Mohon tunggu...
Mirza Gemilang Gemilang
Mirza Gemilang Gemilang Mohon Tunggu... -

Berteman dengan pena dan kertas..

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jalur Reformasi Sudah Benar, Tapi Demokrasi Bukannya Tanpa Batas

21 Mei 2014   06:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada 20 Mei memasuki usia 49 tahun. Hari itu diperingati sebagai hari ulang tahun Lemhannas RI. Sejumlah perwira tinggi dari ketiga angkatan dan Polri serta para pengajar berkumpul di Auditorium Gedung Asta Gatra Lantai 4, Kantor Lemhannas RI di Jakarta.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Laut, Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya dan duta besar negara-negara sahabat seperti Srilangka, India, dan Nigeria hadir dalam acara itu.

Gubernur Lemhannas Prof Dr Budi Susilo Soepandji mengatakan dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai hari berdirinya Lemhannas RI bukan sekedar penetapan hari tanpa makna. Tanggal 20 Mei memiliki makna sekaligus pesan filosofis dan psikologis bagi bangsa Indonesia dan Lemhannas.

Pesan moralnya adalah bahwa Lemhannas harus tampil sebagai garda terdepan dalam mengawal persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan pemahaman kebangsaan sebagai bangsa yang majemuk yang dipersatukan oleh perbedaan.

Esensi pesan moral inilah yang harus direnungkan setiap kali memperingati hari jadi Lemhannas dan harus dijadikan momentum untuk menyegarkan dan meneguhkan kembali komitmen terhadap semangat kebangsaan yang terbangun 106 tahun lalu.

Selama rentang waktu 49 tahun pengabdiannya, tantangan dan dinamika kehidupan berbangsa yang muncul pada setiap era, telah mendewasakan dan membentuk karakter Lemhannas sebagai lembaga yang memiliki kekuatan moral mempersatukan berbagai komponen bangsa, dalam membangun wawasan kebangsaan.

Ada empat consensus dasar pembangunan wawasan kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Saya memandang apa apa yang telah dicapai Lemhannas sudah berada pada posisi dan jalur yang benar, walaupun belum memenuhi kebutuhan ideal,” kata Gubernur Lemhannas.

Dalam aspek pembangunan SDM, Lemhannas bersama Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Pertahanan (UNHAN) telah membentuk jaringan kerjasama pendidikan dalam bentuk Lemhannas Inter University Network. Jaringan ini merupakan kontribusi nyata Lemhannas untuk secara aktif menghasilkan intelektual-intelektual muda yang memahami konsep kebangsaan yang kuat.Diharapkan para intelektual muda itu dapat memberikan kontribusi nyata dalam penyemaian wawasan kebangsaan dilingkungannya masing-masing.

Saat ini Lemhannas bersama pemangku kepentingan lainnya seperti Wantimpres dan Bapennas RI tengah menyiapkan kajian komprehensif terkait dengan “Indonesia Skenario Tahun 2045”. Hasil kajian ini nanti akan jadi sumbang pemikiran untuk pemimpin nasional dalam menyusun pembangunan bangsa 2045.

Ada empat institusi negara sahabat yang tengah menjalin kerjasama strategis dengan Lemhannas yakni LKY Singapura, NUFFIC Belanda, CDSS Australia, dan IHEDN Prancis. Kerjasama itu masih terus berlangsung dan memberikan optimisme buat peningkatan kapasitas Lemhannas.

Dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-49 Lemhannas, diwarnai dengan pertunjukan musik, aksi teatrikal yang mengusung tema persatuan dan kesatuan bangsa dibawah bendera merah putih dan orasi ilmiah.

Dalam orasi ilmiahnya, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Dr Anthonius Tony Prasetiantono mengatakan, era reformasi seharusnya bisa membuat kita melihat cahaya berpendar-pendar, sinarnya sangat terang. Namun harus diakui terkadang sinar itu harus berubah temaram karena diliputi dengan berbagai kasus korupsi yang mendera para elit. Terkadang kita ragu, benarkan jalan reformasi yang kita tempuh ini sudah benar?

Jalur reformasi sudah benar, dari rezim sentralistik dan otoritarian menuju desentralistik dan demokratis. Namun demokrasi bukannya tanpa batas. Di Amerika Serikat, liberalism dan kapitalisme pun tetap ada rambu-rambunya. Di dunia ini tak ada hal yang tanpa batas, seperti the sky is the limit. Semua ada batas toleransi, begitu juga dengan era reformasi, tentu ada batasnya.

Menurut Anthonius, sangat penting dalam era demokrasi sekarang ini dilengkapi dengan perangkat yang memadai yakni level pendidikan yang baik dan tingkat pendapatan masyarakat yang mencukupi. Kedua hal itu harus dikejar dan dipenuhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun