Oktober, 2016! Tepat 9 bulan perpustakaan kecil kami mewarnai Pulau Bali. Meski warnanya tidak seheboh pemberitaan kopi sianida, warna tersebut mampu menghebohkan jiwa kami! Jiwa yang bersemangat untuk terus bergerak!
Kalau Bisa Sekarang, Kapan Lagi?
Kami adalah pendatang di Pulau Bali. Saya dari Bangka. Suami saya dari Surabaya. Banyak yang menimpali, mengapa tidak buka perpustakaan di Bangka saja, sepertinya lebih membutuhkan. Lah, kitanya suami istri bekerja di sini, masak harus berhenti dari pekerjaan dan pulang kampung dulu baru buka perpustakaan. Terus buka perpustakaannya, uangnya dari mana? Hehe… lagian Bali juga masih Indonesia… (kudu pinter ngeles dalam hati sama komentar kawan yang begituan.. padahal dalam hati, mengamini bakal buka perpustakaan di Bangka suatu hari)
Tanpa sibuk mengomentari kembali komentar beberapa teman tentang ide tersebut. Kami dengan sigap mencari tempat untuk mengeksekusi ide yang kami anggap gokiil abeesss ini. Kios murah, mana kios murah!!! Hehe.. tak selang beberapa pekan, kami bertemu dengan jodoh kami. Jodoh tersebut adalah sebuah ruangan bekas warung kopi! Harga murah dengan interior yang jenius!
Alhasil, tidak menunggu untuk pulang kampung dulu, kami resmi membuka sebuah ruang untuk membaca dan bermain. Asik asik!! Kalau bisa sekarang, kapan lagi?
Perpustakaan KupuBuku
Perpustakaan kecil tersebut kami beri nama Perpustakaan KupuBuku. KupuBuku kami ibaratkan sebagai buku-buku yang mampu mendorong transformasi individu layaknya kupu-kupu. Singkatnya seperti ini: kegiatan membaca akan memberikan banyak informasi. Informasi bertransformasi menjadi sebuah gagasan dan gagasan akan berpuncak pada tindakan.
Tindakan yang kami harapkan dari pengunjung KupuBuku adalah generasi yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Bertanggung jawab untuk bertindak bijaksana. Bijaksana dalam memanfaatkan waktu dan peluang. Di waktu mendatang generasi ini mampu menjadi pemimpin bijaksana dengan pengetahuan yang luas! (mimpinya muluk gak ya.. hehe)
Perpustakaan KupuBuku menempati ruang sewa seluas 48m2Â di Jalan Tukad Balian nomor 91, di daerah Renon, Denpasar. Perpustakaan ini untuk anak-anak dan orang tua. Meski kecil, tempat ini sudah mencatat lebih dari 1500 kunjungan! Artinya, 8-10 orang berkunjung ke perpustakaan ini setiap hari. Sebagian besar pengunjungnya ternyata anak-anak! Kami juga tidak menyangka, antusiasme anak-anak cukup tinggi untuk berkunjung ke perpustakaan di era serba gadget dan internet ini.
Budaya baca masyarakat kita masih tergolong rendah. Penelitian menyebutkan 90% masyarakat Indonesia, tidak suka baca buku! Loh kok bisa? Contohnya tidak usah jauh-jauh. Cukup saya sendiri. Hehe.. waktu saya SD kegiatan membaca hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan bukan karena ketertarikan pada isi cerita. Ditambah lagi, perpustakaan SD saya dulu angkernya ampun-ampun. Kita belum berbicara tentang koleksi loh ya, ketika saya dan teman-teman lainnya mau masuk ke ruang perpustakaan saja, hati sudah was-was dikarenakan ruangan yang gelap dan tidak ada yang jaga. Hehe…
Hal tersebut bisa saja menjadi pengalaman traumatis atau tidak menyenangkan bagi anak-anak. Alhasil, anak-anak tidak gemar untuk membaca. Anak-anak ini pastilah nanti tumbuh besar dan menjadi generasi pada masanya. Generasi yang itu tuh.. yang 90% tidak gemar baca..
Kalau kita gali satu persatu, buanyak sekali yang menjadi penyebab generasi tidak gemar baca. Salah satu faktor utama yakni keluarga. Masih banyak keluarga Indonesia yang berasal dari generasi tidak gemar baca sehingga melahirkan generasi yang sama. Peran keluarga, khususnya orang tua sangat penting. Karena orang tua adalah aktor yang digugu dan ditiru oleh masyarakatnya (anak-anaknya maksudnya.. hehe)
Hal tersebut menjadi latar belakang kami untuk dapat melakukan sesuatu. Semoga ruang baca gratis ini dapat berkontribusi dalam melahirkan generasi Indonesia unggul.
Kegiatan di Perpustakaan KupuBuku
Tidak hanya membaca buku, pengunjung Perpustakaan KupuBuku juga dapat bermain bahkan melukis dan mewarnai! Tentu saja permainan yang disediakan ada unsur edukasinya. Permainan ular tangga raksasa (ukurannya 1 meter persegi) masih bertengger di urutan pertama sebagai mainan favorit.
Kadang mereka harus mengantri lho untuk dapat bermain permainan saya waktu TK ini (mungkin mereka jenuh juga dengan permainan gadget tanpa adanya interaksi sosial, hehe). Perpustakaan KupuBuku juga menyediakan permainan puzzle dan lego.
Perpustakaan KupuBuku beruntung bisa berkembang di Pulau Bali! Benar-benar Pulau Dewata! Lah kok bisa? Hehe… dalam waktu 6 bulan, kami berhasil mengumpulkan donasi buku dari masyarakat sebanyak 1.200 buku dan puluhan mainan dan peralatan menggambar dan melukis! Ini sangat membantu kami! Rak-rak yang sebelumya hanya terisi dengan buku saya dan suami, kini sudah terisi dengan beraneka ragam buku dan mainan yang menarik! Kalau tidak percaya, berkunjung saja ke perpustakaan kami! (promosiii ciin)
Kami mensyukuri rezeki yang kami terima. Meski akhir bulan masih kembang-kempis, perpustakaan harus tetap hidup. Sesekali, kami juga melakukan fundraising untuk menghidupi perpustakaan. Tapi karena bukan ahlinya, hasil fundraising masih belum maksimal. Fundraising masih berputar-putar di kawan-kawan terdekat saja (terima kasih banyak kawan-kawan! XoXo). Sebagai ganti, Tuhan memberikan kami rezeki lewat apa yang kami usahakan! Semoga jualan tur suami makin lancar dan makin banyak sekolah yang mau didampingi untuk mengembangkan perpustakaan lewat pelatihan yang kami tawarkan. Semoga juga saya masih diberi kepercayaan untuk bekerja di tempat saya bekerja saat ini. Amin amin aminnn…
Salam Hangat dari Bali
Semoga cerita ini bisa menjadi bahan bacaan yang bermanfaat. Intinya kami senang dengan apa yang kami lakukan. Meski kami tidak ada rumah pribadi yang dapat kami banggakan, setidaknya kami punya perpustakaan yang dapat kami ceritakan dengan bangga ke anak cucu kami kelak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H