Mohon tunggu...
Rohana Rambe
Rohana Rambe Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua yang terjadi untuk sebuah alasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Celana Dalam Merah

14 Mei 2020   05:39 Diperbarui: 14 Mei 2020   05:41 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Merah ... merah. Cuit-cuiiit ...." Teriakan segerombolan mahasiswa di sudut kantin. Aku yang tengah makan bersama teman merasa terganggu dengan keributan itu. Kutatap sekeliling, tidak ada berbaju merah. Sekali lagi, barangkali ada yang memakai jilbab merah. Tidak ada.

"Merah, Dek," ujar salah seorang pria. Aku melihat ke arah dua wanita yang asyik makan. Astaga, mataku melihat celana dalam merah milik salah satu dari wanita tersebut mengintip di balik jeans ketat dan kaus pendeknya. Pria-pria tersebut masih saja ribut, membuatku emosi.

Aku berdiri sambil berteriak, "Diaaaam!"

Pria-pria itu terdiam.

"Kalian norak, tau nggak? Kayak gak pernah saja lihat yang begituan."

"Itukan pemandangan langka. Sayang kalau dilewatkan," jawab salah seorang yang berambut keriting.

"Alah, kau bahkan sering melihat yang lebih dari itu," ujarku.

"Jangan nuduh sembarangan."

"Kayak gak kau saja yang sering bersandar di pojokan dekat Perpus sambil pelototi handphone. Kau lihat bokep kan?"

Mendengar ucapanku, para pria itu tertawa.

"Hei, kau! Gak malu ya celana dalamnya kelihatan gitu?" Bentakku pada wanita tersebut. Lalu mataku beralih ke wanita satu lagi di samping wanita bercelana dalam merah, "Kau juga, tutup tu belahan dada!"

"Eh, apa urusanmu? Ini dadaku kok," jawab wanita itu.

"Eh, sadar dong, punya kita itu sama bentuknya. Aku ikut malu walau punya kamu yang kelihatan."

Gerombolan Mahasiswa itu kembali tertawa mendengar ucapanku. Hanya ada seorang yang diam sejak tadi. Pandangannya tak lepas dariku.

"Apa lihat-lihat? Emangnya aku punya utang samamu?" bentakku.

Suasana kembali riuh mendengar ucapanku. Pria tersebut hanya tersenyum lalu menarik tanganku meninggalkan kantin.

"Apa sih?" Bentakku sambil mengentakkan genggaman sang pria.

"Gak capek apa? Dari tadi teriak-teriak," ujarnya.

"Kalian tu resek. Suka melecehkan wanita."

"Makanya jadi wanita harus jaga badan. Mereka tak melecehkanmu karena penampilanmu tak seperti wanita tadi. Jadi tergantung kalian apakah ingin dipandang rendah atau disegani."

Aku terdiam, membenarkan ucapan pria itu.

Tamat

#fiksi

#komedi

#Pelajar

#romantis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun