Mohon tunggu...
Yorsi Nuzulia
Yorsi Nuzulia Mohon Tunggu... profesional -

:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Harus PNS?

20 Oktober 2013   19:30 Diperbarui: 30 November 2015   18:44 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DIY seperti yang diberitakan oleh KRJogja.Com (19 September 2013) mencatat jumlah pelamar yang melakukan regristasi secara online mencapai 19.000 pelamar untuk 120 formasi yang ditawarkan. Dengan jumlah tersebut tentu saja kita dapat menebak bahwa bahwa profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi primadona. Membludaknya jumlah pelamar ini tidak hanya terjadi di DIY, namun provinsi-provinsi lain yang ikut membuka kesempatan untuk bergabung menjadi “Pelayan Publik” juga mengalami kejadian yang serupa.

Di tengah keadaan yang tidak menentu seperti sekarang, bergabung dengan institusi-institusi pemerintah yang menjanjikan keamanan jenjang karir, tanpa harus takut untuk merasakan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) adalah pilihan yang lumrah. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendeskriditkan orang-orang yang memilih barisan tersebut sebagai tempat untuk berkarya. Tidak ada yang salah untuk bergabung dengan barisan Pemerintah. Namun juga terdapat pilihan-pilihan lain yang sayang untuk tidak dilirik! :)

Dalam memilih pekerjaan, manusia mempunyai alasan-alasan yang dapat dilatarbelakangi oleh kemampuan, keterbatasan, ataupun hasrat. Dimanapun kita bekerja, baik itu di Pemerintahan, Perusahaan swasta, Lembaga non Pemerintah, ataupun pada bisnis yang kita usahakan, jika usaha/kontribusi yang kita berikan sungguh-sungguh, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal. Perbedaannya hanyalah pada medan dan suasana.

Mengapa saya menyebutkan medan dan suasana?. Bagi sebagian orang, pergi bekerja adalah pergi ke kantor. Namun bagi sebagian lainnya pergi bekerja adalah pergi ke studio, butik, bengkel, pelabuhan, sawah, bahkan alam bebas yang membentang. Terdapat perbedaan perspektiv dalam menerjemahkan kata tempat bekerja disini. Berkaitan dengan hal ini, saya teringat sebuah cerita yang diceritakan oleh dosen saya ketika saya kuliah dulu. Seorang ibu mengeluh pada temannya sesama ibu rumah tangga bahwa anak bungsunya hingga saat ini belum juga bekerja. Ibu tersebut beberapa kali membandingkan si bungsu dengan kakaknya yang telah lama bergabung pada sebuah institusi pemerintah. Kenyataannya anak tersebut bekerja di bengkel sepeda motor pada posisi sebagai pemilik sekaligus montir. Meskipun bengkel tersebut masih tergolong kecil dan masih memanfaatkan garasi rumah, pemuda tersebut berpendapatan 3-5 juta per bulan dan telah mempunyai 2 orang pekerja. Pendapatan tersebut jelas lebih besar ketimbang gaji yang akan dia terima bila ia bekerja di institusi Pemerintahan dengan gelar S1-nya. Menariknya ibu tersebut masih menganggap anaknya pengangguran.

Menyimak cerita tersebut, bagaimana mungkin apa yang sedang diusahakan pemuda tersebut tidak dihitung sebagai pekerjaan? Apakah karena anak tersebut tidak berpamitan setiap pagi untuk bekerja sehingga dikatakan tidak bekerja?. Hal inilah yang mesti kita cermati bersama, memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pekerjaan yang baik jenisnya sangat beragam. Kita hendaknya tidak boleh memandang sebelah mata jenis-jenis pekerjaan tertentu. Petani, Peternak itu adalah pekerjaan mulia. Jika tidak ada mereka, kita tidak dapat menikmati sayur mayur, nasi, dan lauk pauk setiap harinya. Guru-guru Sekolah Dasar (SD) pun demikian. Jika tidak ada mereka, akan banyak diantara kita tidak akan bisa menikmati koran pagi. Kita juga harus menghormati para aktivitis lingkungan. Jika tidak ada mereka, tidak akan ada pengawasan untuk menjaga lingkungan di negeri ini dan pencemaran lingkungan semakin merajalela.

Momentum penerimaan CPNS tahun ini hendaknya ditanggapi secara bijak. Para orang tua atau keluarga diharapkan dapat menjadi fasilitator yang baik dengan memberikan saran-saran yang tidak bersifat memaksa terhadap jenis pekerjaan yang sedang diusahakan sang anak atau kerabatnya. Negara ini tidak akan mampu untuk mengangkat semua warga untuk menjadi pegawai. Oleh sebab itu, inisiator dan eksekutor yang kreatif dan inovatif (Investor dan Pengusaha) adalah yang paling ditunggu kehadirannya di negeri ini. Harapannya, mereka mampu menciptakan usaha-usaha baru sekaligus dapat menyerap tenaga kerja.

Terlepas dari hal-hal diatas, apapun profesi kita saat ini, semoga itu adalah sesuatu yang baik. Sesuatu yang diusahakan dengan hal-hal yang baik pula. Sukses untuk kita semua yang sedang mengusahakan yang terbaik!.

Pangkalpinang, September 2013

Yorsi Nuzulia

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun