Dan kami pun pulang naik Bus perjalanan malam. Sampai di asrama, sudah waktunya subuh. Setelah shalat, malah tertidur. Apa yang terjadi, kami kesiangan. Hari itu, aku masuk les pertama, dan les dua, tiga, kosong. Apa pun itu, kewajiban harus dilakukan.Â
Kalian tahu apa yang terjadi? Aku masuk kelas tanpa mandi, hanya cuci muka dan baju tak diganti. Untung waktu pulang, aku pakai gamis. Walau tidak mandi, tetap manis kok. Ahahaa, pede gila. Sampai muridku heran ketika aku masuk les keempat. Sudah berganti pakaian.
Seorang anak bertanya, "Buk, kanapa sudah ganti pakaian, Ibu?"
Lalu kujawab, "Nak, belum saatnya kalian tahu alasannya. Suatu hari, kalian akan mengerti."
"Wis, Ibu mulai berdrama."
Aku hanya tersenyum, menertawakan kekonyolanku. Terkadang seorang guru memang harus bertingkah konyol agar siswanya tak jenuh.
Alhamdulilah, satu bulan kemudian, impian kami terwujud, bisa memiliki Souvenir dari Malioboro. Ya, seorang Kakak yang baik, pulang dari Yogyakarta, perjalanan dinas dan memberikan kami oleh-oleh. Sebuah dompet, dengan harapan dompet ini bisa terisi banyak duit agar mimpi ke Yogyakarta dan memijakkan kaki di Monas sebelum dipindahkan bisa tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H