Tes kepribadian? Really??
Ini aneh bagiku pribadi dan cukup lucu, bagaimana bisa menilai kepribadian seseorang, dengan hanya mengajukan beberapa pertanyaan, memerhatikan pola, menilai mimik wajah, atau melihat hasil gambar, sangat ajaib!.Â
Sepanjang aku hidup dibumi ini, bertemu dan berinteraksi dengan ratusan bahkan mungkin ribuan mahluk bernama manusia, satu kesimpulannya: humans are unique and complex.Â
Butuh waktu untuk berinteraksi dan saling mengenal sebelum akhirnya bisa menilai bagaimana kepribadiannya. Jelas ada kemungkinan penilaian kepribadian calon pegawai itu tidak tepat, bisa saja bohong.
Buktinya?, mari kita ingat kembali rekrutmen CPNS beberapa waktu yang lalu, semua dihebohkan dengan soal-soal TKP (Tes Kecakapan Pribadi) yang diragukan standar penilaiannya.Â
Bahkan, di kalangan netizen beredar 2 cara menjawab TKP, menjawab sesuai dengan cerminan diri atau menjelma berhati malaikat. Wkwkwkwk, dengan bahasa lain ada 2 cara menjawab TKP, jujur atau bohong.Â
Berdasarkan testimoni mereka yang lolos TKP, tips dan trik mereka adalah dengan menjawab pilihan yang baik-baik saja. NAH!!, urutannya jadi terbalik, mereka mempersiapkan (memilih) kepribadian yang seperti apa terlebih dahulu, baru kemudian menjawab soal, bukan mengerjakan soal berdasarkan kepribadian yang dimiliki.
Lagi, aku sudah berkali-kali mengikuti tes kepribadian dengan berbagai macam tipe dan bentuk. Rasa penasaran mendorongku untuk bereksperimen, ada tes yang kukerjakan sesuai pribadi apa adanya, ada tes yang kukerjakan sesuai pribadi yang sudah dimodifikasi sana sini, dan hasilnya.... Jeng! Jeng! Jeng! (Psstt..., diriku dengan segala kebohongannya yang lolos).
Come on man! Berhentilah mengharapkan kesempurnaan pada seseorang, kalau standar lolos tes kepribadian dibuat setinggi itu, maka selamat!, anda merekrut pembohong ulung. Aku tidak menyalahkan pihak manapun, yang kusesalkan adalah sistem yang selama ini berjalan.Â
Tidak bisakah tes kepribadian itu dibuat lebih intens, bukankah selalu ada masa percobaan di masa awal kerja, jalankan tes itu pada saat itu, amati calon pegawaimu, beri dia tugas, beri deadline, lihat hasil kerjanya, nilai manajemen waktunya, buat dia menunjukkan belangnya secara nyata dari sikap dan perilaku, bukan melalui kertas pertanyaan, kertas gambar, dan lidah yang tak bertulang ini.
Tidakkah kita berpikir sistem itu secara tidak langsung menyingkirkan orang-orang yang berusaha jujur dalam berbicara, bersikap, dan memberi penilaian pada dirinya sendiri. Seorang pernah berkata "negeri ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur".