Body shaming merupakan suatu perundungan yang dapat terjadi dalam bentuk tindakan mengejek, menghina, mengomentari bentuk atau ukuran tubuh dan penampilan seseorang. Hal tersebut dilakukan karena dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan sosial yang ada. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada dunia orang dewasa saja, tetapi juga sering terjadi pada kalangan remaja. Masa remaja adalah masa perkembangan yang sangat rentan, di mana individu mulai membentuk dan mencari identitas dirinya, termasuk dalam hal penampilan fisik. Dampak body shaming pada remaja sangatlah serius. Hal itu dapat merusak pandangan pada dirinya sendiri sehingga membuat mereka membenci dan akhirnya sulit untuk menerima keadaan mereka sendiri. Remaja yang menjadi korban body shaming akan berisiko tinggi untuk mengalami depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.
Di era digital saat ini, media sosial memainkan peran besar dalam memperburuk dampak body shaming pada remaja. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook seringkali memperlihatkan gambaran ideal tentang tubuh yang sering kali tidak realistis. Influencer dan selebriti yang bertebaran di media sosial sering kali memperlihatkan tubuh tertentu yang dimodifikasi dengan filter atau pengeditan. Remaja yang terpapar gambar-gambar ini mungkin akan merasa tertekan dan berharap untuk memiliki tubuh seperti itu, bahkan jika itu tidak sesuai dengan bentuk tubuh alami mereka.
Tindakan body shaming pada remaja dapat memberikan dampak yang sangat besar, terutama pada kesehatan mental mereka. Pertama-tama remaja yang tidak memiliki pendirian teguh akan mudah mengalami stress berlebihan. Para remaja akan lebih memikirkan bagaimana agar bisa meraih standar kecantikan yang berlaku, sehingga mereka melupakan bahwa diri mereka juga berharga. Dari stress ini akan menimbulkan beberapa gejala yang akan memperburuk kesehatan remaja tersebut.
Kedua, remaja akan lebih menutup diri, dan menurunkan rasa percaya dirinya. Selain menurunnya rasa percaya diri, efek paling terlihat adalah meningkatnya kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap penampilan fisiknya sendiri. Seorang remaja akan mudah menganggap dirinya lebih rendah dibandingkan standar yang ada, sehingga membuatnya tidak layak untuk ada dan berbaur dalam masyarakat. Hal itu bisa menghambat skill sosial dalam pertumbuhan di masa remaja. Ia akan menjadi pribadi yang tertutup dari keramaian. Hal itu berbarengan dengan tumbuhnya perasaan cemas yang dialami oleh seorang remaja, dimana ia cemas bisa bertemu dengan orang lain, dan akan menimbulkan pikiran bahwa setiap orang tidak akan menerimanya.
Ketiga, hal terburuk yang dapat terjadi ialah saat emosi yang masuk tidak dapat dikendalikan dan dikontrol dengan baik, serta sudah tidak tahu harus apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah keadaan pasca-body shaming akan dapat membuat remaja tersebut berpikir untuk bunuh diri. Mereka menganggap bahwa dirinya tidak layak hidup karena tidak memiliki standar yang berlaku.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi perilaku body shaming, terlebih hal tersebut bisa dimulai dari pikiran kita sendiri. Kita harus bisa Mengubah pola pikir, bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Selalu tumbuhkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Terakhir, Ciptakan inner supporter untuk melawan inner bully tersebut.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H