MERENUNG
(pada ananda Rina)
Anakku,
Telah bunda tuliskan pada tangkai hari ini
Sebait kata usang yang lama ku pendam dalam genggam
yang akan kutebar kala bulan menyingsing datang
dari pentang hingga ke petang
menjalinnya hingga menguntai
dalam kasih yang tumbuh bersama terbitnya pagi
lalu
bunda kalungkan dilehermu yang cantik
lihat
dan tatap
bening mata bunda yang berwarna coklat
di antara kerut yang mulai mekar
ada ketulusan yang bermanik doa
di hari jadimu yang mulai naik
Anakku,
Telah bunda bisikkan pada dedaun
‘gar senantiasa menaungi lindap hatimu
Untuk selalu menjadi cermin yang paling bening
berbalut tulus dan irama kasih
berbalut jarring tasbih
berbalut Nur
dan rapallah setiap detik
‘gar tapakmu senantiasa menumbuhkan cahaya
cahaya kerinduan yang paling rindu
berbasuh wudhu tiap waktu
Anakku,
Telah kau tinggalakan jejak tapak yang menancap di
bingkai waktu
jangan pernah kau lengah
karena di hadapanmu dua cahaya menunggu
hitam legam, atau suci bening
pertanda keagungan yang kan kau biarkan mengkristal dalam setiap jenjang waktu
dan tak akan membuatmu jauh
karena tapak hari ini bukan akhir dari perjalanan
Anakku,
Denting detik yang menggranting
Lalu berubah menjadi hari
Hari pun beganti bulan
Dan bulan pun berganti tahun
Catat rapat dalam deary dadamu
Sekedar pengingat,
Atas anugerah yang tak pernah pupus
Seperti teratai yang senantiasa muncul
Ditengah bening air
Dan kagumpun akan tumbuh pada setiap mata yang menancap girang
Anakku,
Dengan Bismillah
erat genggam tapak bunda
bersama kita melangkah
menyisir hari yang makin genting menuju tepi
/Bengkulu, 29 Juni 2012
*Selamat Ulang Tahun Ananda Rina…rindu dan doa Bunda selalu untukmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H