Mohon tunggu...
Ram Tadangjapi
Ram Tadangjapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cuma senang menulis

Kutu Buku, Penggila Film, Penikmat Musik

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film "Asterix At The Olympic Games" (2008)

23 Juli 2018   22:29 Diperbarui: 23 Juli 2018   22:49 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.themoviedb.org)

Ave Moi !!!

Komik petualangan dua jagoan asal desa Galia, Asterix dan Obelix sukses mendapatkan sejumlah penggemar di berbagai negara. Berbagai versi komiknya berhasil membuat banyak pembacanya menikmati aksi komedi dari dua jagoan ini saat memporak-porandakan pasukan Romawi. Kesuksesan komik karya Rene Goscinny dan Albert Uderzo ini membuat banyak sineas yang membawanya ke layar film, salah satunya adalah film Asterix At The Olympic Games  yang dirilis tahun 2008.

Dikisahkan, Alafolix (Stephane Rousseau) seorang pemuda Galia jatuh cinta pada Irina (Vanessa Hessler) yang merupakan putri dari penguasa Yunani, dia kemudian memantapkan hatinya untuk menemui Irina lalu menempuh perjalanan selama 3 bulan menuju ke Yunani yang saat itu masih dibawah kekuasaan Romawi.

Sesampainya disana Alafolix mendapatkan fakta bahwa Irina telah ditunangkan dengan Brutus (Benoit Poelvoorde) putra dari kaisar Romawi Julius Caesar (Alain Delon), Irina sendiri tidak begitu suka dengan Brutus karena dia juga mencintai Alafolix yang selalu mengiriminya puisi-puisi yang indah.

Karena tak ingin kehilangan Irina, Alafolix kemudian menantang Brutus untuk saling berlomba di olimpiade yang sebentar lagi akan diadakan di bukit Olympus, Yunani. Brutus yang tidak suka tersaingi dan sangat berambisi untuk menikahi Irina menerima tantangan itu lalu menyiapkan strategi untuk memenangkan lomba di olimpiade.

Alafolix kemudian kembali ke desa Galia lalu meminta bantuan pada warga desa. Desa Galia memang selalu bermusuhan dengan pasukan Romawi meskipun wilayah mereka masuk ke dalam kekuasaan Romawi, namun karena solidaritas akhirnya terpilihlah Asterix (Gerard Depardieu) dan Obelix (Clovis Cornillac) untuk menemani Alafolix ke olimpiade, mereka juga didampingi sang dukun desa Panoramix (Jean-Pierre Cassel) untuk membuatkan mereka ramuan ajaib saat bertanding.

Brutus sendiri yang telah berkali-kali merencanakan untuk meracuni ayahnya selalu gagal berusaha untuk meminta restu Julius Cesar untuk ikut bertanding di olimpiade, meskipun Julius Cesar ragu pada kemampuan Brutus namun ia memberi restu. Brutus juga sudah menyiapkan sejumlah rencana untuk mencurangi pertandingan untuk menang.

Pada awalnya Asterix dan Obelix mampu memenangkan sejumlah ajang lomba, namun Brutus yang tidak sudi kalah kemudian menuntut agar keduanya di tes penggunaan ramuan (semacam doping sekarang), Asterix dan Obelix yang memang sudah memiliki ramuan kekuatan dalam tubuhnya gagal tes tersebut sehingga gelar juara mereka dibatalkan.

Jean-Perre Cassel, Clovis Cornillac, Gerard Depardieu, dan Stephane Rousseau (sumber: www.infofilm.org)
Jean-Perre Cassel, Clovis Cornillac, Gerard Depardieu, dan Stephane Rousseau (sumber: www.infofilm.org)
Dalam kondisi tanpa ramuan kekuatan tim Galia akhirnya hanya mengandalkan Alafolix yang belum pernah meminum ramuan kekuatan hasil racikan Panoramix untuk bertanding, namun lagi-lagi mereka harus menyaksikan sejumlah kecurangan yang dilakukan Brutus saat bertanding, bahkan pihak panitia dan wasit seolah membiarkan kecurangan tersebut.

Asterix yang sudah muak dengan kecurangan itu langsung berbicara lantang di depan kaisar Julius Cesar tentang arti kehormatan sebagai pemenang dan kecurangan, Julius Caesar yang juga menyadari sikap Brutus yang tidak mengindahkan aturan kemudian membatalkan gelar juara untuk Brutus dan memutuskan untuk menggelar pertandingan balap kereta kuda sebagai ajang penentuan pemenang.

Meskipun diadaptasi dari komik Asterix dan Obelix, film hasil kolaborasi sutradara Frederic Forestier dan Thomas Langmann ini lebih banyak memberikan porsi cerita untuk Brutus, Alafolix serta Irina. Memang harus diakui penampilan Benoit Poelvoorde sebagai Brutus yang kejam, licik, namun konyol sangat memikat bahkan sering mengundang tawa saat melakukan hal konyol.

Asterix dan Obelix seolah hanya jadi pemeran pembantu padahal dari judul filmnya saja diambil dari nama karakter mereka, meskipun begitu adegan-adegan saat pertandingan yang penuh komedi serta plot cerita yang sederhana namun disajikan dengan baik menjadi poin plus untuk film ini.

Gerard Depardieu yang difilm ini adalah ketiga kalinya ia memerankan karakter Asterix berhasil memerankan dengan baik Asterix yang cerdas, kuat, namun kadang temperamen. Clavis Cornillac juga bisa masuk ke karakter Obelix yang perkasa, setia kawan, dan kadang menyebalkan padahal baru difilm ini dia memerankan karakter itu. Yang saya suka justru pada penampilan Alain Delon sebagai memerankan Julius Cesar yang punya kharisma kuat namun narsis, ia mampu menjadikan tokoh legendaris ini secara komikal sehingga kita bisa melihat sisi lain Julius Cesar. 

Kehadiran sejumlah atlit terkenal sebagai cameo seperti atlit tenis putri Amelie Mauresmo, bintang sepakbola legendaris Perancis Zinedine Zidane, serta pembalap F-1 populer Michael Schumacher menjadikan film ini lebih terasa unsur sportnya meskipun dalam balutan komedi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun