Mohon tunggu...
Puspita Wasita
Puspita Wasita Mohon Tunggu... pensiunan pln -

Alumni psy UI, organisasi : GLG,alumni pln Jateng,alumni smam Crb,Mina Pertiwi. Hobby: :menyanyi,jalan2,poco2,nulis2,nyawang org2 cakep.Motto : Dont ever given up

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kami Kehilangan Sahabat Lagi

5 Agustus 2015   16:13 Diperbarui: 5 Agustus 2015   16:23 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ketika pertama kali saya kerumah sakit untuk mendaftar menjadi pasien cuci darah disebuah rumah sakit di Depok, saya bertemu dengan sahabat ini yang sama sama juga mendaftar.

Kami berkenalan, saling bertukar pengalaman, apa yang menyebabkan suami2 kita harus cuci darah.

Dalam menjalani perdana cuci darah, tentu sangat banyak pengalaman yang miris, prihatin dan membuat hati ini kecut melihatnya. Seperti rasa mual, kepala pusing, diare pula, kadang badan lemas.

Tapi semua itu bisa dilalui bersama, dengan saling memberi informasi apabila ada cara yang manjur bisa mengatasi keluhan itu.

Ahirnya kami bersepuluh bagaikan saudara, sama2 berjuang, sama2 memberi semangat, agar kita semua tetap bertahan bila semangat itu masih ada.

Tetap takdir Tuhan tidak bisa kita tolak, satu persatu sahabat2 kami, berguguran, satu persatu dipanggil Tuhan. Dari bersepuluh, selama 3 tahun sudah tujuh sahabat yang mendahului. Kami satu kelompok tinggal bertiga, dan tahun ini menginjak tahun ketiga untuk kami.

Kami sama sama menjaga sangat cermat, merawat sangat hati hati, juga memberikan obat obat yang terbaik untuk suami2 kita. Dan kami saling memberikan informasi apabila kami sedang ada keluhan, atau ada obat yang manjur mengatasi keluhan dengan segera.

Kami sering mengobrol, bahwa kami sangat menginginkan bisa bertahan sampai lama, seperti saya, saya sangat ingin suami bertahan sampai 5 tahun mendatang, sampai saatnya kami bisa merayakan pernikahan emas kami, subhanaAllah....andai saja ini terkabul. Dan sahabat kami yg kedua, dia sangat ingin menimang cucu, tahun depan, pada lebaran depan cucunya sudah hadir, dia berhayal biarlah lebaran kakek akan menggendong sang cucu pertama itu. Saat ini anak sulungnya sedang hamil 4 bulan. Dan sahabatku ketiga, dia menginginkan anak bungsunya segera menikah, ya Tuhan panjangkan umur sampai menyaksikan anak bungsunya menikah.

Jadi kami bertiga mempunyai cita cita sehingga kami harus berjuang bertahan hidup sekuat tenaga.

Hari Minggu kemarin kami sama2 cuci darah, kami digeser jadwal cuci darah pada hari Minggu, karena hari Sabru adalah hari Raya Idul Fitri.

Selesai cuci darah kami saling berpamitan, bersalaman cikipa cikipi, karena sekalian bermaaf maafan dalam rangka lebaran.

Sampai dirumah aku masih menikmati masakan lebaran. Malam hari ketika kami selesai sholat isya, tiba2 istri sabahat pertama kami, telepon sambil menangis, menyatakan bahwa suaminya sahabatku, sedang dirawat di RS dengan kondisi koma. Astagfirulah waladziim.....kok bisa begitu, padahal tadi pagi kami berciuman, padahal tadi pagi sehat sekali,berpisah dengan penuh kegembiraan, ada apa gerangan, begitu mengagetkan rahasia Tuhan ini.

Kami bergegas ke rumah sakit, langsung menengok ke ruang ICU terlihat sahabatku tergeletak tidak sadar dengan mesin ventilator membantu nafasnya. Aku dan suamiku terpekur, tidak mengerti, pedih terlalu dalam sehingga kami tidak bisa menangis meraung raung....

Ternyata sahabatku mendadak tensinya naik, menjadi 180/90...dan langsung pembuluh darah otaknya pecah, malah ke batang otaknya, MBO alias mati batang otak. Suatu keadaan yang tanpa ampun dan tidak bisa ditolong kecuali ada mujizat dari Allah swt.

Ya Allah begitu kecil artinya kami tanpa diriMU, hamba tidak berdaya..ampuni kami ya Allah.betapa cobaan ini begitu berat bagi kami.

Tiga hari kemudian sahabatku menghembuskan nafasnya, dia tidak akan menimang cucu pertamanya, padahal cuma tinggal 5 bulan lagi,kini semua meratap, tapi itu sudah keputusan Tuhan, apa yang bisa kami perbuat kecuali tawakal dan iklas adanya ?

Sekarang kami tinggal berdua, suamiku dan satu lagi sahabatku. Mata kami saling menatap nanar, entah apa yang akan terjadi, siapa dulu yang akan dijemput, bagai menunggu bom waktu.

Tapi kami harus tetap semangat karena kami yaqin dengan semangat yang besar kami akan tetap bertahan.

Kita juga harus berjuang karena tanpa perjuangan tidak akan mencapai cita cita kita.

Juga kita harus berkorban karena kami yaqin tidak ada pengorbana yang akan sia sia.

Dan terahir jangan putus asa, karena dengan keputus asaan hanya akan membuat kita lemah.

Dengan sisa2 tenagaku aku tetap menjadi menyemangat suamiku, apapun yang terjadi ,seburuk apapun kita harus siap, tawakal dan iklas, termasuk siapa tau aku dulu pedamping yang akan dipanggil. Who konw kan ?

Salam semangat, semoga Tuhan mengabulkan doa dan keinginan kami. Amin

 

Awal Agustus  2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun