Mohon tunggu...
Findha Tri Setyorini
Findha Tri Setyorini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, semuanya. Perkenalkan, saya adalah seorang mahasiswa yang saat ini sedang menempuh semester 4 di Prodi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember. Saya memiliki beberapa hobi seperti menggambar, melukis, membaca buku, melihat keindahan alam dan mengabadikannya lewat foto maupun video, mendengarkan musik, olahraga panahan, belajar banyak bahasa, dan juga belajar ilmu bela diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membingkai Dunia: Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional dan Lensa Trans-Pacific Partnership (TPP)

14 Maret 2024   08:38 Diperbarui: 14 Maret 2024   08:42 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi, batas-batas tradisional antar negara semakin kabur, menjadikan ekonomi politik internasional (EPI) sebagai bidang studi yang semakin penting. Di antara berbagai teori yang berhubungan dengan EPI, liberalisme telah muncul sebagai perspektif yang menawarkan interpretasi yang unik terhadap dinamika ini. Artikel ini akan mengilustrasikan bagaimana konsep EPI dapat dipahami melalui lensa liberalisme, dan akan diperjelas dengan studi kasus.

Ekonomi Politik Internasional dan Perspektif Liberalisme

Ekonomi Politik Internasional (EPI) ini berkutat pada pemahaman tentang bagaimana negara-negara saling berinteraksi dalam sistem ekonomi global, memperhatikan aspek-aspek seperti perdagangan, investasi internasional, dan kebijakan moneter. Salah satu fondasi teoretis EPI, yaitu Liberalisme, menetapkan beberapa prinsip utama. Pertama, liberalisme menekankan pentingnya kerja sama antar negara dan organisasi internasional dalam menciptakan stabilitas dan kemakmuran ekonomi di Tingkat global. Kedua, liberalisme mendukung manfaat dari perdagangan bebas dan aliran modal internasional, dengan alasan bahwa saling ketergantungan ekonomi antar negara akan mengarah pada perdamaian dan kerja sama politik yang lebih erat. 

Lebih jauh lagi, liberalisme mendukung gagasan bahwa aktor-aktor non-negara seperti Perusahaan multinasional dan organisasi non-pemerintah memainkan peran penting dalam ekonomi politik internasional. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa globalisasi ekonomi telah mengurangi kemampuan negara untuk mengendalikan ekonomi mereka sendiri, sehingga membutuhkan bentuk-bentuk kerja sama lintas batas.

Studi Kasus: Perjanjian Trans-Pasifik (TPP)

Sebagai manifestasi konkret dari prinsip liberalisme dalam praktik EPI, Perjanjian Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) menyajikan kasus yang menarik dari berbagai segi. Tujuan utama dari TPP yang melibatkan 12 negara dari Kawasan Asia-Pasifik dan Amerika ini adalah untuk memperdalam integrasi ekonomi di antara para anggotanya. Hal ini dilakukan melalui penurunan tarif, penghapusan hambatan perdagangan non-tarif dan penetapan standar umum di bidang kebijakan investasi dan hak kekayaan intelektual. Dengan car aini, TPP bertujuan untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih bebas dan lebih terbuka, yang akan memungkinkan barang, jasa, dan investasi bergerak lebih mudah di antara negara-negara anggota, yang pada gilirannya diharapkan dapat memicu inovasi, pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan.

Dari perspektif liberal, TPP tidak hanya merupakan ekspresi keyakinan akan manfaat perdagangan bebas dan saling ketergantungan ekonomi, tetapi juga upaya strategis untuk menstabilkan kawasan Asia-Pasifik melalui peningkatan kerja sama ekonomi. Selain itu, dengan berusaha memperluas pasar dan memperdalam integrasi ekonomi, TPP dapat dilihat sebagai upaya untuk mengimbangi pengaruh ekonomi dan politik yang semakin besar dari negara-negara non-anggota, terutama Cina.

Namun, seiring dengan potensi manfaatnya, TPP juga menimbulkan sejumlah pertanyaan dan kekhawatiran serius, terutama masalah kedaulatan nasional dan dampak sosio-ekonominya terhadap tenaga kerja dan industri dalam negeri di negara-negara anggota. Para pengkritik menunjukkan potensi TPP untuk membatasi kemampuan negara-negara anggota untuk mengatur ekonomi mereka sendiri. Khususnya, melalui mekanisme penyelesaian sengketa antara investor dan negara yang dapat menguntungkan kepentingan Perusahaan multinasional. Ada juga kekhawatiran bahwa liberalisasi perdagangan yang cepat dan meluas dapat menghantam sektor-sektor yang lebih lemah dalam ekonomi domestik,yang menyebabkan hilangnya pekerjaan dan meningkatnya ketidaksetaraan. Hal ini menyoroti dilema utama dalam EPI liberal. Yakni, bagaimana menyeimbangkan keinginan untuk pertumbuhan dan integrasi ekonomi global dengan kebutuhan untuk melindungi kepentingan nasional dan memastikan kesejahteraan sosial-ekonomi yang adil bagi semua warga negara.

Oleh karena itu, TPP adalah kasus uji coba untuk liberalisme dalam EPI dan memberikan wawasan penting tentang kemungkinan dan batasan kerja sama ekonomi internasional di era globalisasi. Ambisi dan tujuan TPP mencerminkan keyakinan liberal fundamental dalam perdagangan bebas dan kerja sama sebagai pendorong pertumbuhan dan stabilitas Sementara itu, reaksi dan kritik terhadap TPP juga menggambarkan pentingnya menavigasi kompleksitas politik, sosial, dan ekonomi untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan demikian, pengalaman TPP menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih inklusif, transparan, dan responsif terhadap berbagai kepentingan dan kekhawatiran yang ada di masyarakat internasional.

Kesimpulan

Dilihat dari sudut pandang liberalisme, EPI memberikan wawasan tentang pentingnya kerja sama internasional dan perdagangan bebas dalam menciptakan kemakmuran global, sementara studi kasus TPP menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini diimplementasikan dalam praktiknya, dan kompleksitas serta tantangan dalam menemukan keseimbangan antara kepentingan global dan domestik Studi kasus ini juga mengungkapkan kompleksitas dan tantangan dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara kepentingan global dan domestik. Oleh karena itu, mempelajari EPI dari perspektif liberal tidak hanya memperdalam  pemahaman kita tentang dinamika global saat ini, tetapi juga mendorong kita untuk mencari Solusi demi kemakmuran bersama didunia yang semakin terhubung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun