budidaya yang ditekuni oleh beberapa masyarakat Tumpukrenteng, dimana hampir setiap rumahnya memiliki 3 ekor sapi banyaknya di kandang mereka. 

Sapi yang dipelihara sendiri masih terbilang ras lokal dengan citra susu perah dari keturunanya dengan adanya persilangan dengan beberapa ras sapi lainnya, sehingga untuk kemurnian akan ras nya yang dirasa sudah tidak adanya keaslian dalam satu garis keturunanya. Namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan akan pertumbuhan dan juga hasil dari sapi tersebut semasa produksinya. 

Pak Agus selaku peternak menuturkan "Sapi ini selalu diberikan pakan alami dengan 2 kali pemberian setiap harinya, sehingga mampu menghasilkan 5 liter susu dari setiap ekornya". 

Selain rerumputan alami yang selalu diberikan dari hasil ngarit setiap harinya, terkadang juga diberikan akan pakan konsentrat dan juga umbi-umbian. Hal ini ditujukan agar stabilisasi dalam produksi susu yang mengalami peningkatan dan juga sepadan dengan segala upaya yang sudah dilakukan selama proses perawatan.

Mahasiswi yang belajar memerah dengan dipandu oleh peternak dalam prosesnya (Dokpri)
Mahasiswi yang belajar memerah dengan dipandu oleh peternak dalam prosesnya (Dokpri)

Dalam memerah sapi ini dapat dilakukan 2 kali dalam seharinya, yakni pada pagi hari jam 06.00 dan juga 14.00 sore hari. Setiap waktunya mengenai hasil susu yang didapatkan tidak menentu stabil dan terkadang mengalami penurunan maupun peningkatan, dimana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pakan, kondisi sapi, dan juga produktifitas akan susunya yang mengalami penurunan akibat waktu. 

Dengan hasil produksi 5 liter per ekornya, hal ini dapat di jual langsung oleh para peternak yang diwadahi oleh Koperasi Usaha Desa Kabupaten Gondanglegi dengan harga Rp.8.000,- per liternya, hal ini merupakan harga tertinggi dibandingkan tempat-tempat lainnya.

Sapi yang sudah siap diperah susunya (Dokpri)
Sapi yang sudah siap diperah susunya (Dokpri)

Selain dimanfaatkan susunya, kotoran dari sapi ini juga sangat menjanjikan untuk pembuatan puput tumbuhan nantinya. Dengan dilakukan proses pengumpulan dan penjemuran agar kondisi kotoran menjadi kering serta bermanfaat untuk menyuburkan  tanaman-tanam yang dimanfaatkan oleh para petani di perkebunannya. 

Dalam 50 kg nya mengenai kotoran sapi ini dijual dengan harga 25.000 rupiah, dan biasanya segera dilakukan pengolahan pupuk alami ataupun kompos nantinya. Sehingga akan memiliki keuntungan dan juga kebermanfaatan dari sisa-sisa kotoran sapi tersebut. Untuk produktivitas kehamilan dari sapi sendiri ini biasanya diberi jarak rentang waktu 5 bulan lamayan, dengan dilakukan penyuntikan oleh dokter hewan dan juga menghasilkan anakan sapi baru dengan serta merta pemanfaatan akan susunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun