Mohon tunggu...
azisrafidah
azisrafidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - PELAJAR/MAHASISWA

SERENITY IN SIMPLICITY

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

dari keputusasaan ke keteguhan iman

1 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:58 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perjalanan hidup, setiap individu pasti menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Sebagian orang dapat menghadapinya dengan keteguhan hati, namun tidak sedikit yang merasa terjebak dalam kegelapan dan kehilangan harapan. Salah satu fenomena yang sering kali muncul di tengah-tengah krisis ini adalah futuritas, keadaan terhenti atau lelah secara spiritual, serta pandangan bunuh diri sebagai pelarian dari rasa sakit batin yang mendalam. Futur—perasaan kelelahan spiritual, kehilangan semangat dalam beribadah, dan jauh dari Allah, seringkali dialami oleh seseorang dalam berbagai tahapan hidup. Bagi mereka yang mengalami futur dan berhadapan dengan perasaan ingin mengakhiri hidup, sering kali keimanan menjadi hal yang hilang, atau bahkan seolah tidak berarti lagi. Kondisi ini perlu dicermati lebih dalam, karena mengandung beragam dimensi psikologis, sosial, dan spiritual yang saling berhubungan. Namun, dalam Al-Qur'an, kita menemukan banyak ayat yang memberikan solusi dan petunjuk bagaimana seseorang yang merasa futur dapat kembali menemukan ketenangan batin dan keimanan.

1. Keputusasaan dalam Al-Qur'an dan Dampaknya terhadap Keimanan
Salah satu penyebab utama futur adalah perasaan putus asa yang mendalam terhadap hidup, sehingga seseorang merasa tidak ada lagi jalan keluar. Dalam Al-Qur'an, Allah dengan jelas melarang umat-Nya untuk berputus asa, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun.

Ayat yang Mengingatkan tentang Pentingnya Menghindari Keputusasaan
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman."
(QS. Ali Imran: 139)

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat-Nya untuk tidak bersedih dan berputus asa, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit. Ayat ini menunjukkan bahwa keputusasaan adalah suatu kondisi yang bisa mengurangi derajat keimanan, karena ia mengandung sikap pesimis yang bertentangan dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama orang yang beriman. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk selalu optimis dan tawakal kepada Allah, serta meyakini bahwa segala ujian hidup adalah bagian dari takdir-Nya yang penuh hikmah.

Dalam tafsir Ibnu Kathir, dijelaskan bahwa ayat ini mengandung dorongan agar seorang Muslim tetap tegar dan yakin bahwa di balik setiap ujian ada pertolongan Allah. Keputusasaan justru merupakan hambatan dalam memperoleh rahmat-Nya. Dalam keadaan apapun, seorang mukmin tidak boleh meragukan kebesaran dan kasih sayang Allah.

2. Mengatasi Futur dengan Kekuatan Iman
Salah satu cara untuk keluar dari kondisi futur adalah dengan kembali menguatkan iman melalui ibadah dan pengingat kepada Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah berjanji bahwa Dia akan selalu memberikan pertolongan bagi orang yang beriman dan bersabar.

Ayat yang Menegaskan Tentang Kekuatan Iman dalam Menghadapi Kesulitan
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 6)

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap kesulitan yang dialami oleh seorang hamba tidaklah datang tanpa disertai kemudahan. Allah menegaskan bahwa setelah kesulitan pasti ada jalan keluar yang lebih mudah, namun kita harus tetap sabar dan bertawakal. Seseorang yang merasa futur harus meyakini bahwa keputusasaan itu datang dari setan, dan yang seharusnya dilakukan adalah memperbaiki kualitas ibadah serta meningkatkan ketahanan batin dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam tafsir Al-Jalalayn, ayat ini menjelaskan bahwa setiap kesulitan yang datang pasti akan diiringi dengan kemudahan yang akan datang. Seseorang yang merasa putus asa dan ingin bunuh diri harus diajak untuk merenungkan hal ini: bahwa dalam setiap kesulitan hidup, ada kesempatan untuk tumbuh dan lebih dekat dengan Allah.

Pentingnya Shalat sebagai Penguat Keimanan
Shalat merupakan ibadah yang sangat penting dalam Islam, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ketenangan jiwa. Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa "Shalat adalah mi'rajnya orang mukmin" (HR. Ahmad), yang berarti shalat adalah sarana spiritual untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah dan mendapatkan ketenangan batin. Ketika seseorang merasa futur, mereka harus kembali mengevaluasi kualitas shalat mereka. Shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan memberikan kedamaian dan memotivasi seseorang untuk tetap bersabar dan bersyukur.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 45,
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya shalat itu amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun