Masih dengan hati yang panas aku keluar dari warung sambil membawa bungkusan nasi, baru saja aku mengeluarkan motor dari parkiran, beberapa meter tak jauh dari warung aku melihat bapak tadi duduk di pinggir jalan, tepat  di samping gerobak bersama seorang wanita dan dua anak kecil yang tampak seperti istri dan anak-anaknya, mereka makan dengan lahap. Sementara itu, di samping mereka tampak sekumpulan kucing jalanan kurus mengerumuni bungkusan ikan tanpa nasi.
Pemandangan itu membuat tubuhku tiba-tiba merasa lemas, kuucapkan istighfar berkali-kali berusaha menguasai diri yang seperti baru saja tersambar petir.Â
Tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiranku, bergegas aku kembali masuk ke warung mencari sebuah pena yang bisa kupinjam.
Kupacu motor dengan santai, tepat saat melewati lokasi si bapak bersama keluarganya menikmati makanan, kujatuhkan uang Rp 50.000,00. Aku terus memacu motor tidak mau berhenti, meski kudengar suara seseorang berteriak memanggilku, meski kulihat di kaca spion ia berlari mengejarku, meski tangannya terus melambai mencoba menggapaiku.
Aku hanya bisa berharap ia mengambil uang itu, dan menyadari ada permohonan maaf tertulis di situ.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H