Mohon tunggu...
Rohana Rambe
Rohana Rambe Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua yang terjadi untuk sebuah alasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkara Telur

4 April 2020   21:03 Diperbarui: 4 April 2020   21:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkara Telur

Saat enak-enaknya tidur, tetangganya membangunkan Emak dan mengatakan jika tetangganya itu dapat cerita bahwa obat pencegah Corona adalah telur rebus. Emak pun yang sangat naif, percaya dan langsung kacau. Dia membangunkan anak perempuannya. Butet yang sebenarnya udah bangun akibat tetangga ribut di luar nyari telur, pura-pura tidur aja. Emak malah menyuruhnyw melihat telur yang sedang direbus di atas kompor.

"Tengokkan dulu telur itu. Aku mau bangunkan Tulangmu (adik laki-laki Emak)," ujar Emak.

Karena tak ingin Emak marah, Butet pun melihatnya.

Malam itu suasana kampung jadi ramai kayak bulan ramadhan saja. Bahkan ada pemuda yang iseng sengaja teriak sahur, seperti kebiasaan mereka ketika jadwal sahur.

Eni, wanita anak satu, bangun terlambat. Di saat semua warga sudah makan telur rebus, dia belum.

"Besok gak bisa, ya?" tanya Eni.

"Gak bisa. Harus malam ini, ujar Emak.

Dia pun panik dan mencari telur ke semua kedai tapi sudah habis diborong warga. Hingga mencari ke kampung sebelah.

Di tempat lain, Marolop membangunkan ketika anaknya dan menyuruh makan telur. Bisma, anak bungsu berusia empat tahun menangis karena tak mau dikasih sebutir telur.

"Gak mau aku satuuuu, duanya," teriak Bisma dan mengambil jatah milik Ayahnya.

Begitu juga dengan Rafi, anak keduanya yang berusia enam tahun. Kedua anak itu menginginkan dua, sementara Marlop merebus telur pas-pasan masing-masing satu. Terpaksa dia merebus dua kali.

Di rumah yang berbeda, Tiur memiliki empat anak. Akan tetapi sejak kecil, Jalottup, keponakan suaminya ikut mereka sejak kecil dan selalu tidur di rumah kecil belakang rumah utama, menjaga gudang getah. Suami Tiur adalah pembeli getah yang kemudian dijual ke pabrik.

Tiur bingung, berapa telur yang akan direbusnya. Biasanya Jalottup membawa temannya tidur di rumah kecil itu. Dia tak sampai hati jika hanya mengaja Jalottup saja yang makan telur. Diintipnya tempat tidur  keponakannya. Dia mengurut dada, teman Jalottup ada enam orang.

Dia pun merebus telur sebanyak tiga belas butir. Setelah matang, Tiur membangunkan anak-anaknya juga Jalottup beserta genk-nya. Berbaris lah para pemuda itu beserta keempat anak Tiur. Seperti di asrama saja. Lalu wanita itu membagi masing-masing satu.

Ketuju pemuda itu bingung, mengapa mereka diberi telur.

"Untuk apa telor ini?" tanya Jalottup bingung.

"Obat Corona. Makan sajalah!" jawab Tiur.

"Bah, resep dari mana itu, Nantulang, telur rebus jadi obat corona?" tanya salah satu pemuda.

"Dari Facebook. Ada anak bayi lahir dan mengatakan jika obat pencegah Corona adalah telor rebus."

"Bah, anak siapa pula itu? Entah anak jin-nya," sambung pemuda yang lain.

"Naik daunlah telor ini. Awas kau, Bang!" ujar Jalottup pada pemuda yang bernama Babang.

"Kenapa awas?" tanya Babang.

"Udah jelas, telor langka. Awas kau telormu."

Mereka semua tertawa.

"Udah, ayo makan telornya," ujar Tiur.

"Sama atu, dua," ujar Mimi, anak bungus Tiur berumur tiga tahun.

"Aku pun, dua samaku," ujar Ron anak ketiga Tiur.

Ron dan Mimi ngotot minta dua. Sementara jual telur di kampung itu tak ada lagi, terpaksa Jalottup dan teman-temannya berbagi.

"Owihh, paet lah. Bangun awak tongah malam parkara sapotong telor," upat Babang.

Sedangkan Butet, tak bisa tidur gara-gara diceramahi Emak karena tak mau makan telur rebus. Butet tak percaya cerita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun